Meskipun badai virus corona menerjang hampir seluruh belahan dunia, rupanya masih ada secercah harapan dan kegembiraan. Di tengah ancaman resesi, ternyata penjualan karya seni dari pameran seni daring "Ruang Pandang Daring Art Basel Hong Kong" (Art Basel Hong Kong Online Viewing Room) di Art Basel Hong Kong total mencapai US$ 270 juta atau sekitar Rp 4,32 triliun, dengan kurs Rp 16 ribu per dolar Amerika. Salah satu karya seni yang terjual dengan harga tinggi adalah karya Marlene Dumas seharga US$ 2,6 juta.
Ruang Pandang Daring Art Basel Hong Kong memamerkan 2.000 karya seniman dari 235 galeri secara daring pada 18-25 Maret lalu. Selama sepekan, tak kurang dari 250 ribu pengunjung dari berbagai dunia menengok pameran tersebut. Angka ini melebihi jumlah pengunjung pameran fisik pada 2019 yang sebanyak 88 ribu orang. Galeri yang berpartisipasi melaporkan bahwa mereka berbincang dengan pembeli lama dan baru, dengan pengalaman platform baru ini. Platform ini menggantikan bursa seni nyata yang sedianya digelar di Hong Kong Convention Centre pada 25-27 Maret 2020 yang batal akibat pandemi corona.
Direktur Global Art Basel Marc Spiegler, dalam siaran pers yang diterima Tempo, menyatakan mereka menerima umpan balik yang kuat dari kolektor seluruh dunia yang mengomentari lebih dari 2.000 karya yang dapat dieksplorasi secara digital. "Ini bukan situasi yang ideal untuk menguji platform baru," ujarnya. "Untuk banyak galeri kecil dan menengah, platform kami menawarkan kesempatan pertama untuk mengeksplorasi pendekatan dari ruang daring dan terhubung dengan klien potensial seluruh dunia."
Hal senada disampaikan Adeline Ooi, Direktur Asia Art Basel. Menurut dia, umpan balik dari galeri di Asia ini luar biasa. Mereka menyadari ruang pandang ini tidak dapat menggantikan percakapan dan pertukaran galeri di Art Basel Hong Kong. "Inisiatif kami menyediakan platform untuk tetap terhubung dengan kolektor dan membangun hubungan baru selama masa yang sulit bagi banyak galeri ini," kata Ooi.
Ruang Pandang Daring Art Basel, menurut Ooi, merupakan edisi perdana dan menjadi hal baru serta kesempatan menyenangkan bisa terlibat dengan para kolektor. Platform ini memperluas akses pasar dan memungkinkan untuk terus bereksperimen.
Mereka memberikan kesempatan melihat pameran secara daring bagi jurnalis dan tamu undangan VIP pada 18 Maret lalu dan membuka ruang untuk umum pada 20 Maret. Dalam kesempatan tersebut, enam galeri, yakni Antenna Space (Shanghai), Boers-Li Gallery (Beijing), Lisson Gallery (London, New York, Shanghai), STPI (Singapura), Tina Keng Gallery (Taipei), dan TKG+ ( Taipei), secara cepat bergantian menunjukkan karya dan menjelaskan apa yang dipamerkan di galeri mereka. Mereka memberikan katalog elektronik yang berisi karya, nama seniman, dimensi karya, dan harga.
Beberapa galeri besar mencatat penjualan yang dinilai cukup mengesankan. Galeri David Zwirner, misalnya, menjual karya Marlene Dumas senilai US$ 2,6 juta, karya Tuymans US$ 2 juta, dan lukisan Liu Ye seharga US$ 500 ribu. Blum & Poe menjual karya arang di kanvas dari Yoshitomo Nara seharga US$ 275 ribu dan lukisan cat air seniman yang sama seharga US$ 150 ribu. Almine Rech menjual karya George Condo dengan harga sekitar US$ 500 ribu. Adapun Galleria Continua menjual patung logam Antony Gormley seharga US$ 482 ribu.
Paula Cooper Gallery menjual karya Cecily Brown seharga US$ 500-600 ribu. Gagosian menjual karya Georg Baslitz seharga 1,2 juta euro. Hauser & Wirth menjual karya Josef Albers senilai US$ 600 juta. Lisson Gallery menjual karya Carmino Herrera seharga US$ 850 ribu.
Galeri yang berpartisipasi pun menyambut gembira platform daring tersebut sebagai alternatif berjualan di masa pandemi ini. Seperti disampaikan Valerie Carberry, pengelola sebuah galeri dari Chicago, New York. "Sebagai galeri muda, ini kesempatan besar untuk ikut serta dalam edisi pertama Ruang Pandang Daring Art Basel. Kami menerima permintaan dari Amerika Serikat dan Eropa, serta menjual karya melalui Internet. Tahun depan kami tawarkan bisa melihat langsung lukisannya," ujar Carberry.
Hal senada diungkapkan Maho Kubota, pemilik dan Direktur Galeri Maho Kubota, Tokyo. "Sangat menyenangkan menjadi bagian dari edisi pertama Ruang Pandang Daring Art Basel. Kami menerima sejumlah permintaan dan melakukan percakapan dengan beberapa orang baru. Jadi itu merupakan alat yang hebat untuk bertemu dengan klien baru dan orang-orang yang tidak terbiasa dengan program galeri."
Olivia Thurn-Valsassina, Direktur Galerie Emanuel Layr (Wina, Roma), juga mengaku senang bisa berpartisipasi. Ia mengatakan platform daring tidak hanya sebagai pengganti langkah dan interaksi pekan seni serta bisnis yang masih aktif. Hal ini pun menjadi pengalaman berharga untuk mereka dengan ribuan pengunjung. ARTBASEL | ARTSY | DIAN YULIASTUTI