Sejak tujuh tahun lalu, Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO) memprediksi wisata berbasis petualangan atau adventure tourism paling cepat berkembang di dunia. Wisata petualangan, kata UNWTO, juga menarik kunjungan wisatawan “berduit”, mendorong perekonomian lokal, dan sejalan dengan pengembangan pariwisata berkelanjutan. Akibat pandemi, perkembangan wisata petualangan pun diproyeksikan menjadi semakin pesat.
“Pada masa pandemi kan hampir semua orang terkungkung, harus diam di rumah. Selepas pandemi, mereka pasti ingin jalan-jalan ke alam terbuka,” kata praktisi pariwisata petualangan, Amalia Yunita, dalam webinar pariwisata yang digelar program Vokasi Universitas Indonesia, pertengahan November lalu. Wisata alam dianggap lebih aman dari penularan Covid-19. “Karena aktivitas dilakukan di alam terbuka, jauh dari keramaian.”
Tanda-tanda bangkitnya wisata berbasis petualangan dan alam bebas sudah terlihat. Menurut Amalia, kini sejumlah operator wisata petualangan sudah bisa beroperasi lebih cepat ketimbang penyedia jasa wisata lainnya. “Operator wisata alam sudah bisa jalan duluan dengan mengandalkan wisatawan Nusantara,” tutur pendiri perusahaan wisata arung jeram Arus Liar itu. Sedangkan sektor wisatawan lainnya relatif masih sepi karena mengandalkan wisatawan asing yang masih belum bisa berkunjung.
Prediksi bahwa wisata alam akan menjadi favorit juga diungkapkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Dalam pemaparan di Outlook Pariwisata 2021 pada Selasa lalu, Direktur Kajian Strategis Kementerian Pariwisata Wawan Rusiawan memprediksi tren wisata domestik dan wisata alam populer pada tahun depan hingga pascapandemi Covid-19.
Menurut Wawan, pada 2021, masyarakat masih akan cenderung memilih destinasi wisata domestik dibanding wisata luar negeri serta memilih alam sebagai destinasi. Karena itu, Kementerian Pariwisata akan dominan berfokus membenahi destinasi wisata domestik, khususnya wisata alam ini. “Ke depan, kita harus mencari cara-cara baru bagaimana pariwisata di Indonesia bisa lebih menarik dan berkembang,” ujarnya.
Ia menekankan perlunya inovasi untuk menarik minat wisatawan lokal berkunjung ke tempat-tempat wisata petualangan. “Misalnya, dengan menggabungkan konsep wisata petualangan dengan staycation,” ujarnya. Sebab, akibat kejenuhan karena terlalu lama berdiam di rumah, orang ingin mencoba hal-hal baru yang menarik.
Selain itu, Kementerian Pariwisata melihat ada tren baru pada masa pandemi ini. Wisatawan domestik lebih memprioritaskan destinasi yang menerapkan protokol kesehatan cleanliness, health, safety, dan environmental sustainability. “Wisatawan akan selektif bagaimana memilih destinasi yang aman untuk mereka kunjungi.”
Hal itu diakui Head of Strategic Partnership Traveloka Accommodation, Louis Alfonso. Menurut dia, pada masa pandemi Covid-19, wisatawan lebih mementingkan standar protokol kesehatan dibanding harga promo. “Masyarakat sangat mementingkan kebersihan dan kesehatan untuk berwisata pada masa pandemi. Diskon nomor dua,” ujar Louis, yang juga menjadi pembicara dalam webinar Outlook Pariwisata 2021 itu.
Ia pun memaparkan bahwa animo masyarakat untuk berlibur pada akhir tahun ini hingga awal 2021 sudah cukup besar. “Sudah terlihat adanya peningkatan masyarakat yang ingin berlibur.” Hal ini, kata Louis, diharapkan menjadi sinyal positif bagi pertumbuhan industri pariwisata. “Ditambah kalau nanti ada berita baik terkait dengan produksi vaksin Covid-19, sehingga bisa membantu lebih lanjut mendorong kinerja pariwisata di Indonesia.” *
Praga Utama