JAKARTA – Harga jual batu bara terdongkrak setelah hubungan dagang Australia dan Cina memanas. Perseteruan ini berujung pada larangan impor batu bara dari Australia.
Analis dari Central Capital Futures, Wahyu Tribowo Laksono, mengatakan keputusan Cina untuk melarang impor batu bara dari Australia membuat pasokan mereka berkurang. Dampaknya, harga komoditas tersebut meningkat di atas angka yang ditetapkan pemerintah. Cina harus mencari produsen lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut demi menekan kenaikan harga.
Wahyu mengatakan larangan impor ini membuka peluang bagi produsen batu bara lainnya, seperti Indonesia dan Afrika Selatan, untuk masuk ke Cina. "Bagi Cina, harga impor juga terkerek, sehingga mereka harus membeli lebih mahal," kata dia kepada Tempo, kemarin. Cina juga harus menghadapi risiko keterbatasan pasokan dalam jangka pendek.
Selain batu bara, Wahyu menilai perseteruan Cina dan Australia tak banyak mempengaruhi harga komoditas lainnya. Menurut dia, saat ini harga komoditas sedang dipengaruhi oleh tarik-menarik di antara beberapa faktor yang membawa dampak positif ataupun negatif. Pada satu sisi, dolar Amerika Serikat sedang menguat.
Bongkar-muat batu bara di Marunda, Jakarta Utara. ANTARA/M. Risyal Hidayat
Di sisi lain, terdapat optimisme pelaku pasar terhadap penanganan pandemi setelah vaksinasi berjalan dan ada potensi perbaikan kondisi ekonomi global tahun ini. Tak seperti batu bara, banyak komoditas yang tidak diuntungkan, seperti emas, nikel, dan gas alam. Pada kuartal II, Wahyu menyatakan masih ada harapan kenaikan komoditas tersebut. Dia memproyeksikan kenaikan harga akan terbatas dan rentan terkoreksi.
Hubungan Cina dan Australia memburuk saat Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mendorong penyelidikan terhadap asal-usul Covid-19. Pemerintah Australia mendukung usul tersebut, tapi pemerintah Cina menolak. Kementerian Luar Negeri Cina menyatakan usul tersebut tak berdasar dan menganggapnya sebagai bentuk keraguan terhadap transparansi Cina dalam mengusut penyebab pandemi.
Duta Besar Cina untuk Australia, Cheng Jingye, menyatakan usul tersebut bisa membuat warga Cina berhenti membeli produk Australia. Pemerintah Australia menganggap pernyataan tersebut sebagai tekanan ekonomi. Sejak saat itu, hubungan kedua negara tersebut memanas.
Head of Center of Industry, Trade, and Investment Indef, Andry Satrio Nugroho, menyatakan belum ada tanda bahwa hubungan kedua negara itu membaik. Dia memperkirakan dampaknya masih akan terasa bagi harga batu bara. "Ini peluang bagi Indonesia," katanya.
Selain batu bara, dia menilai tak banyak komoditas yang akan terkena dampak sentimen positif dari ketegangan Australia dan Cina. Salah satu yang mungkin akan berpengaruh adalah bijih besi dan baja, lantaran kedua komoditas ini diperdagangkan dalam jumlah besar oleh kedua negara.