INDRAMAYU - Hampir sepekan tangki di kilang minyak PT Pertamina (Persero) di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, terbakar. Selama itu pula, ratusan warga yang tinggal di beberapa desa di sekitar kilang tersebut mengungsi. Meski harus tidur berimpitan, tak banyak dari mereka yang ingin pulang atau sekadar menengok rumahnya yang rusak. Mereka takut kilang raksasa itu kembali meledak dan memakan korban lebih banyak. “Bukan tidak mungkin kejadian ini akan kembali terulang,” kata Satiah, 51 tahun, warga Blok Kesambi, Balongan, kepada Tempo, akhir pekan lalu.
Rumah tempat Satiah tinggal, yang berjarak 200 meter dari tembok kilang Balongan, rusak akibat getaran dahsyat saat ledakan pada Senin dinihari pekan lalu. Ketika itu, Satiah dan puluhan tetangganya berlarian menyelamatkan diri sembari membawa barang yang bisa dibawa. Suasana itu membuat dia trauma dan tak ingin lekas pulang. Apalagi kekhawatirannya terbukti, setelah pada Kamis malam lalu salah satu tangki di kilang itu kembali terbakar. Kini, Satiah dan para tetangganya menuntut agar pemerintah serta Pertamina merelokasi mereka ke tempat tinggal yang lebih aman.
Trauma serupa dialami Desi, 30 tahun, warga Desa Sukaurip. Desi dan tetangganya bahkan sempat berunjuk rasa di Wisma Jati atau kantor Pertamina Refinery Unit VI Balongan pada Rabu dan Kamis lalu. “Kami meminta agar ganti rugi rumah segera dilakukan,” ujar dia. Desi mengaku rumahnya sudah tidak layak untuk ditinggali. Kaca rumah pecah dan plafonnya ambruk. Sama dengan Sutiah, mereka juga menuntut relokasi ke hunian yang lebih aman. “Percuma ditinggali juga, takutnya malah kami yang celaka,” ujar Desi.
Rumah warga yang rusak karena terdampak ledakan yang terjadi saat kebakaran tangki minyak milik Pertamina RU VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat, 29 Maret 2021. ANTARA/Dedhez Anggara
Hingga Ahad lalu, masih ada ratusan pengungsi dari empat desa di sekitar kilang yang berdesakan di gedung olahraga (GOR) dan lapangan futsal Kompleks Bumi Patra. Berdasarkan data pos pengungsian, sebanyak 822 jiwa atau 235 keluarga menempati area tersebut. Di lapangan futsal, ada 70 keluarga yang mengungsi, sedangkan di GOR ada 175 keluarga. Mereka diberi kasur busa tipis untuk tidur berdempetan. Pengungsi berasal dari Desa Sukaurip sebanyak 60 keluarga atau 149 jiwa, Balongan 173 keluarga atau 663 jiwa, Majakerta 1 keluarga atau 5 orang, dan Tegalurung 1 keluarga atau 5 orang.
Di lokasi pengungsian, ada kelompok relawan yang membantu para pengungsi. Sebanyak 15 relawan dari Brigez Indramayu, misalnya, membagikan masker kepada anak-anak sembari mengajak mereka bermain, menggelar lomba mewarnai, bernyanyi, dan membaca doa. Sedangkan 20 relawan dari Dompet Dhuafa membagikan minuman hangat bagi warga dan para petugas. Mereka juga memberikan makanan dan aneka hadiah kepada anak-anak, seperti buku tulis, buku gambar, tas, meja belajar, dan alat tulis. “Ini sumbangan para donatur,” kata koordinator relawan, Dawiah, yang mengatakan bahwa sejak Senin siang sudah diadakan enam kegiatan untuk menghibur anak-anak.
Senior Vice President Corporate Communication and Investor Relations Pertamina, Agus Suprijanto, mengatakan sudah menyalurkan logistik untuk para pengungsi, seperti makanan siap saji dan perangkat memasak. Dia mengatakan bantuan diberikan untuk warga di desa yang terkena dampak serta warga yang sudah kembali pulang ke rumahnya.
Saat mengunjungi lokasi pengungsian, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati meminta warga tetap bersabar dan semangat. Menurut Nicke, Pertamina sedang mengupayakan agar warga yang terkena dampak kebakaran kilang bisa segera kembali ke rumahnya. "Kami sedang mendata rumah-rumah agar masyarakat segera bisa kembali ke kediaman masing-masing," katanya. Nicke juga mengajak warga berpartisipasi membenahi rumah dan masjid yang rusak. "Kami prioritaskan rumah ibadah karena sebentar lagi Ramadan."