JAKARTA – PT Pertamina (Persero) bersiap mengoperasikan kembali Kilang Balongan setelah sempat terhenti akibat kebakaran. Senior Vice President Corporate Communication & Investor Relations Pertamina, Agus Suprijanto, menuturkan proses itu akan dilakukan secara bertahap. "Mudah-mudahan dalam waktu seminggu ke depan kami bisa kembali ke full condition," katanya kepada Tempo, kemarin.
Agus menuturkan, sejak kemarin, sejumlah kegiatan operasional kilang sudah mulai berjalan. Salah satunya penyaluran minyak menuju terminal bahan bakar. Kilang Balongan selama ini berfungsi menyuplai bahan bakar ke terminal Cikampek dan Balongan di Jawa Barat serta terminal bahan bakar Plumpang di Jakarta Utara.
Menurut Agus, pengoperasian kilang sepenuhnya akan dilakukan setelah inspeksi keseluruhan di kilang selesai. Setelah pemadaman api selesai, Pertamina akan memeriksa sarana dan prasarana kilang untuk memastikan kegiatan operasional berjalan aman.
Kebakaran di Kilang Balongan terjadi pada Senin, 29 Maret lalu. Api melahap empat tangki penyimpanan bahan bakar minyak. Kebakaran Kilang Balongan diduga berawal dari kebocoran pada tangki T-301G yang kemudian menjalar ke tiga tangki lainnya, yaitu tangki E, F, dan H, yang berada di kluster yang sama. Petugas berusaha mencegah api menjalar ke fasilitas lain dengan membangun tanggul atau bundwall di sekeliling area tersebut untuk melokalisasi api.
Tim fire fighter memadamkan api yang berada di tanki T-301 area Kilang Balongan, 31 Maret 2021. Pertamina.com/Priyo.
Upaya pemadaman juga dilakukan menggunakan busa atau foam ke perimeter bundwall dan pusat nyala api. Pada 31 Maret, Pertamina menyatakan telah memadamkan semua titik api. Namun sehari sesudahnya api kembali muncul di tangki T-301G. "Sekarang sudah dipastikan tidak ada api sama sekali," ujar Agus. Dia menyatakan Pertamina tengah menjalankan investigasi atas kejadian ini.
Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina, Mulyono, menaksir penghentian operasi kilang selama 4-5 hari membuat perusahaan kehilangan produksi sekitar 400 ribu barel. Sekitar 50 persen produk tersebut berupa bensin. Sedangkan sisanya adalah solar, kerosin, elpiji, avtur, dan propilena.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif meminta Pertamina mengevaluasi sistem kerja yang telah diterapkan selama ini untuk mencegah kejadian serupa terulang. Dia juga berharap Pertamina memanfaatkan teknologi terbaru. "Kami minta dilakukan evaluasi dan pengamanan harus sesuai dengan standar internasional yang berlaku, serta mengacu pada teknologi terbaru yang saat ini digunakan pada industri sejenis," tuturnya.
Wakil Ketua Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat, Eddy Soeparno, meminta Pertamina segera merumuskan langkah-langkah pencegahan ke depan agar kejadian serupa tak terulang. Dengan fasilitas yang sangat vital serta memegang peran strategis, dia mengatakan, protokol pemeliharaan, pengawasan, dan keselamatan harus sangat ketat, tanpa ada ruang untuk kesalahan. "Langkah pencegahan harus dirumuskan karena ada di protokol keamanan Pertamina. Apa yang kurang saat ini, apa yang perlu diperketat dan tingkatkan, ini yang harus dibicarakan supaya hal ini tidak terjadi," ujarnya.
Direktur Eksekutif Center of Energy Resources Indonesia, Yusri Usman, menyatakan Pertamina harus mengaudit standar operasi di semua kilang. Dia menuturkan kebakaran di Kilang Balongan akan sangat merugikan perusahaan jika terulang kembali. "Selain itu, jangan coba-coba pakai barang atau spare part yang tidak asli karena berkaitan dengan keamanan."