JAKARTA – Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia, Abdullah Mansuri, berujar kenaikan harga daging sapi dari Rp 125 ribu menjadi Rp 130 ribu per kilogram berlangsung dalam waktu singkat. Menurut dia, lonjakan harga terjadi di sebagian besar wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Jawa Barat lainnya. Sementara itu, harga sapi dan daging sapi di daerah lain terbilang aman lantaran adanya pasokan sapi lokal.
Ia berharap lonjakan harga tersebut tak berlanjut hingga Ramadan nanti. Abdullah meminta pemerintah segera merespons kenaikan harga tersebut dan mengawasi potensi permainan harga oleh pihak lain. "Satuan tugas pangan harus mengawasi proses distribusi karena kenaikan ini sering terjadi menjelang Ramadan," ujar Abdullah kepada Tempo, kemarin.
Penjualan daging sapi di Pasar Jatinegara, Jakarta, 29 Maret 2021. Tempo/Tony Hartawan.
Menanggapi kenaikan harga daging sapi, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Syailendra, mengatakan lonjakan harga paling besar terjadi di wilayah Jakarta dan sekitarnya serta Bandung Raya. Lonjakan terjadi, menurut dia, karena kebutuhan daging sapi terbesar berasal dari wilayah-wilayah tersebut.
Pada periode Maret-Mei 2021, kebutuhan daging sapi di area tersebut mencapai 53.707 ton dengan asumsi 50 persen stok daging beku disalurkan. Syailendra menjelaskan, ketersediaan daging pada Maret dan April masih aman dengan surplus masing-masing 7.427 dan 1.104 ton. Sedangkan untuk kebutuhan Mei diperkirakan defisit 9.424 ton.
"Kami harus menyiapkan sapi potong yang dimobilisasi dari produksi lokal,” ujar Syailendra, kemarin. Dia mengungkapkan produksi lokal didahulukan karena pasokan daging sapi dan sapi dari impor butuh waktu. “Kalau pasokan dari Meksiko, landed price (harga setelah barang tiba) tidak kompetitif. Kalau ambil dari Brasil, terkena aturan penyakit mulut dan kuku.”
Sapi impor dari Australia diturunkan dari kapal di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 22 September 2020. Tempo/Tony Hartawan.
Menurut Syailendra, populasi sapi di daerah-daerah sebenarnya cukup untuk memenuhi permintaan pasokan daging di wilayah Jabodetabek dan Bandung Raya. Namun, kata dia, proses mobilisasi masih menjadi persoalan.
Untuk menutupi kekurangan stok daging sapi pada Mei, para pemasok mengajukan impor daging sapi ataupun daging kerbau. Pengajuan itu, antara lain, berasal dari Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia sebanyak 2.000 ton, Asosiasi Pengusaha Protein Hewan Indonesia 3.830 ton, PT Berdikari (Persero) 893 ton, dan Perum Bulog sekitar 20 ribu ton daging kerbau dari India.
Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Peternakan dan Perikanan Kementerian Koordinator Perekonomian, Pujo Setio, mengatakan mobilisasi sapi dan daging sapi harus dilakukan dalam waktu dekat. Namun, dia menimpali, masih ada persoalan harga dari peternak. Menurut dia, peternak yang masih menggunakan cara tradisional cenderung menunggu untuk mendapatkan harga terbaik.
Memasuki periode puasa dan Lebaran tahun ini, harga daging sapi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, serta Bandung Raya terus bergerak naik. Sedangkan harga di daerah lain relatif stabil.
"Harga naik, baru mereka lepas. Kami tidak bisa mengintervensi langsung, sehingga terpaksa mengikuti mekanisme pasar," ujar Pujo.
Selain itu, kata Pujo, mobilisasi masih terhambat transportasi lalu lintas laut karena jumlah kapal ternak yang terbatas. Ia mengungkapkan, satu kapal hanya mampu menampung 515 ekor sapi. Opsi yang dipertimbangkan adalah mengirimkan sapi dari wilayah Indonesia timur ke Jawa Timur. Selanjutnya, dari Jawa Timur perjalanan diteruskan melalui jalur darat. Opsi lainnya ialah menyembelih di tempat dengan mengoptimalkan rumah potong hewan.
"Peluang ini bisa dimanfaatkan, sehingga tak harus memobilisasi sapi hidup, walau ada budaya untuk memakan daging segar," ujar Pujo.
Direktur Utama PT Berdikari (Persero), Harry Warganegara, mengatakan perseroan sudah mendata calon mitra yang bisa memasok sapi bakalan dan sapi siap potong. Menurut Harry, Berdikari sudah mengambil posisi untuk bisa memobilisasi 5.000-10 ribu sapi lokal dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa barat ke daerah dengan permintaan tertinggi.
"Kalau ditugaskan untuk mengimpor, kami siap, karena jarak dari Australia dekat. Hanya 5-7 hari, sapinya sudah sampai," ujar Harry.
LARISSA HUDA