JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk memprediksi bisnis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih bisa tumbuh meski sempat terganjal pandemi Covid-19. Ketika memaparkan analisis terbaru perseroan, Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan ekspektasi bisnis para pelaku usaha kecil sejak kuartal ketiga menuju akhir tahun lalu sebenarnya sudah positif.
“Tapi realisasi bisnis mereka pada kuartal keempat ternyata tak sesuai dengan ekspektasi,” katanya saat diwawancarai tim Koran Tempo, kemarin.
Sejak 11 Januari hingga 4 Februari lalu, tim BRI menyurvei 5.000 nasabah dari kalangan pelaku UMKM di 33 provinsi di seluruh Indonesia. Dengan margin of error sekitar 2 persen, survei indeks BRI Micro and Small to Medium-Sized Enterprise (BMSI) ini merekam aktivitas UMKM di setiap triwulan sekaligus mencatat ekspektasi para pelaku untuk tiga bulan berikutnya. Sunarso menganggap hasil kedua ini lebih meyakinkan dibanding survei perdana yang dirilis pada November 2020. “Yang pertama hanya 3.000 sampling. Sekarang ada 5.000 dan kebanyakan memang nasabah BRI karena kami banyak menangani UMKM.”
Indeks aktivitas UMKM pada kuartal IV 2020 tercatat menurun, dari 84,2 pada kuartal sebelumnya menjadi 81,5. Sunarso menyebutkan hasil itu sejalan dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang minus 0,42 persen pada periode yang sama.
Nasabah kredit usaha rakyat Bank Negara Indonesia (KUR BNI) di Jakarta, 2017. TEMPO/Tony Hartawan
Dari temuan survei itu, laju UMKM terganjal oleh sejumlah hal, seperti pembatasan sosial berskala besar (PSBB), pembatalan cuti akhir tahun, serta faktor musiman seperti cuaca. BMSI mencatat penurunan volume produksi dan nilai penjualan. Dampaknya menjalar ke volume persediaan barang input, barang jadi, dan penggunaan tenaga kerja yang juga lebih rendah. Nyaris semua sektor melemah, kecuali industri pengolahan karena masih tingginya permintaan sektor tersebut menjelang Natal dan tahun baru.
“Tapi UMKM masih optimistis,” kata Sunarso. Dia mengacu pada indeks ekspektasi bisnis kuartal IV 2020 sebesar 105,4. Harapan untuk tiga bulan pertama tahun ini dibarengi naiknya indeks kepercayaan dunia UMKM terhadap pemerintah, yang mencapai 136,3, atau naik dari 126,8 pada kuartal ketiga tahun lalu.
Lewat keterangan tertulis, ekonom senior BRI, Anton Hendranata, mengatakan restrukturisasi, pinjaman baru, ataupun kombinasi keduanya menjadi stimulus pemulihan ekonomi 2020. “Ketika mereka tidak jatuh lebih dalam, pinjaman baru membuat mereka bisa kembali berusaha,” ucapnya.
Kredit baru BRI pada tahun lalu, Sunarso menambahkan, paling banyak mengalir ke kebutuhan pembelian bahan baku, bibit dan benih, pupuk, obat, serta barang dagangan, yang porsinya mencapai 56,7 persen. Lalu diikuti keperluan pembelian alat produksi dan usaha.
Pembuatan tas kulit di bengkel kerja Janji Pertiwi, Jakarta, 3 November 2020. Tempo/Tony Hartawan
Dari analisis perseroan pada 2018, kata Sunarso, masih ada 30 juta pelaku UMKM yang belum mendapat akses pendanaan formal. “Fokus kami menjangkau ke bawah dengan program Go Smaller, memakai tenor pendek alias Go Shorter, dan Go Faster lewat digitalisasi.”
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan pemerintah idealnya mendukung pembiayaan usaha mikro hingga Rp 5-7 juta per pelaku atau entitas. Angka itu dianggap wajar agar pelaku bisa bertahan sementara. “Karena sepertinya pembatasan mobilitas masih dilanjutkan hingga akhir 2021,” ujarnya.