JAKARTA – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham PT Indosat Tbk sejak Jumat pekan lalu. Penghentian perdagangan sementara atau suspensi saham itu dilakukan karena harga kumulatif saham emiten berkode ISAT tersebut meningkat signifikan. Dalam penutupan perdagangan pada Kamis lalu, harga saham ISAT menembus level Rp 5.900 per saham.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, mengatakan lonjakan harga saham Indosat itu tak terlepas dari isu merger dengan Hutchison 3 Indonesia sejak akhir tahun lalu. Nico berujar lonjakan tersebut bukan tanpa sebab. Menurut dia, pergerakan pasar saham saat ini sudah tidak lagi bertumpu pada valuasi fundamental, melainkan pada valuasi sentimen di pasar.
“Kali ini pasar bergerak berdasarkan valuasi sentimen atau berita. Ini tidak hanya terjadi pada ISAT, tapi juga pada KAEF (Kimia Farma) saat pemberitaan vaksinasi dan ANTM (Aneka Tambang) ketika muncul berita Tesla,” ujar Nico kepada Tempo, kemarin.
Terkait dengan valuasi sentimen, Nico mengatakan, pelaku pasar harus bisa mengukur seberapa bagus kualitas berita atau sentimennya. Selain itu, pelaku pasar harus melihat seberapa besar dampak sentimen terhadap emitennya. Terakhir, pelaku pasar juga harus mencermati seberapa lama dampak sentimen tersebut akan terasa.
“Ketika ada dua perusahaan bersatu, tentu kapasitasnya akan jauh lebih besar, baik itu dari sisi modal, sumber daya manusia, maupun teknologi,” tutur Nico. Namun, hingga saat ini, baik ISAT maupun Tri belum menyampaikan nilai strategis, skema kerja sama, dan proses merger kedua perusahaan.
Berkaca pada aksi korporasi yang dilakukan XL Axiata yang mengakuisisi Axis Telekom Indonesia, setiap aksi korporasi selalu diikuti oleh dorongan kinerja fundamental dari kedua belah pihak.
Ruang pusat monitoring jaringan XL Axiata di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan
Saat ini, Nico melanjutkan, ISAT tengah diuntungkan oleh pemberitaan mengenai rencana merger. Hal itu terlihat dari lonjakan harga saham Indosat. “Bila kita bicara valuasi sentimen, bukan bicara fundamental, selama ada asupan berita, saham Indosat akan naik,” ujar Nico.
Senada dengan Nico, analis dari Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta, menilai laju harga saham ISAT dipengaruhi oleh sentimen pasar atas kabar merger tersebut. Meski begitu, Nafan juga melihat adanya kinerja yang optimal dari ISAT bersamaan dengan munculnya sentimen pasar.
Bila negosiasi berjalan mulus, bukan tidak mungkin rencana merger mempengaruhi peningkatan kinerja, sumber daya manusia, kapasitas, serta kapabilitas perusahaan menghadapi kompetisi di sektor telekomunikasi secara optimal.
Nafan memproyeksikan emiten yang menguasai perkembangan teknologi digital akan lebih mampu bertahan. Apalagi potensi pasar ekonomi digital sangat besar. Ia berharap ISAT bisa memanfaatkan momentum tersebut dengan menjalankan good corporate governance untuk meningkatkan kinerja. “Semestinya harus ada perbaikan pada tahun ini karena permintaan sektor digital juga sedang tinggi,” kata dia.
Hingga kemarin, perdagangan saham ISAT masih disuspensi. Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyebutkan ada dua pertimbangan sebelum otoritas bursa bisa mencabut suspensi (unsuspend) perdagangan saham ISAT. “Pertama, perseroan telah menyampaikan hasil public expose insidentil via IDXnet,” ujar Nyoman.
Pertimbangan lainnya, kata Nyoman, suspensi akan dicabut apabila perseroan telah menyampaikan tanggapan atas permintaan penjelasan yang disampaikan oleh bursa melalui platform penyampaian aspirasi IDX Net. Hasil public expose dan penjelasan tersebut akan dipertimbangkan untuk mencabut penghentian sementara emiten.
Atas permintaan BEI, Indosat menggelar paparan publik kemarin. Paparan ini dilakukan setelah otoritas bursa menghentikan sementara perdagangan saham Indosat baik di pasar reguler maupun di pasar tunai.
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 4 Januari 2020. Tempo/Tony Hartawan
Laporan mengenai paparan publik tersebut telah diumumkan melalui keterbukaan informasi IDX. Dalam kesempatan itu, Indosat sempat menyinggung potensi kombinasi bisnis perusahaan dengan PT Hutchison 3 Indonesia.
Chief Financial Officer Indosat Eyas Naif Assaf mengatakan dua perusahaan induk yang menaungi Indosat dan Tri sudah meneken nota kesepahaman tapi masih tahap awal. “MoU tersebut masih tahap awal, sehingga masih belum ada detail atau kesepakatan yang telah dicapai, terutama mengenai bentuk, investasi, ataupun jaringan terhadap kemungkinan merger tersebut,” ujar Eyas.
LARISSA HUDA | CAESAR AKBAR | VINDRY FLORENTIN