JAKARTA - Pengelola kawasan wisata membuat terobosan untuk menarik kunjungan wisatawan lokal karena belum memiliki izin untuk menerima tamu asing hingga akhir tahun ini. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pulau Bintan, Wan Rudi, mengatakan wilayahnya menerapkan sejumlah metode agar bisa bertahan hanya dengan kunjungan wisatawan lokal. “Yang ekstrem, harga sejumlah hotel kami diskon sampai separuhnya,” kata dia kepada Tempo, kemarin.
Rudi memberi contoh, harga kamar hotel berbintang Rp 2,5 juta per malam dipotong menjadi Rp 900 ribu. Dinas Pariwisata Bintan pun mengajukan sertifikasi kebersihan dan keamanan selama masa pandemi (cleanliness, health, safety and environmental sustainability/CHSE) kepada Kementerian Pariwisata untuk menaikkan standar sejumlah hotel lokal. “Wisatawan mempertanyakan standar ini setiap akan menginap,” kata dia.
Rudi mengakui pendapatan dari pengunjung lokal sangat kecil dibanding dari turis asing. Dalam kondisi normal, Pulau Bintan bisa menyambut 700 ribu turis asing per tahun, mayoritas dari Singapura dan Cina. Sedangkan kunjungan wisatawan lokal sekitar 500 ribu per tahun. “Jumlah turis domestik yang masuk Bintan pada Agustus dan September kemarin 10-15 persen dari masa normal, sekitar 5.000 orang per bulan, kecil sekali,” ucapnya. “Belanja mereka pun memakai rupiah, bukan dolar.”
Direktur Industri dan Kelembagaan Pariwisata Badan Otorita Wisata Borobudur, Bisma Jatmika, menerapkan konsep wisata berbasis kualitas, bukan kuantitas. “Paket wisata kami selama pandemi lebih cenderung berupa grup kecil, untuk keluarga atau pasangan saja,” ujarnya.
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kerugian sektor wisata di Bali selama pandemi mencapai Rp 9 triliun per bulan akibat anjloknya angka kunjungan wisatawan asing hingga 99 persen. Dia pun menyebut perekonomian Bali terlalu bergantung pada kedatangan wisatawan. “Jangan hanya andalkan turis, tapi juga peternakan, ikan, dan potensi lain,” kata dia, kemarin.
Luhut mengusulkan salah satu strategi pemulihan perekonomian dan sektor wisata di Bali adalah program padat karya restorasi terumbu karang atau Indonesia Coral Reef Garden (ICRG). Program itu diproyeksikan menyerap 11.327 pekerja lokal.
Para penyedia jasa perjalanan sempat mendesak pelonggaran akses wisatawan mancanegara karena sulitnya meraup keuntungan hanya dari pelancong dalam negeri. Wakil Ketua sekaligus Kepala Bidang Organisasi dan Hubungan Antar-Lembaga Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo), Anton Sumarli, mengatakan profit margin dari turis asing sangat tinggi, terutama di wilayah wisata favorit seperti Pulau Bali. “Dibandingkan dengan pendapatan dari pengguna jasa lokal, perbedaannya sampai 20-30 persen,” katanya.
Dia beralasan mayoritas pelancong asing cenderung menggunakan jasa pemandu dan operator perjalanan secara penuh, bahkan sepanjang masa berlibur. Sedangkan pengunjung lokal hanya memanfaatkan layanan tertentu dan cenderung memenuhi kebutuhan secara mandiri. “Orang asing sering menyewa full board tour, jadi potensi pendapatan kami lebih besar,” kata Anton. “Kami harap wisatawan asing bisa segera masuk lagi.”
FRANSISCA CHRISTY ROSANA | YOHANES PASKALIS PAE DALE