Kompleksitas dunia medis memicu Amit Vithal bersama rekannya, Indranil Roychowdhury, mengembangkan Docquity. Aplikasi jejaring sosial itu membuka ruang komunikasi bagi para dokter di mana pun. "Dapat saling berbagi pengetahuan sehingga dapat membantu dalam mengambil tindakan untuk menolong pasien," kata Amit kepada Tempo. Berikut ini petikan wawancara Tempo dengan Amit.
Mengapa terpikir membangun jaringan antar-dokter?
Idenya datang dari pengalaman Indranil saat ayahnya sakit. Seorang dokter berhasil menyelamatkan ayahnya setelah menelepon dokter lain di Amerika Serikat untuk mencari alternatif perawatan. Sejak saat itu kami mulai berpikir untuk membangun komunitas tempat dokter bisa saling berbagi informasi mengenai beragam hal, termasuk tentang kasus yang sedang dihadapi dan menghimpun pendapat dari dokter lain.
Bagaimana para dokter bisa memanfaatkan aplikasi ini?
Dokter yang telah terverifikasi dapat berdiskusi mengenai kasus yang sedang ditangani dengan merahasiakan data pasien. Aplikasi akan membuat indeks per isu yang dilengkapi kolom diskusi untuk membantu mencari solusi. Selain itu, dokter dapat memanfaatkan modul pembelajaran berupa jurnal hingga video yang tersedia dalam aplikasi.
Para dokter juga dapat membahas isu-isu terbaru dalam dunia medis, seperti virus corona. Mereka berdiskusi dan saling memberikan informasi sebagai rujukan mengingat informasi mengenai corona masih belum banyak diketahui.
Mengapa harus ada verifikasi?
Validasi penting untuk menjaga integritas dan kredibilitas. Hanya dokter yang telah terdaftar dalam asosiasi yang bisa mengakses aplikasi. Di Indonesia, dokter yang bergabung harus menyertakan nomor pokok anggota Ikatan Dokter Indonesia atau surat tanda registrasi mereka.
Mengapa Indonesia menjadi salah satu target Docquity?
Kondisi geografis Indonesia tidak bisa dimungkiri membatasi akses sejumlah dokter. Tidak mudah bagi dokter yang bertugas di daerah terpencil untuk mencari tahu perkembangan terkini dalam dunia medis. Melalui Docquity, mereka dapat mengakses informasi dengan mudah. Modul pembelajaran dalam aplikasi pun telah dirancang agar bisa diakses offline setelah mempertimbangkan masalah jaringan.
Apa tantangan membangun komunitas dokter di Indonesia?
Butuh waktu untuk menjangkau para dokter di seluruh wilayah Indonesia yang sangat luas ini. Saat ini ada sekitar 80 ribu dokter yang sudah bergabung, mereka tersebar hampir di seluruh Indonesia. Kami ingin memastikan dokter terverifikasi yang bergabung dan berharap tahun depan jumlahnya terus meningkat.
Di mana lagi fokus Docquity?
Tentunya ada keinginan untuk menjangkau seluruh dunia. Namun sebagai perusahaan, akan lebih baik untuk memfokuskan diri. Saat ini kami fokus di Asia Tenggara, melihat dulu perkembangannya, baru setelah itu melebarkan sayap.
Di Asia Tenggara sendiri kami ada di Malaysia, Thailand, dan Filipina. Ada sekitar 150 ribu dokter yang tergabung dalam jaringan. Kami berharap dapat membangun jaringan dokter di Vietnam dan Singapura tahun ini.
Mengapa Asia Tenggara?
Kami menyadari belum ada komunitas dokter di wilayah ini. Jaringan antar-dokter di Asia Tenggara yang memiliki banyak pulau bertebaran sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan medis. Namun, tak menutup kemungkinan kami juga akan merambah ke negara lain, seperti Afrika.Apakah dokter antar-negara dapat saling berkomunikasi dalam Docquity?
Secara teknis, mereka bisa saling berkomunikasi. Kami memiliki program webinar atau seminar yang dilakukan secara online yang bisa di akses dari berbagai negara. Mereka dapat bertatap muka di sana.Namun khusus komunikasi di aplikasi, kami sedang mengembangkan sistem penerjemahan Docquity. Diskusi medis berbeda dari percakapan biasa sehingga terjemahannya harus dipastikan akurat. Kami sedang berupaya untuk mewujudkannya.Bagaimana Docquity mendapatkan pendanaan untuk pengembangan fitur tersebut?
Kami memiliki beberapa investor dari Jepang, Singapura, dan Amerika. Sejak didirikan pada 2015, pendanaan terus meningkat seiring dengan banyaknya pihak yang mulai tertarik pada bisnis ini.VINDRY FLORENTIN
Amit Vithal
Jabatan: co-founder Docquity
Usia: 41 tahun
Pendidikan: master of business administration di Symbiosis University
Pengalaman karier: Selama lebih dari 16 tahun berkiprah di bidang enterprise sales dan digital marketing di banyak perusahaan terkemuka di Asia Tenggara. Salah satunya menjadi general manager di Madison Xurpas Mobile Services yang berbasis di Filipina.