JAKARTA – PT Waskita Karya (Persero) Tbk mempercepat pengerjaan sejumlah ruas jalan tol yang belum memasuki tahap operasi. Dari total 16 jalan tol yang dikelola Waskita melalui anak usahanya, PT Waskita Toll Road, baru sembilan ruas yang sudah memiliki tarif, baik pada sebagian seksi maupun keseluruhan.
Direktur Utama PT Waskita Toll Road Herwidiakto mengatakan enam ruas bakal dibuka secara komersial, sedangkan satu ruas tersisa dioperasikan tahun depan. "Artinya, kami menyelesaikan dan mengajukan skema tarif kepada pemerintah," kata dia kepada Tempo, akhir pekan lalu.
Pengerjaan ruas Kayu Agung–Palembang–Betung sepanjang total 112 kilometer, menurut Herwidiakto, sedang dipercepat agar bisa beroperasi sebelum masa mudik Idul Fitri. Waskita Toll Road menargetkan 53 kilometer jalan tol tersebut beroperasi bulan ini. "Jalan tol ini sempat dibuka secara fungsional saat mudik 2019," ucapnya. "Mungkin setelah peresmian, pemerintah akan minta digratiskan selama beberapa pekan."
Waskita Toll Road juga bakal mengoperasikan sebagian jalan tol Krian–Legundi–Bunder–Manyar pada paruh kedua tahun ini nanti. Namun, jalur yang terdiri atas empat seksi itu bisa difungsikan sebagai jalan tambahan sementara saat Idul Fitri. Terdapat tiga ruas dalam target operasi Waskita yang berada di sekitar Ibu Kota, yaitu Cimanggis–Cibitung, Cibitung–Cilincing, serta Cinere–Serpong. Sisanya adalah jalan tol Cileunyi–Sumedang–Dawuan (Cisumdawu) yang terkoneksi dengan lokasi strategis Jawa Barat, seperti Bandar Udara Kertajati di Majalengka dan jalan tol Cikopo-Palimanan.
Direktur Utama PT Waskita Karya I Gusti Ngurah Putra mengatakan penyelesaian jalan tol tersebut pun bakal membantu mengisi kas perseroan. Menurut dia, proyek ini memakai skema turnkey alias bisa dibayar setelah rampung. "Sebagian proyek Waskita Toll Road yang memakai skema ini kami percepat. Contohnya jalan tol Cinere–Serpong," katanya.
Putra mengatakan aset yang sudah beroperasi pun bisa menjadi modal divestasi. Tahun ini Waskita akan melego empat ruas jalan tol yang sudah beroperasi. Tiga ruas jalan tol, menurut Putra, yang bakal masuk daftar penjualan adalah Kanci–Pejagan, Pejagan–Pemalang, dan Pemalang–Batang.
Meski begitu, dia mengakui rumitnya mengejar penyelesaian jalan tol jika terganjal pembebasan lahan. "Karena hambatan tanah, jadi sulit memprediksi kapan semua bisa selesai."
Direktur Keuangan Waskita Karya Haris Gunawan mengatakan pendapatan baru perseroan bisa dipakai untuk menggenjot ruas jalan tol yang belum beroperasi. Pada akhir 2019, Waskita sudah menerima pembayaran berbagai proyek infrastruktur senilai Rp 24 triliun. Penjualan dua ruas jalan tol di Jawa pun menghasilkan dana Rp 2,4 triliun. "Kas internal kami cukup untuk mengejar sisa proyek jalan tol ini."
Waskita masih akan meraup dana segar hingga lebih dari Rp 10 triliun pada tahun ini. Sumbernya beragam, dari dua proyek turnkey, yaitu jalan tol layang Jakarta–Cikampek senilai Rp 4,5 triliun dan konstruksi kereta rel ringan (light rail transit/LRT) Palembang Rp 2,7 triliun, hingga pembayaran Rp 18,7 triliun dari proyek di luar skema turnkey. Nilai itu belum termasuk uang pengembalian piutang dana talangan tanah dari Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) sekitar Rp 4,5 Triliun.
Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance, Abra Tallatov, mengatakan Waskita tetap harus menyesuaikan target kinerja dengan kapasitas keuangan. Beban proyek, kata dia, membuat utang Waskita menumpuk hingga Rp 108 triliun pada triwulan III 2019.
Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Danis Hidayat Sumadilaga mengatakan penyelesaian proyek turnkey bisa mendukung kinerja keuangan badan usaha milik negara di sektor konstruksi seperti Waskita Karya. "Kuncinya segera merampungkan pekerjaan agar dibayar, namun tentu dengan kualitas yang ditentukan. Bukan berarti terburu-terburu," kata dia. YOHANES PASKALIS PAE DALE
Waskita Karya Percepat Enam Proyek Jalan Tol