Edisi Minggu, 13 April 2014
Cari angin
Putu Setia
Tanpa mengurangi rasa hormat akan keilmuannya, saya bosan mendengar uraian para pengamat di televisi tentang hasil pemilu legislatif. Selain orangnya itu-itu saja, pengamatannya terlalu metropolitan, kurang memahami apa yang ada di desa.
Misalnya, soal efek-efekan. Ada efek Jokowi yang dianggap gagal mendongkrak suara PDI Perjuangan. Lalu ada efek Rhoma Irama yang berhasil mendongkrak suara PKB. Yang saya amati (meski saya tak menyandang predikat pengamat) orang desa bukannya tak mendukung Jokowi menjadi presiden. Mereka mendukung, tapi itu nanti pada pemilihan presiden. Orang di desa cenderung memilih caleg yang dekat dengan lingkungannya karena merekalah yang setiap saat membantu warga. Tak peduli partainya. Tentang suara PKB yang melonjak, ini lebih pada warga NU yang "pulang ke rumah". Sulit membayangkan para kiai mencoblos PKB hanya karena Rhoma Irama, meski dia Raja Dangdut.
Baca Selengkapnya
Internasional
BRUSSEL - Ketegangan terus meningkat di perbatasan Ukraina Timur. Demonstran pro-Rusia kian agresif menduduki gedung-gedung pemerintah, sementara pasukan Rusia siap siaga di perbatasan.
Gerombolan pria bersenjata yang diduga pro-Kremlin menduduki markas polisi di Kota Slaviansk, Ukraina Timur, Sabtu. "Mereka menggunakan seragam kamuflase," demikian Menteri Dalam Negeri Ukraina, Arsen Avakov, menuliskan di laman Facebook-nya, Sabtu. Slaviansk berada di wilayah Donetsk, sekitar 150 kilometer dari perbatasan dengan Rusia.
Baca Selengkapnya
Olah Raga
Michael Owen sehat jiwa dan raga, namun keputusannya untuk mengikuti lomba London Marathon, Ahad ini, dianggap gila oleh teman-temannya. Lebih-lebih ketika dia mengungkapkan target akan melahap jarak sejauh 42.195 meter itu dalam waktu kurang dari 4 jam.
Bekas pemain Manchester United ini sebenarnya juga mengaku kesulitan jika berlari jarak jauh. "Saya dibentuk seperti sprinter, jadi punggung saya kesakitan kalau berlari jarak jauh," kata Owen, sebagaimana dikutip The Telegraph.
Baca Selengkapnya
Berita Lainnya
Fotografi
Kesederhanaan mewarnai masa pencoblosan di Kampung Pike, Distrik Pesugi, Jayawijaya, Papua, pada Rabu lalu. Tempat pemungutan suara itu dibangun di tengah lapangan kampung. Sebagian panitia pemilihan duduk di bawah tenda terpal seadanya. Bilik suaranya pun dibangun dari kardus yang diikat ke ranting agar berdiri tegak.
Baca Selengkapnya
Cerpen
Ardy Kresna Crenata
-untuk Avianti Armand
SEBUAH layar. Sebuah biru yang dominan. Di sudut kanan agak ke bawah, sesosok lelaki.
Ada benda-benda serupa burung lambat beterbangan dari kanan tengah ke kiri atas, dari sebentuk rimbun pohon dengan daun-daun gemuk menuju semacam langit yang masih hampa. Hanya ada kepak yang gamak. Lelaki itu mendengkur. Seseorang di sampingnya, sesosok perempuan, serupa perempuan, mengatur desah napasnya untuk tak mengendap jadi mimpi buruk yang akan membangunkan lelaki itu. Tangan kanannya menjuntai, seperti hendak menyentuh tubuh lelaki itu. Tapi, tangan itu terhenti, seperti jeda yang dipaksa ada.
"Kau harus pergi, dan mati. Lelaki itu tak boleh tahu."
Baca Selengkapnya
Berita Lainnya
Sehari Bersama
Ketika melakukan perjalanan, Anda akan melihat mereka ada di mana-mana. Mereka berbekal gitar, gendang, dan drum-mengisi terminal, stasiun, dan sudut-sudut kota lainnya. Para pengamen merupakan bagian dari kehidupan jalanan kota besar di Indonesia. Salah satunya Bambang Sri Mulyono, yang tenar dipanggil Ho-sebuah sapaan yang diberikan temannya ketika dia sedang lari pagi pada tahun 2000.
Jalan Sumenep, Menteng, Jakarta Pusat-dekat bibir Jalan Jenderal Sudirman-merupakan daerah kekuasaan Ho, yang berambut gimbal sepunggung, berkulit hitam karena sering terpapar bahang matahari, dan brewokan. Ia sudah hidup di trotoar Ibu Kota sejak 1998. Lagu ciptaannya yang terkenal adalah Reformasi Masturbasi-tentang perubahan negeri ini yang ternyata omong kosong.
Baca Selengkapnya
Ide
Dian R. Basuki,
Peminat Masalah Sains
Mengapa saya memilih Partai X dan Anda Partai Y? Mengapa teman Anda lebih menyukai Partai Z? Apakah kampanye, persuasi, ketokohan, ideologi, atau program partai-bila memang ada-yang membuat pilihan Anda dan teman berbeda? Di mana peran dan kontribusi faktor genetis?
Pertanyaan non-politis ini semakin menguat setelah genetika berhasil mengungkap rahasia sandi yang terpatri pada gen-gen manusia: kejahatan, kekerasan, religiositas, kecakapan kognitif, kemampuan bersosialisasi, kebahagiaan, kecenderungan untuk bunuh diri, dan seterusnya. Apa yang selama ini dianggap sebagai wilayah yang "dikuasai" oleh ilmu-ilmu sosial, khususnya sosiologi dan psikologi, mulai diusik oleh sains, khususnya genetika.
Peminat Masalah Sains