maaf email atau password anda salah
Pengurus Khilafatul Muslimin membatalkan semua kegiatan eksternalnya setelah pemimpin mereka, Abdul Qadir Hasan Baraja, ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan kabar bohong, provokasi, kegiatan separatis, dan anti-Pancasila. Kegiatan pengajian tetap berjalan.
Polisi mencokok Abdul Qadir Hasan Baraja, pemimpin Khilafatul Muslimin, sepekan setelah konvoi anggota organisasi itu mendapat sorotan masyarakat. Polisi menuduh Baraja menyebarkan provokasi, kebencian, dan kabar bohong untuk menjelekkan pemerintah. Padahal anggota jaringan Khilafatul Muslimin sudah rutin menggelar konvoi sejak empat tahun lalu. Yayasan dengan nama yang sama pun mendapat izin dari Kementerian Hukum dan HAM sejak 2014. Bahkan sayap pendidikan mereka di 18 wilayah sudah menerapkan kurikulum berbasis khilafah sejak 2006. Penangkapan Baraja, yang pernah keluar-masuk penjara karena kasus terorisme, dinilai tergesa-gesa.
Pengurus Khilafatul Muslimin mengklaim kerap berkunjung ataupun dikunjungi aparat kepolisian setempat untuk melaporkan agenda organisasi. Pengurus mempertanyakan penangkapan pemimpin mereka dengan tuduhan penyebaran ajaran yang bertentangan dengan Pancasila.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyatakan lembaga pendidikan di bawah naungan Yayasan Khilafatul Muslimin tidak terdaftar. Sistem dan kurikulum pengajarannya pun tidak diakui pemerintah. Sebaliknya, pengurus yayasan mengklaim sistem pendidikan di pesantren yang tersebar di 18 kabupaten dan kota itu merupakan yang terbaik di dunia. Alasannya, antara lain, pesantren telah menjalankan sistem khilafah, dipimpin seorang khalifah, dan dibiayai dari infak serta zakat orang tua siswa.
Setelah pemerintah melarang Hizbut Tahrir Indonesia dan ormas lain yang mengusung pendirian negara (khilafah) Islam, organisasi baru tampil lewat konvoi sporadis di sejumlah kota. Namanya Khilafatul Muslimin. Meski atributnya identik dengan cita-cita pendirian negara Islam, pengurus yayasan itu mengklaim hanya menangani pendidikan. Mereka pun menafsir ulang istilah khilafah sebagai forum berkumpulnya umat Islam. Tempo menelusuri jaringan organisasi yang didirikan mantan residivis kasus terorisme itu.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.