Kedai kopi difabel seperti Sunyi Coffee dan DignityKu ternyata berkembang pesat. Kaum difabel dapat dilatih secara profesional.

Kafe dan resto dengan suasana Yogyakarta berusaha menjaring lebih banyak penikmat nostalgia pada bulan puasa.

Expat. Roasters, jaringan kedai kopi dari Bali, buka cabang pertama di Jakarta. Mengeksplorasi rasa berbagai kopi arabika.

Di tengah kepungan kafe grab and go, sejumlah kedai kopi slow bar tetap eksis di Jakarta. Mengusung interaksi dengan pengunjung.

Di satu sudut Kampoeng Batik Laweyan Solo, tersempil kafe slow bar yang tak pernah sepi. Kafe 1956 itu hanya diawaki satu orang.

Warung Kopi Phoenam berdiri di Makassar sejak 1946, tersebar hingga Jakarta dan Manokwari. Pemiliknya meninggal pada pekan lalu.

Riset Iin Mayasari dkk dari Universitas Paramadina, Jakarta, menyatakan masyarakat Indonesia lebih menyukai kafe lokal ketimbang merek asing. Didorong oleh faktor keyakinan konsumen akan tingginya mutu kopi dalam negeri.

Kedai kopi jalanan bermunculan di Kota Bandung. Sejumlah pelanggan menyatakan sangat menikmati kehangatan seduhan kopinya. Banyak anak muda menjadi konsumen kafe berkonsep street coffee.

Pedagang kopi di dekat Stadion Maguwoharjo, Yogyakarta, menjual dagangannya dengan konsep street coffee. Ia merestorasi gerobak bekas penjual dawet untuk menjajakan aneka minuman.

I Kadek Wirahita Satvika menjual kopi menggunakan mobil Carry tua. Ia menamai tempat jualannya itu "Feeling Bali".

Setiap akhir pekan, kedai kopi Rukmasara ramai didatangi pengunjung. Padahal kedai itu belum membuka layanan secara penuh.

Sebuah penginaan yang terbengkalai bertahun-tahun diubah menjadi kedai kopi. Aura tradisonal dipertahankan untuk menarik minat pengunjung.