maaf email atau password anda salah
Harga minyak dunia yang terus melejit membuat Pertamina semakin terjepit. Meski kinerja keuangan dua tahun terakhir positif, perusahaan pelat merah ini terancam merugi karena tidak bisa menaikkan harga Pertalite dan Pertamax. Pemerintah didesak merealisasi kompensasi untuk menutup selisih biaya produksi dua bahan bakar yang paling banyak dikonsumsi masyarakat itu.
Indonesia menghadapi risiko tinggi setelah harga minyak dunia melonjak di atas US$ 110 per barel. Harga minyak yang kian mendidih pada akhirnya bakal mencekik anggaran negara. Di satu sisi, Pertamina terimpit karena tak serta-merta menaikkan harga bahan bakar nonsubsidi.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.