Praga Utama
praga.utama@tempo.co.id
Belum genap 24 jam Sie Michael mengunggah foto mobil-mobilan di laman Facebook-nya, Mikesie Garage, puluhan komentar sudah muncul di setiap unggahannya. Isinya sederhana: berupa angka-angka, dari dua digit sampai tiga digit. Angka-angka itu adalah harga penawaran dari para calon konsumen yang ingin membeli mobil-mobilan tersebut. “Biasanya, menjelang penutupan, yang komen akan semakin banyak. Harganya juga akan terus naik,” kata Mike panggilan akrab Michael kepada Tempo, kemarin.
Inilah proses lelang mobil-mobilan (diecast) daring yang rutin digelar Mike hampir saban pekan. Tak seperti di balai lelang peserta akan mengacungkan tangannya untuk menawar di lelang mobil-mobilan ini penawaran dilakukan dengan cara menuliskan harga pada kolom komentar foto barang yang dikehendaki.
Salah satu produk yang diminati banyak calon pembeli di laman Mikesie Garage adalah sebuah miniatur mobil sport Porsche berwarna abu-abu. Kamis lalu, Mike membuka harga Rp 15 ribu untuk Porsche itu. Baru 15 jam diunggah, harga penawarannya sudah mencapai Rp 210 ribu. Harganya diprediksi akan terus naik menjelang penutupan lelang pada Ahad besok.
Kolektor dan penjual diecast, Sie Michael. Dok. Pribadi
Koleksi diecast milik Sie Michael. Dok. Pribadi
Biasanya, Mike bercerita, menjelang penutupan masa lelang akan muncul penawar yang langsung menembak dengan harga tinggi. “Mereka disebut sniper alias penembak jitu.” Pembeli semacam ini tak mengikuti proses lelang dan bersaing dengan pembeli lain sejak awal. Sebelum pandemi Covid-19, proses lelang mobil mainan didominasi para sniper ini. “Tapi, pada masa pandemi, mungkin orang punya banyak waktu luang di depan komputer ataupun ponsel. Jadi, sekarang lebih banyak peserta yang mengikuti lelang sejak awal pembukaan.”
Ya, meski tren dan hobi mengoleksi diecast sudah lama ada di Tanah Air, pada masa pandemi ini antusiasme kolektor untuk menambah koleksinya terus meningkat. “Dua tahun belakangan memang pasarnya menggila. Dan, pada masa pandemi, peserta lelang jadi semakin ramai,” ujarnya.
Pria berusia 42 tahun yang memulai berjualan diecast sejak enam tahun lalu itu menduga minat orang mengoleksi mobil mainan makin tinggi karena produk ini bisa mendatangkan keuntungan. “Tak sedikit peserta lelang di Mikesie Garage yang berburu produk bukan untuk dikoleksi, melainkan untuk dijual lagi dengan harga lebih tinggi.”
Mobil mainan, meski terkesan remeh, memang punya banyak peminat. Dari kanak-kanak sampai orang dewasa. Mobil-mobilan berskala 1:64 seukuran kotak korek api adalah yang paling laris di pasaran. Merek-merek yang populer adalah Hot Wheels, Tomica, Takara Tomy, Matchbox, Majorette, dan Kyosho. Mainan ini pun ada banyak alirannya: mirip mobil betulan, mobil fantasi dengan bentuk-bentuk unik, serta mobil-mobilan karakter yang diambil dari komik, film, ataupun animasi.
Toko diecast Mikesie, milik Sie Michael di Senayan Trade Center, Jakarta. Dok. Pribadi
Menurut Mike, belakangan, yang sedang banyak disukai kolektor adalah diecast tiruan dari mobil betulan. “Mobil-mobil keluaran Jepang, seperti Datsun retro, atau mobil sport, sedang populer,” ia menambahkan.
Selain Mike, ada banyak penjual diecast terkenal di Tanah Air, seperti Burjurian Toys, Himtoys, dan Hot Wheels Shop. Para peminat hobi ini pun punya komunitas dengan aliran beragam: ada yang gemar memodifikasi diecast, kolektor mobil-mobilan langka, ataupun penggemar diorama. “Turunannya banyak banget.”
Mike pun tak sekadar memanfaatkan ramainya penggemar diecast dengan berjualan. Ia punya kanal YouTube “Mikesie Garage & Life” yang kontennya terkait dengan hobi ini.
Keberadaan seller dan pelelang mobil-mobilan disukai konsumen karena biasanya mereka mematok harga jauh lebih murah ketimbang harga jual produk serupa di toko. Para pelelang ini bisa menjual diecast seharga 2-3 kali lipat lebih murah ketimbang produk serupa yang banyak dijual di toko mainan dan minimarket.
Karena itu, selain kolektor atau penjual lain, sesi lelang mobil-mobilan kerap dimanfaatkan para orang tua yang ingin membelikan mainan untuk anak-anaknya. Tapi, memang, untuk beberapa jenis diecast yang terbilang langka dan unik, harganya justru bisa jauh lebih tinggi dari harga pasaran karena penawarnya banyak.
Salah satu kolektor diecast yang rutin berburu mainan lewat ajang lelang daring adalah San Yasdi Pandia. Pria berumur 33 tahun yang bekerja di salah satu stasiun televisi swasta itu mengaku baru setahun menekuni hobi ini. “Gue dulu mulainya karena iseng. Tertarik gara-gara lihat teman yang sudah mengoleksi diecast duluan,” kata dia.
Awalnya Yasdi senang mengoleksi mobil mainan karakter, seperti mobil-mobilan Batman, Spiderman, atau yang bergambar tokoh komik lainnya. Dulu hampir setiap pekan dia mengikuti lelang daring di laman para pelapak diecast.
Sie Michael saat membuat konten diecast. Dok. Pribadi
Baru sekitar 10 bulan menggemari mobil mainan, jumlah koleksi Yasdi sudah mencapai 600 buah. “Waktu itu gue benar-benar kalap. Tiap ada lelang dan liat mobil-mobilan unik, pasti ikutan sampai dapat.” Saking kalapnya, ia bahkan pernah membeli satu kardus besar berisi puluhan boks diecast seharga Rp 3,5 juta.
Bagi Yasdi, hobi mengumpulkan diecast ini semacam imbalan bagi dirinya yang sehari-hari sudah lelah bekerja di kantor. “Tahun lalu gue sempat bekerja di dua tempat. Karena itu penghasilannya agak lumayan. Jadi, banyak duit sisa buat beli mainan,” dia berseloroh.
Meski begitu, Yasdi punya trik agar duitnya tak terkuras banyak saat mengikuti lelang. Setiap kali ada penjual yang menawarkan mainan, dia mengecek lebih dulu harga pasaran produk yang diinginkan. Dari situ, Yasdi mematok harga maksimal yang akan ia ajukan di sesi lelang daring. “Gue enggak akan beli kalau harganya sudah lebih dari harga pasaran.”
Sekali waktu Yasdi pernah sangat bernafsu membeli mainan diecast berupa miniatur bus tim basket Chicago Bulls. Dalam paket mainan itu juga terdapat action figure pebasket legendaris Michael Jordan dan Scottie Pippen. Pelapak yang menjual mainan itu sebetulnya membuka harga Rp 15 ribu. Tapi karena peminatnya banyak, harganya pun terus naik.
Yasdi, yang sangat ingin memiliki mainan itu, terus menawar hingga harga penutupannya mencapai Rp 375 ribu. “Gue puas banget pas bisa mendapat mainan ini. Sebab, setelah gue cek, harga pasaran mainan ini di toko bisa mencapai Rp 750 ribu,” tuturnya.
Belakangan, Yasdi mulai mengerem hasratnya mengumpulkan diecast. Selain jumlah mainannya semakin banyak, dia mulai berfokus mengoleksi mobil mainan yang disukainya saja. “Tidak sekalap dulu, apa saja dibeli.”
Sementara dulu Yasdi gemar mengumpulkan mobil karakter, kini dia menyenangi diecast tiruan dari mobil betulan. “Tepatnya jenis Chevrolet Corvette. Gue suka bentuknya,” ujar Yasdi. Meski begitu, ia masih rutin memantau laman media sosial para penjual diecast. Jika ada mobil-mobilan yang dia sukai dan unik, Yasdi tak segan menawarnya alias ngebid.
Koleksi diecast milik Feka. Dok. Pribadi
Bagi kolektor yang merasa sudah kebanyakan “barang simpanan”, menjual kembali koleksinya dengan membuka toko daring di marketplace atau menitipkan lewat pelalang merupakan pilihan menarik. Hal itulah yang belakangan rutin dilakukan Feka Yasmita, seorang guru yang menggemari diecast sejak 2014.
Kini jumlah koleksi Feka tinggal sekitar 500 buah karena ia sudah banyak menjual simpanannya lewat toko online-nya, “Tokone Tole”, ataupun menitipkan lewat pelelang. “Ternyata berjualan diecast lumayan menguntungkan karena saya bisa menjual kembali dengan harga hingga dua kali lipat dari harga yang saya beli saat lelang,” ujar Feka kepada Tempo, Kamis lalu.
Feka menilai hobi mengumpulkan diecast ini tak akan pernah lekang dimakan zaman. “Karena ini hobi lintas generasi.” Kalaupun nanti trennya menurun, menurut Feka, peminat mobil-mobilan akan tetap ada. “Meski para kolektor nanti pensiun, misalnya, orang tua yang mencari mobil-mobilan untuk anak-anaknya akan selalu ada,” kata dia.
Apalagi, dia menambahkan, harga diecast yang dijual para seller tangan kedua, seperti Feka, akan tetap jauh lebih murah ketimbang harga mainan serupa di toko-toko. “Ambil margin enggak usah banyak-banyak. Lebih tinggi sedikit dari harga lelang saja sudah untung, kan?”
Sama seperti Yasdi, Feka mengaku kini lebih menahan diri untuk mengikuti lelang demi menambah koleksi. Tapi kegemaran Feka berburu mobil mainan tetap ada. Sesekali ia memantau laman para penjual diecast. “Kalau ada yang oke, pasti ikutan ngebid,” ujarnya.
Ia lebih gemar mengumpulkan diecast berbentuk mobil VW, Land Rover, atau truk-truk trailer. “Sekarang lagi suka yang retro-retro. Mungkin karena nostalgia juga. Dulu ayah saya punya mobil VW.” Sebagian koleksinya itu ia simpan dengan rapi di sebuah boks plastik berukuran besar. Ia mengisahkan, jika dihitung, uang yang sudah ia habiskan selama menjalani hobi ini mungkin sudah setara dengan harga sebuah mobil betulan.