Swietenia Puspa Lestari mengaku bukan seorang aktivis lingkungan. Namun kepedulian perempuan berusia 25 tahun ini terhadap lingkungan, terutama ekosistem laut, tak perlu diragukan. Ya, Tenia-panggilan akrab Swietenia-adalah pendiri sekaligus Direktur Eksekutif Divers Clean Action (DCA), lembaga swadaya masyarakat yang peduli akan masalah pencemaran sampah di lautan.
Mulanya, DCA yang ia dirikan bersama dua temannya, Nesha Ichida dan M. Adi Septiono, pada 2015 ini adalah organisasi tempat berkumpulnya para penyelam yang punya kepedulian lebih terhadap masalah pencemaran sampah di laut. Mereka kerap melakukan aksi bersih-bersih pantai hingga memunguti sampah di bawah laut. Ternyata kegiatan mereka direspons positif oleh banyak pihak. Hingga akhirnya DCA mengadakan Indonesia Youth Marine Debris Summit, forum anak muda yang berfokus menangani permasalahan sampah di laut. Setahun lalu, forum ini melebarkan sayapnya hingga ke tingkat Asia Tenggara.
Lewat forum ini, ratusan anak muda dari semua provinsi di Indonesia didorong untuk melakukan perubahan atau membuat program penanggulangan masalah pencemaran laut di daerah masing-masing. Tenia mengklaim, sejauh ini sudah 22 ribu orang yang merasakan manfaat dari aneka program yang bermula dari forum itu. Di tingkat Asia Tenggara, jumlah relawannya sudah mencapai 1.500 orang.
Selain menggelar aneka kegiatan bersama DCA, Tenia menginisiasi beberapa kampanye untuk mengurangi jumlah sampah. Salah satu kampanye buatan Tenia yang paling populer adalah #NoStrawMovement, yang bertujuan mengajak orang berhenti menggunakan sedotan plastik. Alasannya, sedotan plastik kerap menjadi sampah yang tak tertangani dan mencemari lingkungan. "Semua ini berawal dari rasa gemas ketika aku melihat lautan kotor oleh sampah," ujarnya saat ditemui Praga Utama dari Tempo, Rabu lalu.
Berkat aneka inisiatif dan konsistensinya ini, Tenia mendapat pengakuan di tingkat dunia. Oktober lalu, British Broadcasting Corporation (BBC) memasukkan namanya ke daftar "100 Perempuan Berpengaruh 2019". Nama Tenia kini sejajar dengan aktivis lingkungan pemenang Hadiah Nobel, Greta Thunberg, hingga anggota kongres Amerika Serikat, Alexandria Ocasio-Cortez. "Sampai sekarang masih enggak nyangka."
Bagaimana Anda bisa terpilih dalam daftar perempuan berpengaruh versi BBC?
Aku sendiri enggak tahu apa-apa. Tiba-tiba ada surat elektronik dari tim seleksi BBC London yang mengatakan (mereka) mendapatkan rekomendasi namaku untuk (masuk) daftar 100 perempuan berpengaruh tahun ini. Menurut mereka, namaku direkomendasikan tim BBC di Indonesia, karena mereka memang melakukan pemilihan dari seluruh dunia lewat perwakilan di setiap negara.
Untuk daftar ini, mereka mencari perempuan yang punya aktivitas, kampanye, atau program yang memberikan perubahan yang bisa diukur dan menginspirasi banyak orang, serta diangkat di media lokal. Kebetulan setahun terakhir memang aku sedang melakukan banyak program dan kampanye yang sering diliput media massa.
Bagaimana tanggapan Anda ketika tahu nama Anda masuk daftar itu?
Kaget banget saya ada di daftar bareng Greta Thunberg. Saya bertanya-tanya sendiri, memangnya saya sudah melakukan apa bisa disamakan dengan dia? Saya merasa masih banyak orang yang aktivitasnya berpengaruh lebih besar terhadap lingkungan hidup, atau penyebaran pesan melalui media sosialnya lebih bagus ketimbang aku. Namun, menurut tim BBC, aku terpilih karena dalam aktivisme yang kulakukan, aku tak cuma terjun ke lapangan, tapi juga masuk ke level kebijakan. Menurut mereka, apa yang aku lakukan ini adalah sesuatu yang bisa ditiru orang lain.
Salah satu aktivitas Anda bersama DCA yang dianggap paling berpengaruh adalah Indonesia Youth Marine Debris Summit. Sejauh ini, apa saja dampaknya?
Setelah berlangsung setahun belakangan, ternyata program yang dijalankan para peserta di provinsi masing-masing cukup berdampak positif, mempengaruhi sekitar 22 ribu orang berupa edukasi, membuat perubahan gaya hidup terkait dengan sampah. Ada tiga kategori kegiatan. Pertama, edukasi terkait dengan sampah, yakni membuat perubahan sistem pengolahan sampah dari semua sampah di laut atau sungai ke tempat yang sesuai. Kedua, membuat program pemilahan sampah dan mengkoneksikan warga dengan bank sampah. Ketiga, mendorong mereka bekerja sama dengan perusahaan soal edukasi pengolahan sampah atau wisata ramah lingkungan. Fokusnya, mengurangi sampah yang masuk ke laut.
Dari hasil workshop itu, daerah mana yang paling berhasil membuat program penanganan sampah?
Paling sukses di Palu, Sulawesi Tengah. Sebelum tsunami 2018, anak-anak muda di sana berhasil mendirikan bank sampah, membuat pusat kerajinan berbahan daur ulang, hingga lembaga edukasi sampah untuk masyarakat. Sebelumnya di sana sama sekali tidak ada bank sampah. Hebatnya, setelah gempa dan tsunami, program ini tetap mereka jalankan dengan baik.
Tapi memang ada beberapa daerah yang programnya tak berjalan dengan baik, meski warga sudah diedukasi untuk memilah sampah buat daur ulang. Sebab, sampah di sana belum dihargai gara-gara belum ada pusat daur ulang. Makanya, kami sekarang sedang berfokus mengadvokasi agar pemerintah membangun pusat daur ulang di daerah-daerah, seperti Papua atau Sulawesi, tidak hanya di Jawa. Masyarakat sebenarnya sangat mau terlibat.
Lalu bagaimana Anda melebarkan jangkauan kampanye hingga ke tingkat Asia Tenggara?
Saat melakukan kegiatan bersih-bersih pantai dari sampah, kami sering menemukan sampah yang diduga berasal dari negara lain, ada tulisannya berbahasa India, Arab, Cina, dan Filipina. Kami berpikir kenapa tidak melibatkan teman-teman dari negara tetangga? Sebab, kalau gaung gerakan ini hanya besar di Indonesia, akan percuma. Pada 2018, kami meminta dukungan Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk membuat platform Marine Debris Mapping. Waktu itu ada 70 orang dari seluruh Asia Tenggara yang mengikuti pelatihan dan didorong untuk membuat program terkait dengan penangangan sampah di daerah masing-masing.
Proyek apa yang sedang Anda kerjakan sekarang?
Kami sedang berfokus membantu Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia serta Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi untuk meneliti sampah-sampah yang ditemukan di pinggir pantai. Kami melibatkan para relawan di daerah untuk mengumpulkan data potensi sampah dari setiap provinsi. Supaya kita tahu, dari setiap daerah, volume terbanyak sampah itu ada di bulan apa, jenisnya apa saja. Kalau bisa didaur ulang, diukur potensi nilai ekonominya.
Bagaimana strategi melakukan pendekatan kepada masyarakat, pemerintahan, hingga kalangan pengusaha?
Tentu strateginya berbeda-beda. Untuk masuk ke pemerintahan, kami harus datang dengan membawa data lengkap, sehingga lebih mudah untuk melakukan lobi. Pemerintah sebetulnya terbuka dan mau mendengarkan. Para pejabat juga senang mendapat bantuan dari masyarakat. Kalau ke masyarakat, tentu tidak bisa dengan cara membawa dan memaparkan data, melainkan harus menyentuh urusan perut. Misalnya, saya bilang ke nelayan, kalau laut kotor banyak sampah, mereka akan susah cari ikan. Makanya, kalau ada pelatihan untuk masyarakat, kami membuat kategori berdasarkan pekerjaan atau bidang usaha mereka supaya lebih mencocokkan dengan kepentingan mereka sendiri. Kalau enggak begitu, mereka enggak mau mendengarkan karena perut lebih penting.
Anda berhasil mengajak perusahaan restoran sebesar KFC untuk menyetop penggunaan plastik dalam kampanye No Straw Movement...
Pendekatan ke kalangan pengusaha berbeda lagi. Mereka sebetulnya terbuka, tapi lebih berhati-hati kepada komunitas yang hanya mau meminta uang atau mengkritik tanpa memberikan solusi. Aku senang karena kampanye dengan KFC cukup berhasil. Bahkan dalam waktu dekat, rencananya mereka juga menyetop penggunaan kantong keresek dan akan mulai mendaur ulang semua sampah di gerai mereka. Ini rangkaian dari kampanye itu.
KFC mau bekerja sama dengan kami mungkin karena kami ikut memberikan solusi dan saran-saran tentang apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi produksi sampah. Kami juga ikut mempertemukan bagian marketing dan operasional mereka karena menyetop penggunaan sedotan atau kantong plastik turut mempengaruhi bujet. Kami ikut memberikan pelatihan dan monitoring kepada para karyawan mereka.
Anda kerap mendapat komentar bernada seksis dan dianggap remeh. Bagaimana melawan hal-hal semacam itu?
Tak hanya di lapangan. Saat aku bertemu dengan kalangan pejabat pemerintahan, aku juga mendapat perlakuan sama. Aku sering dipandang sebelah mata karena mungkin aku perempuan dan masih muda. Lalu namaku kan Swietenia, sering banget orang-orang yang lebih tua memanggil namaku menjadi "sweety" (berarti "manis" dalam bahasa Inggris), dibilang cantiklah, dan sebagainya. Sebenarnya aku risi, tapi we have to play along. Masalah ini terjadi di semua level. Tapi saya berusaha tak terlalu mengambil pusing.
Tema besar dalam daftar perempuan berpengaruh versi BBC adalah bagaimana masa depan dunia jika dipimpin perempuan. Bagaimana pandangan Anda terhadap peran perempuan terkait dengan aktivisme yang Anda lakukan?
Aku enggak mau ngebedain perempuan dan laki-laki. Tapi di lapangan, aku melihat bahwa perubahan bisa lebih cepat terjadi jika dimulai dari kalangan perempuan dan ibu-ibu. Sebab, mereka bisa mempengaruhi keluarga, anak-anak, dan suami mereka. Para ibu lebih bagus dalam menurunkan pengetahuan baru yang mereka dapatkan ke anak-anak dan lingkungan sekitar rumah mereka. Jika perubahan dimulai di tingkat rumah tangga, dampaknya akan semakin besar.
Siapa inspirasi atau tokoh panutan Anda dalam melakukan aktivisme ini?
Aku tidak mengidolakan satu sosok tertentu. Tapi bapak pernah bilang, kalau mau mengubah sesuatu kondisi, jangan hanya marah-marah dari luar, tapi coba lihat ke dalamnya, sistemnya seperti apa, apa yang bisa kita lakukan untuk melakukan perubahan.
Swietenia Puspa Lestari dalam Our Ocean Conference 2019 di Oslo, Norwegia, 24 Oktober lalu.
Swietenia Puspa Lestari
Direktur Eksekutif Divers Clean Action
Tempat, Tanggal Lahir
Bogor, 23 Desember 1994
Pendidikan
- SMAN 70 Jakarta (2010-2012)
- Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (2012-2017)
Pengalaman Organisasi
- Relawan di World Wildlife - Foundation (2011-2014)
- Pendiri dan manajer proyek Bank Sampah ITB, Sekretaris Kabinet Dewan Mahasiswa ITB (2014-2015)
- Fasilitator dan kontributor riset Yayasan KEHATI (2016-2017)
Prestasi
- Delegasi Indonesia di Konferensi Pemuda Global untuk Perubahan Iklim RIO+20 (2011)
- Miss Favourite & Runner-Up ke-3, Miss Scuba Indonesia (2014)
- Delegasi Indonesia di Konferensi Kelautan Berkelanjutan YSEALI (2016)
- Pemenang proyek hibah Land Aqua Culture YSEALI
- Pemenang proyek International Marine Plastic Debris Summit, Kemenko Maritim RI
- 100 Perempuan Inspiratif Dunia versi BBC (2019)
Inisiasi Program
- Kampanye anti-sedotan plastik #NoStrawMovement, diikuti 10 restoran berjaringan (2017)
- Kampanye Bottle2Fashion, mengubah sampah menjadi produk busana bersama Danone Aqua & H&M Indonesia (2018)