Homepage
  • login/register
  • Home
  • Berita Utama
  • Editorial
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Metro
  • Internasional
  • Olahraga
  • Sains
  • Seni
  • Gaya Hidup
  • Info Tempo

koran tempo

23
November
2019
Dukung Independensi Tempo
  • Home
  • Berita Utama
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Metro
  • Sains
  • Editorial
  • Opini
  • Info Tempo
  • Cari Angin
SebelumnyaTopik 2/2 Selanjutnya
Topik

Agar Mereka Gembira Kembali

Para penyintas dan sejumlah komunitas mendorong agar mereka yang depresi bisa gembira kembali.

Edisi, 23 November 2019
Profile
Tempo
TEMPO/Nurdiansah

Para penyintas dan sejumlah komunitas mendorong agar mereka yang depresi bisa gembira kembali. Salah satunya dengan menyediakan ruang bercerita demi membuang pikiran untuk bunuh diri.

Masih terngiang-ngiang dalam benak Budi Setyawan-bukan nama sebenarnya-ketika mengetahui ayahnya mengakhiri hidupnya pada awal 2003. Perasaannya bercampur aduk: kaget, kecewa, marah, sekaligus bingung. Kala itu, ayahnya berusia 55 tahun, sementara Budi memasuki masa remaja. "Saya enggak pernah membayangkan kejadian itu kami alami," kata Budi kepada Tempo, Rabu lalu.

Sepeninggal sang ayah, ibunya menjadi murung dan putus asa. Mereka tak mengira bahwa depresi akibat penyakit diabetes sang ayah menjadi pendorong kematiannya. Sampai sekarang, guru sebuah bimbingan belajar di Bandung, Jawa Barat, itu belum bisa menerima kepergian ayahnya. "Saya masih mempertanyakan, kenapa ayah saya melakukan itu?"

Bahkan sempat tebersit di dalam pikirannya untuk juga melakukan bunuh diri. Namun dia terus berusaha sembuh dari trauma kematian itu. Kala itu, laki-laki asal Semarang, Jawa Tengah, tersebut mengenal Into The Light melalui tayangan talkshow di sebuah televisi. Komunitas anak muda ini berfokus pada kegiatan advokasi, kajian, serta edukasi pencegahan bunuh diri dan kesehatan jiwa. Namun ia ragu menghubungi mereka.

W251bGwsIjIwMjEtMDQtMjMgMTY6MDc6MTAiXQ

Relawan Into The Light melakukan permainan keakraban di Taman Suropati, Jakarta, 2018.

Baru lima tahun kemudian ia bisa meyakinkan diri untuk bergabung dengan Into The Light. Tapi komunitas yang didirikan Benny Prawira Siauw itu sudah menutup layanan pendampingan secara individu dan keluarga. Ia lalu direkomendasikan untuk berkonsultasi dengan psikolog profesional. "Tapi saya belum nyaman karena harus mengisi data pribadi dan segala macamnya," ujar dia.

Baru satu tahun belakangan ia mendapat tempat untuk bercerita dan berbagi pengalaman sebagai penyintas yang kehilangan akibat bunuh diri. Bahkan kini ia menjadi relawan di Into The Light sebagai penerjemah, penulis artikel, hingga pembicara setiap kegiatan berlangsung. Ia berbagi pengalaman kepada sesama penyintas, baik di komunitas maupun masyarakat umum, melalui forum seminar, grup percakapan, dan media sosial. "Ada pengalaman yang related, maka saya ingin berbagi," katanya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia, September lalu, memperhitungkan ada satu orang yang bunuh diri setiap 40 detik. Menurut WHO, hampir 800 ribu orang di dunia meninggal akibat bunuh diri. Bunuh diri juga menjadi penyebab kematian nomor dua pada orang berusia 15-29 tahun. Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018 Kementerian Kesehatan, prevalensi gangguan emosional penduduk berusia 15 tahun ke atas meningkat dari 6 persen pada 2013 menjadi 9,8 persen pada 2018.

Mental Health Festival di Kuningan City, Jakarta, 12 Oktober lalu.

Kasus-kasus bunuh diri bisa mengancam siapa saja, dari masyarakat biasa hingga figur publik. Pada 14 Oktober lalu, beberapa hari setelah Hari Kesehatan Mental Dunia yang jatuh pada 10 Oktober, artis Korea, Sulli, ditemukan meninggal karena bunuh diri. Di Indonesia, pekan ini, media dan media sosial diramaikan oleh kasus bunuh diri kopilot Wings Air, Nicolaus Anjar Aji Suryo Putro, 29 tahun. Ia ditemukan gantung diri di kamar kosnya di Kalideres, Jakarta Barat, Senin lalu.

Sejumlah selebritas Indonesia pun terang-terangan mengaku pernah punya pikiran bunuh diri. Salah satunya aktris Ariel Tatum. Ia mengaku pernah mengalami depresi akut hingga menyakiti diri sendiri dan ingin bunuh diri. Hal tersebut ia rasakan sejak usia 13 tahun. "Yang paling parah ketika ingin melakukan bunuh diri, pernah kepikiran beberapa kali, dan aku sadar itu enggak wajar," ujar Ariel dalam sebuah acara di Jakarta, 19 Oktober lalu.

Ariel Tatum adalah penderita borderline personality disorder (BPD) atau kepribadian ambang akut yang menyebabkannya sulit berkegiatan dan menjalin hubungan dengan orang lain. "Ini mengganggu waktu istirahat dan produktivitasku," ujarnya, seperti dilaporkan Chitra Paramaesti dari Tempo. Hingga kini, Ariel masih rutin berkonsultasi dengan psikolog dan psikiater. Ia pun mengajak masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan mental.

  

Into The Light adalah salah satu komunitas yang peduli pada kesehatan mental.

Pendiri Into The Light, Benny Prawira, mengatakan komunitasnya tidak hanya menangani kesehatan mental individu, tapi juga memberikan pendampingan bagi penyintas yang kehilangan seseorang karena bunuh diri, seperti yang dialami Budi Setyawan.

Menurut dia, memperhatikan para penyintas kehilangan ini berperan penting untuk membentuk sistem pencegahan bunuh diri yang lebih sistematis. "Jangan sampai kita mencegah bunuh diri tapi mengabaikan semua ini. Kesehatan mental tidak hanya dari orang yang bunuh diri, tapi masalah lebih besar terjadi setelah kematian itu," kata dia.

Benny mengawali komunitasnya ketika melihat keresahan anak muda seusianya yang melontarkan hasrat untuk bunuh diri. Ketika itu ia masih menjadi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Bunda Mulya, Jakarta. Ia bersama sejumlah teman mahasiswa psikologi dari Universitas Atma Jaya kemudian menginisiasi kegiatan yang berfokus untuk mencegah bunuh diri secara preventif. "Awalnya seminar, lalu merambah ke workshop. Kami fokus ke peningkatan kesadaran."

Respons publik ternyata positif. Melalui cuitan bersambungnya atau kultwit pada akun Twitter @IntoTheLightID seputar kesehatan mental, pengenalan gejala awal bunuh diri, hingga pendampingan bagi penyintas, Benny mampu mengkampanyekan pentingnya ruang bercerita bagi para penyintas percobaan dan penyintas kehilangan bunuh diri. Mereka berkumpul lalu saling berbagi cerita dan meringankan penderitaan sesama penyintas. "Di komunitas kami banyak yang survival dan kebanyakan mereka tahu dari media sosial," ujar Benny.

Benny mengatakan kampanye melalui media sosial membantu menghubungkan komunitasnya dengan para penyintas kehilangan. Sebab, para penyintas ini belum banyak mendapat pendampingan psikologis, meski bersentuhan langsung dengan pelaku bunuh diri. Magister psikologi lulusan Universitas Atma Jaya ini memperkirakan, dalam satu kematian bunuh diri, terdapat lebih dari 100 korban kehilangan. "Mereka ini clueless dan sebenarnya masuk kelompok rentan."

Pengguna GrabWheels melintas di Petogogan, Jakarta, 15 November lalu.

Memiliki lebih dari 8.000 pengikut pada akun Twitter dan 14,5 ribu pada Instragram, kini Into The Light bergerak bersama sekitar 30 relawan untuk mengadakan tiga tugas besar. Pertama, pendidikan bagi jurnalis untuk pemberitaan bunuh diri. Kedua, gerakan kesadaran mahasiswa yang masuk pada usia rentan. Ketiga, pendampingan bagi penyintas kehilangan bunuh diri dalam kelompok-kelompok berbagi. "Kami ingin menyuburkan hal positif dalam pikiran mereka," tutur Benny.

Benny mengatakan komunitasnya memiliki sistem peer group atau kelompok teman sebaya sesama penyintas. Di sana mereka bisa berinteraksi untuk saling berdiskusi hingga membicarakan proyek kampanye bersama. "Pencegahan harus mulai dari penyintas kehilangan. Support system mereka mulai dari situ."

Selain Budi Setyawan, penyintas lain yang bergabung dengan komunitas ini adalah Gamaray Julian, 29 tahun. Ia bergabung dengan Into The Light setelah sahabatnya bunuh diri pada 2012 karena depresi berkepanjangan. Ia sempat membantu dengan menemani sang sahabat saat ingin berbagi unek-unek demi meringankan bebannya. Tapi ruang bercerita itu tak cukup mengurungkan niat sahabatnya untuk mengakhiri hidup. "Saya menjadi penyintas karena sahabat saya."

Julian membantu gerakan penyadaran masyarakat tentang kesehatan mental. Pada beberapa kesempatan, dia selalu mengkampanyekan kesehatan mental dan cara menolong teman yang mengalami depresi. Bagi dia, lingkungan pertemanan penting untuk mengusir pikiran bunuh diri dan rasa depresi bagi seseorang. "Kematian sahabat saya menjadi spirit hidup untuk berbagi," kata dia.

  

Into The Light tidak bergerak sendirian. Di Indonesia, ada beberapa komunitas yang mengkampanyekan dan memberi pendampingan bagi kesehatan mental dan pencegahan bunuh diri. Misalnya, Depression Warrior Indonesia, Get Happy Yuk, dan SehatMental.ID. Meski tidak menawarkan layanan klinis, komunitas-komunitas tersebut memberi ruang untuk berbagi cerita.

Pendiri komunitas SehatMental.ID, Ade Binarko, mengaku pengalaman pribadi untuk mencoba bunuh diri memunculkan ide membentuk komunitas ini. Ia berfokus pada kegiatan promotif, preventif, dan edukatif. Karena itulah, di dalam komunitas terdapat platform Yuksharing.id melalui akun aplikasi percakapan Line @yuksharing sebagai wadah berbagi cerita di antara sesama penyintas. "Platform itu hanya untuk sharing. Kami bukan profesional, jadi kami hanya mendengarkan."

Ia juga bertolak dari kasus seorang kawan yang pernah mencoba bunuh diri. Ia bercerita, suatu subuh, ia ditelepon oleh seorang kawan yang ingin meluapkan rasa frustrasinya. Sang kawan yang musikus itu merasa kariernya sedang anjlok. Ketika itu, Ade menghentikan rencana tersebut dengan menjadi pendengar agar sang sahabat menceritakan masalahnya. "Setelah itu pikiran bunuh diri hilang. Saya kira hanya perlu waktu luang untuk diobati. Kalau enggak diobati, bisa kejadian," kata dia.

Namun menghilangkan pemikiran bunuh diri bukan tanpa kendala. Ade bercerita bahwa sikap ndableg masih menjadi tantangan untuk menjaga anggotanya lepas dari rasa depresi. Banyak dari mereka tidak menjalankan saran untuk memeriksakan kesehatan mental kepada psikolog klinis atau psikiater. "Saya melihat cerita-cerita penyintas hanya dramatisnya. Padahal sebagai penyintas bisa produktif, bisa menjual semangat, daripada kesedihan," kata dia.

Komunitas SehatMental.ID juga menggelar Mental Health Festival di Kuningan City, Jakarta, pada 12 Oktober lalu. Di situ, Ade melihat antusiasme masyarakat untuk berbagi ketika disediakan jasa konsultasi secara gratis. "Bunuh diri pemicunya banyak, maka yang dijaga itu manusia. Kadang lingkungan sosial memicu orang untuk bunuh diri," kata dia.

Dengan memiliki sekitar 1.600 anggota yang tergabung dalam @yuksharing, pada 2020 komunitas ini menyasar sekolah-sekolah untuk kampanye "No Bullying". Kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta, menjadi sasaran utama.

Peneliti sekaligus psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Irma Gustiana Andriani, mengatakan aktivitas komunitas-komunitas itu menjadi gerakan baru dalam kampanye kesehatan mental. Penyintas kehilangan bunuh diri selalu memiliki cerita yang berbeda dalam memandang persoalan bunuh diri. "Orang ditinggal dengan bunuh diri pasti berdukacita, pasti ada rasa bersalah."

Komunitas ini sekaligus menjawab kecenderungan baru tentang kesehatan mental di Indonesia. Irma mengatakan kecenderungan pikiran tentang bunuh diri muncul pada klien yang berusia produktif. Mereka menghadapi persoalan tentang eksistensi yang tidak dihargai, penolakan dari keluarga, tuntutan prestasi yang melampaui batas, hingga perundungan di media sosial. "Ketika mereka merasa ada penolakan, ide-ide itu bisa muncul," ujarnya. Ia pun menilai ruang bercerita bisa menjadi solusi untuk menekan angka gangguan kesehatan mental.




SebelumnyaTopik 2/2 Selanjutnya

Hubungi Kami:

Alamat : Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No.8, Jakarta Selatan, 12210

Informasi Langganan :

Email : cs@tempo.co.id

Telepon : 021 50805999 || Senin - Jumat : Pkl 09.00 - 18.00 WIB

Telp/SMS/WA : 0882-1030-2525 | 0882-1023-2343 | 0887-1146-002 || Senin - Minggu : Pkl 08.00 - 22.00 WIB

Informasi Lainnya :

Telp/SMS/WA : 0882-1030-2828 || Senin - Minggu : Pkl 08.00 - 22.00 WIB

Komentar

Berita Terkait

  • Kenali Sejak Dini
  • Agar Mereka Gembira Kembali

    Berita Lainnya

  • Cover Story

    Investasi Ya, Lingkungan Ya

    Kalangan pengusaha mendukung penuh rencana pemerintah menyederhanakan pelbagai aturan untuk memperlancar arus investasi.

    23 November 2019
  • Berita Utama

    Pengusaha Dukung Penyederhanaan Undang-undang

    Kadin berinisiatif mengkaji penyederhanaan 70-an undang-undang demi memudahkan investasi.

    23 November 2019
  • Berita Utama

    Investor Dijanjikan Kelonggaran Izin Lahan

    Pegiat antikorupsi dan lingkungan menolak penghapusan persyaratan amdal dengan dalih demi menggenjot investasi.

    23 November 2019
  • Nasional

    Bupati Konawe 2008-2013, Lukman Abunawas:

    Ini Bentuk Manipulasi dan Pemalsuan Dokumen

    23 November 2019
  • Nasional

    Pengusaha Tahu Tropodo Akan Hentikan Penggunaan Plastik

    Pemerintah Kabupaten Sidoarjo menyiapkan tiga bahan bakar alternatif.

    23 November 2019
  • Metro

    Skuter Listrik Tak Bisa Lagi Meluncur di Jalan Raya

    Skuter listrik diklasifikasikan sebagai alat mobilitas pribadi yang belum memiliki standar keamanan.

    23 November 2019
  • Cari angin

    Langkah Mundur

    Kabinet Jokowi jilid 2 bernama Kabinet Indonesia Maju.

    23 November 2019
  • Ekonomi dan Bisnis

    BPJS Bayar Klaim Rumah Sakit dari Dana Talangan

    Kementerian Keuangan mengupayakan dana tahap kedua cair pada awal Desember.

    23 November 2019
  • Ekonomi dan Bisnis

    Sesepuh Aplikasi Pendidikan Online

    Zenius tak lupa memberdayakan guru secara offline.

    23 November 2019
  • Topik

    Kenali Sejak Dini

    Kalau ada yang ngomong ingin mengakhiri hidup, jangan dianggap lebay. Media sosial berperan pada kesehatan mental seseorang.

    23 November 2019
  • Topik

    Agar Mereka Gembira Kembali

    Para penyintas dan sejumlah komunitas mendorong agar mereka yang depresi bisa gembira kembali.

    23 November 2019
  • iTempo

    Mengatasi Kejahatan Keuangan dengan Data Cloud

    Secara global, lembaga keuangan kehilangan US$ 1,28 triliun dalam 12 bulan.

    23 November 2019
  • Perjalanan

    Jejak Perang dan Minyak di Tarakan

    Kota Tarakan hidup di lintasan sejarah besar. Museum raksasa yang menyimpan banyak peninggalan.

    23 November 2019
  • Sastra

    Al.go.rit.ma

    Elang Ade Iswara

    23 November 2019
  • Sastra

    Kisah Ganjil tentang Pria Pemadam Kebakaran

    Tommy Duang

    23 November 2019
  • Tamu

    Swietenia Puspa Lestari:

    Aku Masih Sering Dipandang Sebelah Mata

    23 November 2019
  • Buku

    Akar dan Luka

    Berlatar era Anglo-Saxon, novel ini menyuguhkan suasana Inggris Kuno yang jarang ada dalam sastra modern.

    23 November 2019
  • Film

    Elsa yang Lebih Dewasa

    Setelah Frozen (2013) menjadi film animasi Walt Disney terlaris, sekuel kisah Elsa dan Anna diracik lebih kompleks dan dewasa.

    23 November 2019
  • Olah Raga

    Halaman Pertama Mourinho

    Dia harus merebut hati pemain dan fan yang telanjur cinta kepada Pochettino.

    23 November 2019
  • Olah Raga

    Rebut Kembali

    Tiga poin wajib dari laga melawan Chelsea.

    23 November 2019
Koran Tempo
  • TEMPO.CO
  • Majalah Tempo
  • Majalah Tempo English
  • Koran Tempo
  • Tempo Institute
  • Indonesiana
  • Tempo Store
  • Tempo.co English

© 2018 PT. Info Media Digital, All right reserved