Homepage
  • login/register
  • Home
  • Berita Utama
  • Editorial
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Metro
  • Internasional
  • Olahraga
  • Sains
  • Seni
  • Gaya Hidup
  • Info Tempo

koran tempo

2
November
2019
Dukung Independensi Tempo
  • Home
  • Berita Utama
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Metro
  • Sains
  • Editorial
  • Opini
  • Info Tempo
  • Cari Angin
SebelumnyaTamu 1/1 Selanjutnya
Tamu

Denny Setiawan dan Indah Sari Djamilah, Relawan Greenpeace Indonesia: Kami Berharap Menteri Baru Melihat Pesan Kami

Ada pemandangan tak biasa di Patung Selamat Datang Bundaran Hotel Indonesia dan Tugu Pancoran, Jakarta, pada Rabu, 23 Oktober lalu.

Edisi, 2 November 2019
Profile
Tempo
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah sekaligus Volunteer Greenpeace Indonesia, Denny Setiawan di Jakarta, Kamis lalu. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Ada pemandangan tak biasa di Patung Selamat Datang Bundaran Hotel Indonesia dan Tugu Pancoran, Jakarta, pada Rabu, 23 Oktober lalu. Dua patung ikonik di Ibu Kota itu mendadak dihiasi spanduk raksasa berwarna kuning.

Di Bundaran HI, spanduk yang membentang di bawah Patung Selamat Datang itu bertulisan "Orang Baik Pilih Energi Baik" dan slogan #Reformasidikorupsi yang ramai digaungkan para aktivis beberapa waktu terakhir. Sedangkan di Patung Dirgantara alias Tugu Pancoran, spanduk yang membentang di kaki sang patung berisi pesan "Lawan Perusak Hutan" dan slogan #Reformasidikorupsi.

Spanduk-spanduk itu dipasang para relawan Greenpeace Indonesia, organisasi non-pemerintah yang gencar menyuarakan isu lingkungan hidup. Aksi para aktivis lingkungan ini makin menarik perhatian karena dilakukan bertepatan dengan pelantikan anggota Kabinet Indonesia Maju oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara.

"Kami ingin menyampaikan pesan terkait dengan sektor energi dan isu kehutanan kepada Presiden Jokowi dan anggota kabinetnya," kata juru kampanye Greenpeace Indonesia, Arie Rompas, pekan lalu. "Kami berharap pemerintah yang baru memprioritaskan tak menggunakan energi kotor yang berasal dari batu bara dan menyelamatkan hutan di Tanah Air."

W251bGwsIjIwMjEtMDQtMTcgMDY6NTM6MTQiXQ

Ini bukan pertama kalinya Greenpeace Indonesia melakukan aksi sensasional. Agustus tahun lalu, misalnya, mereka memasang baliho raksasa di Senayan yang berisi pesan tentang pencemaran udara. Aksi ini dilakukan menjelang perhelatan Asian Games di Jakarta. Kala itu, indeks kualitas udara di Ibu Kota sangat buruk. Aksi lebih ekstrem dilakukan pada Mei 2018. Dibantu para nelayan, mereka menghadang tongkang batu bara di perairan Karimunjawa, Jawa Tengah.

Rupanya, tak hanya anggota Greenpeace yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan semacam ini. Banyak sukarelawan dari berbagai latar belakang yang tertarik terjun menyuarakan aspirasinya dengan cara "menohok" ini. Aksi di Bundaran HI dan Pancoran, misalnya. Sebagian besar aktivis yang membentangkan spanduk adalah para relawan yang tidak dibayar dan bukan anggota Greenpeace. Dua di antaranya adalah Denny Setiawan dan Indah Sari Djamilah, mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Kepada Tempo, keduanya mengaku tertarik mengikuti aksi Greenpeace karena punya keresahan yang sama soal lingkungan.

Bagaimana awal mula kalian terlibat dalam kegiatan Greenpeace?

Denny: Saya mendapat undangan dari Greenpeace untuk bergabung menjadi relawan. Awalnya tidak tahu untuk kegiatan apa. Kami hanya diberi tahu bahwa ini (Oktober) bulan spesial. Setelah mendaftar, saya diminta mengikuti beberapa acara, seperti pengenalan tentang Greenpeace serta aksi yang disebut Non-Violent Direct Action (NVDA). Aksi NVDA yang kami ikuti adalah pemasangan spanduk di Patung Selamat Datang dan Tugu Pancoran itu.
Indah: Saya mendapat informasi dari Internet bahwa Greenpeace sedang mencari relawan. Saya juga mulanya enggak tahu aksi apa. Tapi karena saya tahu ini organisasi besar dan berpengaruh, saya tertarik ikutan. Selain itu, dalam pemberitahuannya, mereka bilang mencari relawan yang paham dan bisa melakukan panjat tebing. Kebetulan saya dan Denny tergabung di organisasi kemahasiswaan yang berfokus di lingkungan hidup dan kemanusiaan (Kelompok Mahasiswa Pecinta Lingkungan Hidup dan Kemanusiaan Kembara Insani Ibnu Battutah) di kampus dan bisa panjat tebing.

Jadi, kalian enggak tahu mau melakukan apa?

Denny: Awalnya memang tidak tahu, tapi kami ikut proses penilaian kemampuan panjat tebing. Di organisasi, kebetulan kami memang sudah terbiasa dengan isu-isu advokasi lingkungan, sosial-kemanusiaan, disaster management, dan search and rescue. Saya dan Indah punya basic panjat tebing karena belajar teknik vertical rescue di organisasi. Baru setelah itu kami mendapat pemberitahuan lewat surel bahwa kami akan beraksi (memanjat patung di Bundaran HI dan Pancoran) pada 23 Oktober untuk membentangkan spanduk.

Lalu bagaimana reaksi kalian ketika diberi tahu akan melakukan aksi ini? Ragu?

Indah: Ragu, sih, enggak. Karena melalui ini, kami akan menyampaikan pesan yang penting untuk banyak orang. Kami harus siap mau beraksi di mana pun juga.

Memanjat patung tentu berbeda dengan latihan memanjat dinding atau tebing. Apakah sempat melakukan simulasi lebih dulu?

Denny: Latihan di papan panjat di kampus saja. He-he-he. Lagi pula, kami juga sudah beberapa kali menjadi relawan untuk misi penyelamatan ketika terjadi bencana, seperti tsunami Anyer dan gempa Palu. Jadi, sudah terbiasa.

Apa motivasi kalian mengikuti aksi ini? Ada imbalannya?

Indah: Kami tidak dibayar. Kami melakukan aksi ini karena kemauan sendiri, dan saya pribadi memang merasa resah akan kondisi lingkungan saat ini yang semakin parah. Contoh paling sederhana adalah pencemaran udara yang dari hari ke hari tak membaik. Kebetulan saya berkuliah di jurusan kimia, sehingga saya tahu apa saja dampak buruk pencemaran udara. Yang membuat saya semakin prihatin adalah pemerintah seolah-olah tidak melakukan apa-apa.
Denny: Saya berkuliah di jurusan kesehatan masyarakat. Saya juga aktif di organisasi kemahasiswaan yang berfokus pada persoalan lingkungan dan kemanusiaan. Jadi, sudah terbiasa terpapar isu-isu sosial dan lingkungan hidup.

Apa hambatan dan tantangan yang kalian hadapi saat beraksi kemarin?

Indah: Tantangannya justru membangun kekompakan dan komunikasi tim. Karena kan sebelumnya para anggota tidak saling mengenal. Tapi dengan berjalannya waktu dan beberapa kegiatan yang kami lakukan bersama, perlahan kami akrab satu sama lain.
Denny: Saya kan memanjat di Bundaran HI, sementara Indah di Pancoran. Kalau di Patung Selamat datang, kami sempat terhambat saat hendak menyeberangkan tali untuk memanjat, karena ternyata kondisi patungnya tidak semulus yang kami kira. Akibatnya, tali beberapa kali tersangkut dan memakan waktu cukup lama untuk menyeberangkan tali dari salah satu sisi patung ke sisi yang lain. Kami perlu sekitar 1,5 jam hingga akhirnya kami siap naik.

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah sekaligus Volunteer Greenpeace Indonesia, Indah Sari Djamilah Ibrahim saat berpose menggunakan masker di Jakarta

Lokasi kalian memanjat juga cukup menyulitkan. Di Bundaran HI ada kolam air, sementara Tugu Pancoran fondasinya berbentuk melengkung dengan jalan raya di bawahnya. Bagaimana cara kalian menaiki patung-patung itu?

Denny: Kami mulai sekitar pukul 03.00 WIB. Untuk mencapai patung, kami harus berenang di kolam Bundaran HI. Saat memanjat, kami juga tak bisa melubangi dinding patung karena memang kami tak mau melakukan perusakan. Kami menggunakan teknik ascending. Caranya, setiap orang naik ke bagian atas patung, dibantu dengan tali dan alat khusus, sehingga tak membutuhkan pijakan.
Indah: Kami juga menghadapi kendala yang sama, tapi relatif lebih mudah. Secara teknis, kami juga sama, memulai pada dinihari dan menggunakan teknik ascending. Jadi, tak membuat lubang atau merusak sama sekali.

Kalian beraksi bertepatan dengan hari pelantikan para menteri baru. Apa perasaan kalian saat itu?

Indah: Kami baru diberi tahu akan beraksi pada 23 Oktober beberapa hari sebelumnya. Begitu tahu bahwa hari itu bareng dengan pelantikan menteri, justru kami semakin excited karena artinya perhatian publik akan semakin besar. Kami berharap para menteri yang baru melihat dan mendengarkan isi pesan yang kami sampaikan.

Setelah beraksi, kalian sempat ditahan polisi dan dimintai keterangan. Apa yang terjadi?

Denny: Tim yang di Bundaran HI sempat dibawa ke dua tempat, pos polisi Menteng dan kantor Polres Jakarta Pusat. Hanya diinterogasi.
Indah: Tim di Pancoran juga sempat dibawa ke kantor Polsek Pancoran. Kami juga hanya dimintai keterangan dan langsung dilepas. Polisi memahami apa yang kami lakukan.

Sebagian netizen di media sosial menganggap kalian hanya mencari sensasi…

Indah: Saya malah enggak tahu, enggak memperhatikan media sosial. He-he-he. Kami bukan mencari sensasi, justru kami melakukan ini agar pesan yang kami sampaikan bisa dilihat dan didengarkan oleh para penentu kebijakan dan masyarakat.
Denny: Wajar, sih, kalau ada yang pro atau kontra. Saya memilih mengabaikan mereka yang nyinyir. Toh, pesan yang kami sampaikan positif. Dengan kondisi seperti sekarang, di mana polusi udara semakin buruk, kebakaran hutan yang terus berulang, dan penggunaan energi baru terbarukan yang masih minim, pesan-pesan semacam ini harus terus digaungkan.

Apa pendapat kalian ihwal aksi-aksi yang sering dilakukan Greenpeace?

Denny: Saya memang sering mengamati aksi-aksi Greenpeace, baik di dalam maupun luar negeri. Menurut saya, aksi mereka selalu keren karena berani dan dilakukan di tempat yang tepat. Pesan yang disampaikan juga bukan pesan kosong, melainkan mengena dan memang berbasis data dan riset.

Greenpeace sering melakukan aksi sensasional dan kerap mendapat tuduhan vandalisme dan membahayakan keselamatan orang lain. Bagaimana menurut kalian?

Indah: Saat memanjat patung kemarin, kami sama sekali tidak merusak fasilitas publik dan lokasi yang kami jadikan tempat beraksi. Jadi, kami sama sekali tak melakukan vandalisme. Soal keamanan, semua anggota tim yang ikut beraksi sudah punya pengetahuan dan teknik memanjat yang cukup, alat-alat yang digunakan juga sesuai dengan standar, sehingga aksi kami aman, baik bagi kami sendiri maupun orang lain.

Bagaimana tanggapan orang tua dan teman sekitar begitu tahu kalian ikut aksi ini?

Indah: Sebelum ikut dalam kegiatan ini, saya sudah minta izin dulu ke orang tua. Mereka mengizinkan karena tahu niat saya baik. Jadi, mereka mendukung saja.
Denny: Orang tua saya sudah tahu saya sering ikut kegiatan pencinta alam, panjat tebing. Jadi, mereka tidak kaget waktu saya minta izin. Saya juga senang karena teman-teman di kampus memberikan dukungan kepada kami.

Tidak kapok ikut aksi semacam ini lagi?

Indah: Tidak, justru saya ingin ikut lagi. Soalnya, saya ingin ikut membantu menyampaikan pesan-pesan kepedulian terhadap lingkungan kepada masyarakat luas dan menyadari bahwa kerusakan di bumi sudah semakin parah. Saya berharap, dengan penyampaian pesan semacam ini, semakin banyak orang yang tergerak untuk mulai berubah dan melakukan aksi nyata dalam mencegah kerusakan lingkungan.

Denny Setiawan
Lahir: Tangerang, 11 September 1997
Pendidikan:Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Indah Sari Djamilah Ibrahim
Lahir:Jakarta, 11 Juni 1998
Pendidikan:Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah

 


SebelumnyaTamu 1/1 Selanjutnya

Hubungi Kami:

Alamat : Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No.8, Jakarta Selatan, 12210

Informasi Langganan :

Email : cs@tempo.co.id

Telepon : 021 50805999 || Senin - Jumat : Pkl 09.00 - 18.00 WIB

Telp/SMS/WA : 0882-1030-2525 | 0882-1023-2343 | 0887-1146-002 || Senin - Minggu : Pkl 08.00 - 22.00 WIB

Informasi Lainnya :

Telp/SMS/WA : 0882-1030-2828 || Senin - Minggu : Pkl 08.00 - 22.00 WIB

Komentar

Berita Terkait

  • Denny Setiawan dan Indah Sari Djamilah, Relawan Greenpeace Indonesia: Kami Berharap Menteri Baru Melihat Pesan Kami

    Berita Lainnya

  • Cover Story

    Tak Ada Perpu KPK

    Presiden Jokowi memastikan tidak akan menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi.

    2 November 2019
  • Berita Utama

    Jokowi Berdalih Tunggu Hasil Uji Materi

    Pemerintah dan Dewan dituding sama-sama mensponsori pelemahan KPK.

    2 November 2019
  • Berita Utama

    Dewan Pengawas KPK Dipilih tanpa Panitia Seleksi

    Penunjukan langsung anggota Dewan Pengawas dinilai sarat kepentingan pemerintah.

    2 November 2019
  • Cari angin

    Radikal

    Istilah "radikal" menjadi kata yang menakutkan. Kabinet jilid 2 yang dibentuk Presiden Joko Widodo menempatkan urusan radikal sebagai hal serius yang harus diselesaikan.

    2 November 2019
  • Nasional

    Dewan Prioritaskan RUU Warisan Periode Lalu

    Komisi Hukum berfokus menyelesaikan RUU KUHP dan RUU Pemasyarakatan.

    2 November 2019
  • Nasional

    Pengusutan Kasus Novel Kembali Molor

    Jokowi memberi tambahan waktu satu bulan kepada kepolisian.

    2 November 2019
  • Metro

    Dua Pejabat DKI Mundur di Tengah Polemik Anggaran Daerah

    Pejabat sementara dikhawatirkan tidak menguasai perencanaan penganggaran daerah.

    2 November 2019
  • Ekonomi dan Bisnis

    Otoritas Pajak Akan Geber Pos Penerimaan PPN dan PPh 21

    Upaya mengejar target penerimaan pajak yang berpotensi kembali meleset.

    2 November 2019
  • Internasional

    WhatsApp Pejabat di 20 Negara Diduga Diretas

    Sebagian besar merupakan pejabat tinggi pemerintah dan militer.

    2 November 2019
  • Olah Raga

    Kapten Masa Depan

    Trent Alexander-Arnold tak berminat meninggalkan Liverpool.

    2 November 2019
  • Olah Raga

    Tekad Tiga Poin di Selhurst Park

    Leicester City berharap finis di empat besar.

    2 November 2019
  • Olah Raga

    Aturan Baru Membuat F1 Lebih Kompetitif

    Aturan baru mencakup bahan bakar yang digunakan harus ramah lingkungan.

    2 November 2019
  • Ilmu dan Teknologi

    Akses Baru untuk Perempuan Berniaga

    Tiga bulan beroperasi, platform ini merangkul 60 merek dagang dan 750 ibu mitra niaga.

    2 November 2019
  • Topik

    Coding Untuk Rakyat

    Kelas-kelas pembelajaran bahasa pemrograman gratis bermunculan. Targetnya pelajar sampai ibu rumah tangga.

    2 November 2019
  • Topik

    Permintaan Besar, Tenaga Kurang

    Industri teknologi informasi membutuhkan tenaga kerja besar, tapi suplainya belum mencukupi.

    2 November 2019
  • Pesona

    Elektrik nan Energetik

    Tahun ini, riasan wajah natural menjadi tren makeup yang populer di banyak negara, termasuk Indonesia. Bagaimana tren rias tahun depan?

    2 November 2019
  • iTempo

    Bertransaksi Praktis Lewat Ponsel Pintar

    Samsung Pay menyediakan akses cepat ke berbagai layanan uang elektronik.

    2 November 2019
  • Perjalanan

    Sensasi Memancing di Selat Bangka

    Hampir setiap akhir pekan puluhan bagan di Selat Bangka disambangi pemancing dari kota-kota di Sumatera Selatan dan Bangka Belitung. Mereka berlibur di tengah laut lepas. Akses pun kian mudah.

    2 November 2019
  • Sastra

    Selamat Pagi Nona Magpie

    Aku suka menyapa Nona Magpie setiap pagi dan menanyakan apa kabar dunia. Keluarga wanita itu satu-satunya yang berlangganan koran harian dan majalah di lingkungan kami.

    2 November 2019
  • Sastra

    Di Krematorium

    Ia tundukkan kepala Ke nyala tiga batang dupa

    2 November 2019
  • Tamu

    Denny Setiawan dan Indah Sari Djamilah, Relawan Greenpeace Indonesia: Kami Berharap Menteri Baru Melihat Pesan Kami

    Ada pemandangan tak biasa di Patung Selamat Datang Bundaran Hotel Indonesia dan Tugu Pancoran, Jakarta, pada Rabu, 23 Oktober lalu.

    2 November 2019
  • Buku

    Alarm Nyaring, Bumi Sedang Genting

    Pemanasan global jauh lebih buruk dari yang diperkirakan. Wallace-Wells memberi narasi-narasi yang mengerikan.

    2 November 2019
  • Fotografi

    Benteng Tak Lagi Bergemuruh

    Bagi sebagian orang, sepak bola adalah "agama", dan bagi sebagian orang pula, stadion dianggap sebagai tempat ibadah.

    2 November 2019
  • Pentas

    Menjelajah Waktu

    Kolaborasi Toccata Studio dengan Paranormal String Quartet merupakan proyek lintas multidisiplin yang unik.

    2 November 2019
Koran Tempo
  • TEMPO.CO
  • Majalah Tempo
  • Majalah Tempo English
  • Koran Tempo
  • Tempo Institute
  • Indonesiana
  • Tempo Store
  • Tempo.co English

© 2018 PT. Info Media Digital, All right reserved