Siang itu Erros Djarot mengamati suara derap kaki tentara yang berirama mengiringi lagu barunya. Gemuruh musik dari sepatu lars itu menjadi semacam lonceng pengingat atas tragedi pembantaian pada 1965. Telinganya selalu awas menentukan nada, seolah-olah sedang menggambar ulang pelbagai peristiwa kudeta yang berdarah itu ke dalam sebuah senandung pilu.
“Kalau seniman marah, tidak perlu teriak-teriak. Ya sudah, tak gawe lagu, rungokke yo (saya buatkan lagu, dengarkan, ya),” kata pencipta lagu populer Badai Pasti Berlalu itu kepada Tempo, di studionya, Cilandak, Jakarta Selatan, Ahad lalu.
Lagu yang belum diberi judul itu diciptakan Erros sebagai bentuk kritiknya terhadap pembahasan Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila yang sempat mengemuka. Bagi dia, rakyat seolah-olah hanya diajak membicarakan perdebatan yang tak perlu di tengah krisis akibat pandemi Covid-19. Padahal Pancasila seharusnya sudah selesai dan rakyat sedang membutuhkan implementasi.
Seniman kelahiran 22 Juli 1950 itu juga terusik oleh bahaya laten Orde Baru yang masih hidup. Mereka terus menghidupkan ketakutan akan komunisme dan hobi mengkomuniskan orang atau kelompok tertentu. Padahal, menurut Erros, segala penyebab perpecahan bangsa ini adalah peristiwa kudeta 1965 dan berbagai manipulasi sejarah terhadap Surat Perintah Sebelas Maret yang diterbitkan Presiden Sukarno. “Sejak saat itu, bangsa seperti terbelah.”
Lagu itu hanyalah satu dari sekian lagu baru yang digarap Erros pada masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) saat ini. Selain itu, ia sempat merilis ulang lagu Tuhan Ampuni Dosa-dosa Kami, yang diciptakan pada 2014 dan sempat dinyanyikan musikus Iwan Fals. Lagu yang bercerita tentang duka dan bencana itu kini ia nyanyikan sendiri. “Dosa ini, dosa siapa, alam murka? Oh, Tuhan, tolonglah, tolong,” demikian kutipan bait dalam lirik lagu itu.
Erros merasa bencana yang dilalui bangsa ini terus datang bertubi-tubi. Ketimbang menyalahkan sana-sini, sutradara terbaik FFI 1988 untuk film Tjoet Nja' Dhien itu memilih mengajak masyarakat mengoreksi diri sendiri. Selan itu, lagu tersebut secara eksplisit menggambarkan kerusakan alam. Apalagi ditambah dengan pengesahan Undang-Undang Mineral dan Batu Bara yang kian melegitimasi penguasaan pemilik modal atas kekayaan sumber daya alam. Hal ini dianggap menyeleweng dari cita-cita bangsa bahwa bumi dan kekayaan alam diperuntukkan bagi kesejahteraan rakyat.
Mantan politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu memilih menyanyikan lagu-lagunya sendiri karena kesulitan mencari penyanyi. Sebagian besar penyanyi telah terikat oleh perusahaan rekaman. Beberapa penyanyi lain yang ia hubungi beralasan jadwalnya padat. Ia juga memproduksi sendiri karya itu dengan dibantu seorang music director. “Enggak gampang (cari penyanyi), apalagi penyanyi sekarang. Kalau follower-nya banyak, sudah kayak seniman besar saja,” ujar peraih penghargaan Penata Musik Terbaik FFI 1978 untuk film Badai Pasti Berlalu (1977) itu.
CEO Erros Djarot Creative Corner (EDCC), Wahyu Kusama Wardhana, menyatakan, sejak tahun lalu, ia sukses merayu Erros kembali memproduksi lagu-lagu baru. Pada November 2019 mereka mulai membangun EDCC sebagai wadah bagi pencinta seni, khususnya musik. Lebih khususnya lagi bagi penggemar karya Erros Djarot. “Baik karya-karya yang dulu maupun yang belum dirilis serta karya di masa mendatang,” kata pria yang biasa disapa Yuyun tersebut.
Pada Desember 2019 dan Februari lalu mereka membuat konser yang disiarkan secara live streaming di YouTube dan Facebook. Setelah itu, Erros Djarot dan kawan-kawan menciptakan lagu baru berjudul Ulurkan Tangan yang dinyanyikan 60 publik figur dan 100 warga umum. Yuyun mengatakan, pekan lalu, Erros juga resmi merilis lagu Tuhan Ampuni Dosa-dosa Kami sebagai wujud refleksi terdalam atas bencana Covid-19.
Lagu Tuhan Ampuni Dosa-dosa Kami, kata Yuyun, sudah bisa dinikmati melalui kanal YouTube, Spotify, Joox, Planet Musik, dan platform digital lainnya. Saat ini, Erros terus memproduksi lagu-lagu baru. Bukan hanya soal politik, bencana, dan tragedi, Erros juga menciptakan lagu tentang cinta dengan gaya populer.
AVIT HIDAYAT