Puisi Adriansyah Subekti dan Pusvi Defi
Adriansyah Subekti, kelahiran Banyumas, dan Pusvi Defi, kelahiran Medan, Sumatera Utara.
Adriansyah Subekti
Sanatorium
Cinta keluar jendela ketika
kemiskinan menghampiri. — Osamu Dazai
warna buram masa kecil
memenuhi dinding batu
di dadamu, seribu neraka
membakar seribu orang asing
sejak cinta bersetubuh dengan dendam
telah lahir: badut-badut lucu
yang ingin mati sebelum bahagia
kutuklah nasib
mujur dengan
alkohol
morfin
dan jarum suntik
biarkan ia tidur
di kepala orang mati
di ranjang yang terbakar
dan di cekung mata
para dewa
2023
Pusvi Defi
Martonun bagi Inang
di Binangalom, Desa Hatinggian,
tika malam remang,
dan bulan bergayutan,
kau masih terjaga menerau panjang hiou,
memilah corak benang
hingga subuh tandang barulah kau gegas sembahyang,
memilin doa dari Tuhan yang maha penyayang
bila musim hujan tiba, ladang kita di jagal hama
selalu kudengar balobas berderit di halaman rumah
seperti halnya bunyi cacing perutku menahan lapar yang tak sudah
katamu, “Pergilah mengaji, berdoa pada illahi,
semoga kita diberi rejeki,” ucapmu lirih.
Dan sesekali menghapus air mata yang jatuh ke pipi
Oh inang, dari telapak tanganmu yang kekar,
Terselip mimpi yang mengakar
Tentang kain ulos ragihotang, simbol suka dan cita
Kain ulos sampetua, cinta yang berkala dan begitu purba,
dan ulos sibolang, yang kadang kala buatmu menangis tak karuan
sebab mengingat bapak yang hilang dari tualang,
Tak ingat jalan pulang
Sibolga, 2023
Adriansyah Subekti, penyair kelahiran Banyumas, 18 Agustus 2001. Menulis puisi dan cerita pendek.
Pusvi Defi, kelahiran Medan, Sumatera Utara, menetap di Pkl Kerinci, Pelalawan, Riau. Buku puisinya berjudul Mengenang Bumbu Rindu Dapur Inang (2021).