MOSKOW - Pemimpin pemberontak Tentara Nasional Libya (LNA), Marshal Khalifa Haftar, kemarin berada di Moskow, Rusia, guna berdialog dengan seterunya, Perdana Menteri Government of National Accord (GNA), Fayez Sarraj.
Perundingan kedua tokoh yang menyebabkan perpecahan di Libya itu disponsori Rusia dan Turki. "Al-Sarraj, Haftar, dan perwakilan partai-partai Libya lainnya diharapkan untuk berpartisipasi dalam kontak-kontak ini," kata Maria Zakharova, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, kepada wartawan. Masih belum jelas apakah kedua pemimpin akan bertemu muka.
Beberapa hari sebelumnya, Rusia dan Turki juga mensponsori gencatan senjata di Libya yang mulai berlaku sejak Ahad lalu. Dalam sebuah wawancara dengan TV Al Ahrar, al-Sarraj mengatakan, kemarin, GNA telah menerima kesepakatan gencatan senjata untuk mencegah lebih banyak pertumpahan darah di negara tersebut.
"Kami tidak akan mengabaikan pengorbanan putra dan martir kami atau impian kami untuk negara sipil," ujarnya. "Penerimaan kami terhadap gencatan senjata datang dari keinginan untuk mempertahankan kohesi nasional dan sosial."
Haftar merupakan tokoh kuat Libya yang memiliki kekuatan militer besar dan disokong secara politik oleh Rusia, Mesir, dan Uni Emirat Arab. Sedangkan Sarraj yang memimpin GNA, secara de facto diakui pemimpin Libya yang sah, termasuk oleh Turki.
Libya jatuh ke perang saudara sejak terjungkalnya diktator Muammar Gaddafi hampir 10 tahun lalu. Negara itu akhirnya terbagi-bagi dalam wilayah yang dikuasai beberapa kelompok bersenjata. Haftar dan Sarraj merupakan dua tokoh dari dua kelompok terbesar.
Saat ini, pasukan Haftar mengepung Tripoli, wilayah kekuasaan GNA. Mereka sudah merebut sejumlah distrik penting di sekitar ibu kota Libya itu. GNA memiliki basis di Tripoli, bekas ibu kota Libya. Sedangkan LNA yang memiliki pasukan cukup kuat menguasai Kota Tobruk. AL JAZEERA | SITA PLANASAR AQUADINI