ODENSE – Pasangan pebulu tangkis Fukushima Yuki/Hirota Sayaka menunjukkan konsistensinya selama masa karantina pandemi corona. Dalam rentang waktu hampir tujuh bulan tanpa pertandingan, pasangan Jepang itu mampu meraih gelar juara dalam dua turnamen besar: All England Terbuka pada Maret lalu dan Denmark Terbuka yang berakhir pada pekan lalu.
Duet Yuki/Sayaka merupakan pasangan terkuat dibanding dua pasangan ganda putri Jepang lainnya. Mereka adalah Matsumoto Mayu/Nagahara Wakana dan Matsutomo Misaki/Takahashi Ayaka, yang juga menduduki peringkat delapan besar dunia. Dalam laga final di Denmark Terbuka pada Ahad lalu, Yuki/Sayaka mengalahkan rekan senegaranya, Mayu/Wakana, dalam duel tiga game.
“Kami sangat senang bisa bertanding di turnamen level Super 750 ini setelah lama tak bertanding,” kata Sayaka. “Ini turnamen yang sangat besar dan, ketika kembali ke Tanah Air, kami ingin makan sesuatu yang sangat enak untuk merayakannya,” kata Hirota.
Meski dua pasangan ganda putri Jepang itu menguasai laga final, tidak berarti mereka mendominasi persaingan pada nomor ini. Sebab, pasangan ganda putri dari negara lainnya, yakni Cina, Korea Selatan, dan Indonesia, absen dalam turnamen Denmark Terbuka dengan alasan pandemi.
Selain pemain asal Jepang, saat ini ada satu pasangan ganda putri Indonesia, yakni Greysia Polii/Apriyani Rahayu, yang menempati peringkat kedelapan dunia. Sementara itu, Cina dan Korea Selatan masing-masing mempunyai dua pasangan ganda putri yang masuk delapan besar dunia.
Bukan hanya ganda putri, dalam satu dekade terakhir, Jepang memiliki pemain-pemain yang mampu bersaing di papan atas dunia. Terbukti, di semua sektor, pemain-pemain Jepang masuk dalam peringkat delapan besar dunia. Posisi itu akan memperbesar peluang mereka meraih medali di Olimpiade Tokyo yang digelar pada tahun depan, ketika mereka menjadi tuan rumah.
Selain ganda putri, pemain tunggal putri Jepang, Okuhara Nozomi, mampu meraih gelar juara di Denmark Terbuka. Pemain peringkat keempat dunia itu mengalahkan Carolina Marin dari Spanyol dalam laga final di Odense pada Ahad lalu. Nozomi, yang terus berlatih selama masa pandemi, memperkuat permainannya yang khas dalam bertahan dan sukses menaklukkan gaya bermain menyerang ala Marin.
Bagi Nozomi, kemenangan ini merupakan sukses terbesarnya setelah tujuh kali mencapai babak final berbagai turnamen, tapi tak pernah menang. Ia meraih gelar juara Denmark Terbuka sebagai gelar pertamanya sejak Hong Kong Terbuka pada November 2018. Pada tahun lalu, Nozomi juga mencapai babak final Denmark Terbuka. Sayang, ia kalah oleh pemain Taiwan, Tai Tzu-ying.
“Saya senang akhirnya bisa meraih gelar juara. Sudah lama sekali saya tidak menjadi juara,” kata Nozomi.
Pola permainan bertahan menjadi ciri khas pemain-pemain tunggal putri Jepang. Selain Nozomi, pemain Jepang lainnya yang tak kalah andal adalah Yamaguchi Akane, yang absen dalam turnamen Denmark Terbuka. Meski memiliki postur tubuh 1,56 meter, Yamaguchi sulit ditaklukkan lawan-lawannya dalam setiap pertandingan. Ia kini masih menempati peringkat ketiga dunia atau di atas Nozomi.
Di Denmark Terbuka, tak semua pemain top Jepang ikut bertanding. Asosiasi Bulu Tangkis Jepang telah mengkonfirmasi penarikan beberapa pemainnya hanya sepekan sebelum turnamen. Mereka yang mengundurkan diri, di antaranya, juara dunia tunggal putra Momota Kento, yang absen dalam berbagai turnamen sejak mengalami kecelakaan lalu lintas setelah meraih gelar juara Malaysia Masters pada Januari lalu.
Pemain top Jepang lainnya yang juga tidak bertanding sejak Maret lalu adalah pasangan ganda putra Kamura Takeshi/Sonoda Keigo, Endo Hiroyuki/Watanabe Yuta, Hoki Takuro/Kobayashi Yugo, dan Koga Akira/Saito Taichi. Sedangkan untuk ganda campuran, pasangan yang tidak berlaga adalah Watanabe Yuta/Higashino Arisa, Koga Akira/Matsuyama Nami, dan Hoki Takuro/Nagahara Wakana.
Dengan materi pemain-pemain berperingkat atas, Jepang menjadi kekuatan besar dalam persaingan tiga kejuaraan beregu bulu tangkis dunia: Piala Thomas, Piala Uber, dan Piala Sudirman. Di Piala Thomas, Jepang membawa pulang lambang supremasi bulu tangkis beregu putra itu pada 2014. Mereka kembali mencapai laga final pada 2018, tapi kalah oleh Cina.
Adapun untuk Piala Uber, Jepang telah enam kali menjadi juara, yakni pada 1966, 1969, 1972, 1978, 1981, dan 2018. Tim dari Negeri Matahari Terbit itu juga dua kali mencapai babak final, yakni pada 1975 dan 2014. Sedangkan di Piala Sudirman, Jepang dua kali nyaris membawa pulang piala beregu campuran itu. Sayang, mereka gagal setelah kalah di final pada 2015 dan 2019.
BWFBADMINTON | NUR HARYANTO
Konsistensi Yuki/Sayaka