Mantan pelatih PSIS Semarang, Bambang Nurdiansyah, mengapresiasi sikap Fakhri Husaini yang menolak menjadi asisten pelatih Shin Tae-yong di tim nasional Indonesia. Sikap tegas Fakhri ini diharapkan bisa menjadi contoh bagi pelatih lain.
Juru taktik kelahiran Banjarmasin, 59 tahun lalu, itu mengatakan bahwa seorang pelatih seharusnya mempunyai karakter tegas seperti Fakhri. Bambang menilai Fakhri berani mempertanyakan keputusan yang meragukan kualitas kepelatihannya.
"Kualitas pelatih lokal sebenarnya bagus-bagus," kata Bambang saat dihubungi Tempo, Rabu lalu. "Tapi, seperti coach Fakhri bilang, kami tidak dikasih kepercayaan (oleh PSSI) atau reward kurang."
Menurut Bambang, pemberian kesempatan yang minim bagi pelatih lokal tidak hanya terjadi di tim nasional, tapi juga di klub peserta Liga 1 Indonesia.
Mantan pemain timnas ini mengatakan di Liga 1 banyak pelatih asing yang kualitasnya biasa-biasa saja. Namun mereka tetap mendapat kepercayaan lebih meski telah gagal menangani sebuah klub. "Mereka gampang berpindah-pindah klub," kata dia.
Perlakuan berbeda akan dialami pelatih lokal apabila gagal mendongkrak prestasi klub peserta Liga 1 Indonesia. Bambang mengatakan cap sebagai pelatih tak berkualitas langsung diberikan.
"Memang klub punya hak karena mereka yang punya uang. Tapi putra bangsa semestinya dipikirkan juga," kata dia.
Bambang menambahkan, langkah Fakhri yang menolak dijadikan asisten pelatih timnas merupakan hal positif dan mewakili sikap para pelatih lokal. Mirisnya, kualitas para pelatih lokal ini sering dipandang sebelah mata.
"Kami juga mampu, kok, dan apa yang dilakukan coach Fakhri mewakili kami semua sebagai pelatih bahwa kami harus punya sikap seperti coach Fakhri," ucap dia.
Fakhri menolak menerima tawaran menjadi asisten pelatih timnas dengan alasan keberhasilannya membawa Amiruddin Bagus Kahfi dan kawan-kawan ke Piala Asia U-19 2020 semestinya menjadi pertimbangan untuk mempertahankan posisinya sebagai pelatih kepala.
Menurut Fakhri, kalau memang mau melakukan evaluasi, PSSI seharusnya menunggu Piala Asia U-19 2020 usai. Pengurus, kata Fakhri, bisa memberikan target tinggi jika memang mau mengukur kapasitas jajaran pelatih. "Misalnya target menjadi juara. Kan jelas patokannya," kata dia.
Fakhri berharap sikapnya itu bisa mewakili sikap pelatih pada umumnya yang kadang merasa kualitas kepelatihannya dipertanyakan pengurus PSSI. Dia menegaskan bahwa penolakannya untuk menjadi asisten pelatih tidak bermaksud mengurangi rasa hormat terhadap Tae-yong.
"Saya sudah sering bekerja dengan pelatih asing. Itu malah bagus. Justru saya bisa mendapat ilmu. Saya pernah jadi asisten pelatih Sergei Dubrovin, juga pernah jadi asisten Peter Withe," ujar Fakhri.
Fakhri keberatan bila langkah yang diambilnya itu disebut sebagai sebuah sikap yang tak nasionalis. Menurut dia, selama ini pelatih lokal yang bekerja sama dengan PSSI tak pernah menawar-nawar perihal fasilitas yang harus diberikan, seperti tempat tinggal atau kendaraan.
"Kami tidak pernah membicarakan perihal itu. Kami hanya mau bekerja untuk bangsa dan negara," ucap Fakhri.
IRSYAN HASYIM | FIRMAN ATMAKUSUMA