JAKARTA - Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia, Susi Susanti, meminta para pemain yang tergabung dalam pemusatan latihan nasional (pelatnas) untuk meningkatkan kualitas latihan. Hal itu, menurut dia, merupakan faktor penting dalam upaya peningkatan prestasi pemain.
Menurut peraih medali emas tunggal putri Olimpiade Barcelona 1992 ini, latihan dan pertandingan merupakan hal penting dalam pencapaian prestasi seorang atlet. Hasil yang diraih atlet tak lepas dari matangnya persiapan sebelum keberangkatan menuju turnamen.
"Mengatasi tekanan di pertandingan harus dibiasakan dari latihan. Contoh, kalau sudah capek di latihan, kadang masih menawar," katanya.
Tentu dia tidak asal bicara. Yang ia sampaikan, adalah apa yang disaksikannya di tempat latihan. Dia memberikan contoh lain, misalnya, pemain yang tengah latihan drilling 100 bola. Bila kondisinya sudah capek, dia melihat pemain tersebut tidak lagi serius berlatih.
Padahal, menurut dia, kebiasaan dalam berlatih itu akan terbawa saat bertanding. "Kebawa saat bertanding, jadi cepat menyerah lah. Kalau bola susah, enggak mau diambil lah," katanya.
Susi juga menuturkan tenaga atlet sudah pasti akan lebih terkuras saat bertanding. Hal itu terjadi karena adanya rasa tegang di lapangan.
Solusinya, menurut dia, adalah dengan meningkatkan porsi latihan. Minimal tiga kali lipatnya.
"Kalau latihan 20 kali smash, paling di pertandingan cuma lima sampai enam kali smash untuk satu poin. Kalau di tunggal, bisa 56 kali sampai 80 kali. Ya, latihannya harus tiga kali lipatnya," katanya.
Saat bertanding, kata Susi, tenaga yang dikeluarkan akan lebih banyak. Salah satunya karena tenaga lebih banyak terkuras, ditambah rasa tegang dan feeling belum dapat. "Nah, kalau kita bisa menerapkan yang setengahnya saja, sudah bagus," tuturnya.
Susi juga meminta para pemainnya untuk meningkatkan kesadaran. Hal ini dianggap menjadi hal utama yang akan membawa perubahan bagi atlet.
Terlebih, mereka sebagai penghuni pelatnas yang merupakan tempat berkumpulnya para pemain bulu tangkis terbaik negeri ini.
Susi menekankan hal ini karena, menurut dia, masih ada atlet yang merasa sudah latihan dan telah menghabiskan program, tapi kurang bagus secara kualitas.
Dia menganggap hal itu terjadi karena ketidakdisiplinan yang dilakukan para pemain. Contohnya melanggar aturan dalam latihan kelincahan.
"Misalnya, mereka enggak sampai garis, sedangkan aturannya kan harus menyentuh garis. Padahal ini kalau di pertandingan banyak manfaatnya, menentukan posisi saat dia menyerang," ucap Susi.
Susi meminta para pemain etap berlatih dengan kedisiplinannya sendiri. Sebab, pelatih tidak memiliki waktu untuk terus mengawasi satu-satu bolanya.
"Misalnya latihan tiga jam, tidak mungkin tiga jam ditongkrongin pelatih. Pemain kan sudah dewasa juga, masak harus dilihatin terus-menerus?" katanya.
Mengenai keberhasilan kerja keras dalam berlatih, Susi memberi contoh pasangan peringkat satu dunia ganda putra, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon.
Pasangan Kevin/Marcus dalam dua tahun terakhir memang menguasai turnamen-turnamen besar dan kini menduduki takhta peringkat satu dunia ganda putra.
Prestasi pasangan yang dijuluki Minions ini terbilang stabil. Membuka 2019, Kevin/Marcus telah mengantongi dua gelar juara, yakni Malaysia Masters dan Daihatsu Indonesia Masters 2019.
"Kevin/Marcus, dari latihan sudah beda kualitasnya. Lihat Marcus, datang lebih pagi, pulang belakangan. Apa yang dia rasa masih kurang, dia ikut tambahan. Kevin, kalau latihan, kelihatan sekali tidak mau kalah," katanya.
Menurut Susi, hasilnya bisa terlihat saat pertandingan. "Coba lihat mereka di pertandingan, saat poin ketat, tidak mau kalah, karena mereka sudah biasa menghadapi situasi begini di latihan," ujar Susi.
Sebenarnya, secara kualitas, permainan ganda putra lainnya, yakni Fajar Alfian/Rian Ardianto, menurut Susi, tidak kalah. Secara teknik, Kevin mengalami kesulitan saat menghadapi mereka.
Namun kegigihan dan kemauan untuk menang memberikan jawaban lain di lapangan. Hingga saat ini, Kevin/Marcus masih lebih unggul.
"Fajar/Rian harus membiasakan untuk mengeluarkan ekspresi dan emosinya. Di depan kita ini kan musuh. Ini masalah karakter, kok. Dan itu bisa diubah," kata Susi. ANTARA | IRFAN BUDIMAN
Menangguk Poin Menuju Olimpiade 2020