Arus Penolakan terhadap Jokowi
Kader PDIP menolak Jokowi kembali ke partai banteng moncong putih. Jokowi dan PDIP sudah berbeda sikap dalam pilpres kali ini.
JAKARTA – Grup WhatsApp pengurus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan memanas setelah tersiar kabar bahwa Presiden Joko Widodo hendak kembali merapat ke partai berlambang banteng moncong putih itu dan ingin menemui Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP. Mereka ramai-ramai menyatakan penolakannya karena Jokowi dianggap sudah mendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka—pasangan calon presiden dan wakil presiden dari Koalisi Indonesia Maju—dalam pemilihan presiden 2024.
“Komentar pengurus di beberapa grup internal mayoritas menolak jika Pak Jokowi kembali,” kata seorang pengurus PDI Perjuangan, Senin, 22 Januari 2024.
Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Ono Sampono mengatakan semua kader partainya memang merasa kecewa terhadap Jokowi setelah dia memutuskan berseberangan sikap dengan PDIP dalam pemilihan presiden 2024. Jokowi, yang merupakan kader PDIP, dianggap sudah mengarahkan dukungannya kepada Prabowo-Gibran. Padahal PDI Perjuangan mengusung pasangan calon presiden Ganjar Pranowo-Mahfud Md. dalam pemilihan ini.
“Yang jelas kekecewaan. Intinya, Jokowi yang telah dibesarkan PDI Perjuangan selama hampir 20 tahun sekarang harus berbeda pilihan,” kata Ono, kemarin, 23 Januari 2024.
Ono yakin partainya sudah mempunyai sikap tegas atas kabar Jokowi yang hendak menemui Megawati Soekarnoputri itu. Namun, kata dia, kader partai ini tak terpengaruh oleh informasi tersebut. Apalagi, “DPP PDIP sudah menjawab tidak ada rencana pertemuan (Jokowi dan Megawati) itu.”
Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memberikan keterangan pers dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III di Sekolah Partai PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, 6 Juni 2023. TEMPO/M. Taufan Rengganis
Seorang pengurus Dewan Pimpinan Cabang PDI Perjuangan di Jawa Barat mengatakan kader partainya di akar rumput memang tidak lagi berharap kepada Jokowi. Sebab, mantan Wali Kota Solo itu dianggap telah berseberangan dengan ideologi partai sejak ia mendukung Gibran—putra sulung Jokowi—menjadi calon wakil presiden dari Prabowo. “Jokowi tinggal sejarah di PDI Perjuangan,” katanya.
Sejak pekan lalu, muncul isu bahwa Jokowi hendak menemui Megawati Soekarnoputri. Keinginan itu mengemuka diduga karena hubungan Jokowi semakin renggang dengan Megawati sejak Gibran menjadi calon wakil presiden Prabowo.
Baca juga:
Tiga sumber Tempo di lingkup internal PDI Perjuangan dan seorang kolega Jokowi non-partai mengatakan mantan Gubernur DKI Jakarta itu memang sedang menjajaki peluang untuk bertemu dengan Megawati. Penjajakan itu dilakukan dengan menghubungi kader PDIP yang dianggap bisa menjadi penghubung ke Megawati.
“Setahu saya, permintaan itu belum disampaikan ke Ibu (Megawati),” kata pengurus PDIP ini. Permintaan itu, kata dia, akan disampaikan seusai pemilihan presiden 2024.
Istana membantah ihwal adanya keinginan Jokowi menemui Megawati. “Itu sama sekali tidak benar,” kata Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana, Senin lalu.
Koordinator Staf Khusus Kepresidenan Ari Dwipayana memberikan keterangan pers soal permintaan pertemuan oleh Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, di kantor Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, 22 Januari 2024. TEMPO/Subekti.
Ketua DPD PDI Perjuangan Sumatera Utara Rapidin Simbolon menduga ada agenda terselubung di balik rencana Jokowi yang ingin menemui Megawati tersebut. “Kalau mau bertemu, nanti selesai pemilu. Mengapa mendekati pemungutan suara isu ini dimunculkan?” kata Rapidin, kemarin.
Ia menduga kabar rencana Jokowi menemui Megawati itu mengesankan bahwa ayah Kaesang Pangarep tersebut tetap terbuka membangun silaturahmi. Padahal, kata dia, Jokowi sendiri yang telah memilih jalan berbeda dengan keputusan politik PDI Perjuangan dalam pemilihan presiden 2024.
Menurut dia, diduga ada skenario yang akan mempersepsikan bahwa PDI Perjuangan ataupun Megawati bersikap angkuh karena tidak mau menerima Jokowi. Faktanya, kata dia, justru Jokowi yang tak membangun komunikasi lebih dulu ketika merestui Gibran sebagai calon wakil presiden Prabowo. Padahal Jokowi dan Gibran adalah kader PDIP.
Rapidin berpendapat, Jokowi semestinya memahami keputusan PDI Perjuangan yang telah mempunyai jagoan sendiri dalam pemilihan presiden 2024. Jadi sangat lumrah jika ruang komunikasi keduanya sulit terbangun sebelum pemilu ini tuntas karena masing-masing pihak sudah menentukan pilihan politik yang berbeda.
“Sudah tidak ada lagi gunanya komunikasi itu karena dia sudah mencalonkan dan mendukung anaknya,” ujar Rapidin. “Kami sebagai kader berharap Bu Mega menolak permintaan itu jika (permintaan tersebut) benar.”
Politikus PDI Perjuangan, Andreas Hugo Pareira, menguatkan pernyataan para kader partai banteng moncong putih itu. Ia mengatakan PDIP tidak akan memikirkan kabar tentang permintaan Jokowi yang hendak menemui Megawati tersebut. Saat ini PDI Perjuangan sedang sibuk dan berkonsentrasi untuk memenangkan pasangan calon presiden Ganjar-Mahfud. “Kami tidak tahu isu dari mana ini,” kata Andreas.
IMAM HAMDI | RICKY JULIANSYAH | AHMAD FIKRI (BANDUNG)