ALOR – Pagi-pagi buta, Soleman Kamenglet menggedor satu per satu pintu rumah warga di Desa Waisika, Kecamatan Alor Timur Laut, Kabupaten Alor, Ahad lalu. Tentu saja dia bukan ingin mengucapkan selamat Paskah yang jatuh pada hari itu.
Sebagai ketua rukun tetangga, Soleman merasa punya tanggung jawab menjamin keselamatan warganya. Pada pagi buta itu, hujan teramat deras menghajar kampungnya. Ia berpikir ada yang tak beres dari hujan kali ini.
Soleman khawatir banjir besar bakal merendam desanya. Maklum, Desa Waisika berada di lereng yang diapit pegunungan dan hamparan pantai Laut Banda. Benar saja, baru beberapa jam setelah air dari langit turun, desanya direndam banjir sepaha orang dewasa.
Sekitar pukul 04.30 Wita, ia mengajak 45 keluarga yang terdiri atas 85 orang mengungsi ke perbukitan. Soleman berpikir kampungnya bakal menerima limpahan air yang lebih dahsyat dari pegunungan. Benar saja, dua setengah jam kemudian, gelombang bah menerjang kampungnya. "Saat arus banjir datang lagi sekitar pukul tujuh pagi, kami semua sudah berada di lokasi aman, dan semua selamat," kata Soleman.
Soleman tetap meminta warganya bertahan di lokasi yang lebih tinggi setelah aliran bah mulai reda. Ia melarang tetangganya yang sekadar ingin menengok kondisi kampung. Sebab, hujan tak kunjung reda. Lagi-lagi, ia berpikir bakal ada bah lagi.
Benar, sekitar pukul 09.00-10.00 Wita, bah yang lebih parah menyapu kampung. Bukan cuma air, lumpur gelondongan pohon dan batu-batuan juga meluncur hebat. "Langit gelap tertutup awan dan hujan saat itu," kata dia.
Dampaknya, 41 rumah rusak sedang dan berat. Bahkan ada rumah yang tersapu habis hingga fondasinya terbawa bah sampai ke Laut Banda.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mendengar cerita menegangkan Soleman itu, kemarin. Doni dan rombongan berkunjung menengok kondisi sejumlah lokasi di Alor yang terkena dampak bencana hidrometeorologi siklon tropis Seroja. Kabupaten Alor menjadi salah satu wilayah di Nusa Tenggara Timur yang paling parah terhantam siklon.
Mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI AD itu memuji aksi heroik Soleman. Doni tak bisa membayangkan jika Soleman tak nekat menggedor satu per satu pintu rumah warga. Bisa-bisa Soleman dan warga satu RT-nya celaka diterjang banjir bandang.
Doni pun berharap budaya gotong royong dan siskamling bisa dioptimalkan masyarakat, terlebih untuk menghadapi ancaman bencana alam. "Budaya gotong royong harus dimasukkan dalam program mitigasi bencana," kata dia.
Doni meminta kepala daerah, termasuk dari camat, lurah, hingga ketua RT, aktif mengikuti informasi cuaca yang dirilis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Andai wilayah mereka terkena dampak potensi bencana alam, para pemimpin di sana wajib mengumumkan kepada masyarakat.
Sebagai contoh, ketika hujan lebat menerjang kampung di daerah lereng atau kaki bukit, seluruh warga wajib mengungsi. Sebab, ancaman tanah longsor bisa datang kapan saja. "Setiap jam harus ada orang yang piket, bergantian warga berbagi tugas berjaga. Jadi, ketika ada potensi banjir bandang, masyarakat bisa tahu lebih dini," kata Doni.
INDRA WIJAYA