JAKARTA - Ketua Tim Surveilans Covid-19 dari Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, mengatakan, berdasarkan perhitungannya, tingkat penularan wabah di Jawa Timur menunjukkan tren menurun. Argumen Windhu itu didasari oleh bilangan reproduksi positif (Rt) di kawasan ini yang sudah menyentuh angka 1,2 per 16 Mei lalu.
Bilangan reproduksi efektif menunjukkan tingkat penularan lokal selama kurun waktu tertentu di suatu kawasan. Penghitungan dilakukan dengan mengambil data dari jumlah orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), angka kasus positif, dan pasien yang sembuh. "Sebelumnya, tren Rt berfluktuasi. Tapi perlahan-lahan turun," ujar Windhu kepada Tempo, kemarin.
Windhu memaparkan, angka Rt menurun selama empat hari berturut-turut. Pada 13 Mei lalu, angka reproduksi mencapai 2,1. Angka itu lalu turun pada 14 dan 15 Mei, masing-masing menjadi 1,7, dan 1,4.
Menurut dia, penghitungan reproduksi virus yang akurat harus didasari ketersediaan data secara harian. Karena itu, Windhu menyatakan tak bisa mengandalkan data kasus yang diumumkan setiap hari oleh Kementerian Kesehatan. Sebab, data kasus tersebut merupakan hasil pemeriksaan spesimen sejak beberapa hari, bahkan lebih dari sepekan lalu. Sejauh ini, kata Windhu, data kasus per 16 Mei merupakan informasi terbaru yang diberikan Dinas Kesehatan Provinsi.
Windhu mengatakan pemerintah Jawa Timur harus menempuh segala cara guna mempertahankan laju penurunan angka reproduksi virus. Sebab, untuk memenuhi syarat pemulihan aktivitas dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, suatu daerah harus mempertahankan Rt kurang dari 1 selama dua pekan. "Kalau naik, ya berarti harus diulang kembali (penghitungannya)," ucap Windhu.
Pengendalian dapat dilakukan melalui pengetatan protokol penjagaan jarak. Windhu menyaksikan keramaian masih terjadi di jalan-jalan ataupun pusat belanja. Hampir separuh warga yang dilihat Windhu juga tak mengenakan masker.
Dia juga meminta pemerintah memperketat penjagaan perbatasan, terutama di kawasan Surabaya Raya. Di kawasan itu, Windhu menuturkan angka reproduksi juga belum terkendali, yakni masih 1,38. Wabah dianggap belum mereda lantaran pembatasan sosial yang diterapkan Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik selama hampir sebulan tak berjalan efektif.
Pemerintah, kata Windhu, mesti memperluas cakupan tes bukan hanya kepada ODP dan PDP, tapi juga orang tanpa gejala. Karena itu, kapasitas tes ideal untuk Jawa Timur adalah lebih-kurang 4.000 spesimen per hari. "Setelah tes, lanjutkan penelusuran, kemudian isolasi dan perawatan," ujar dia.
Per kemarin, pemerintah mengumumkan virus corona sudah menginfeksi 5.318 orang di Jawa Timur. Angka tersebut meningkat 183 kasus dibanding dua hari lalu. Sebagian besar kasus disumbang Kota Surabaya, dengan jumlah pasien terinfeksi 2.803 orang.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan lonjakan jumlah kasus positif dapat terus terjadi seiring dengan pelacakan kontak dan tes yang kian masif. Pelacakan dilakukan melalui pencarian lokasi yang pernah dikunjungi pasien Covid-19.
Pemantauan pun dilakukan di tempat-tempat publik, seperti pasar. Menurut Khofifah, apabila suatu pasar terdapat pasien positif, pelacakan akan dilakukan kepada semua penghuni selama 14 hari. "Seandainya tak ditemukan lagi yang dilacak, baru berhenti," kata dia.
Khofifah mengimbuhkan, meski kasus tertinggi berada di Surabaya, angka kesembuhan pasien di kota itu juga terus naik. Hingga kemarin, Surabaya melaporkan 60 pasien sudah sembuh dari virus. Angka tersebut mencapai 60 persen dari jumlah pasien yang sembuh di Jawa Timur, yakni 100 orang.
Sekretaris Daerah Jawa Timur, Heru Tjahjono, mengemukakan pemerintah daerah mengandalkan program berbasis komunitas bernama Kampung Tangguh di Surabaya beserta daerah lainnya. Dia berharap warga dapat saling mengawasi aktivitas dan pergerakan satu sama lain.
Selain itu, ujar dia, pemerintah turut menjaga penularan di pabrik-pabrik di kawasan Surabaya Raya. Pengendalian dilakukan melalui pengaturan akses pekerja dan pembatasan jumlah karyawan.
ROBBY IRFANY
Penularan Wabah di Jawa Timur Diklaim Menurun