JAKARTA - Pemerintah berencana membangun rumah sakit dengan fasilitas khusus untuk menangani penyakit yang menular dengan cepat. Pembangunan rumah sakit khusus wabah itu merupakan permintaan Presiden Joko Widodo kepada sejumlah pembantunya dalam rapat koordinasi penanggulangan bencana, di Sentul, Bogor, Selasa lalu.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md. mengatakan langkah itu bukan semata berkaitan dengan mewabahnya novel coronavirus (2019-nCoV) alias virus corona. Pembangunan rumah sakit khusus tersebut dimaksudkan untuk mengantisipasi jika nantinya terjadi penyebaran wabah seperti virus corona saat ini. "Kita seperti kaget gitu, ya, membawa segitu banyak orang ke satu tempat. Itu saja," kata Mahfud saat ditemui di kantornya di Jakarta, kemarin.
Menurut Mahfud, soal lokasi rumah sakit khusus itu masih dalam tahap diskusi pendahuluan, termasuk dengan Kementerian Kesehatan. Dia mengimbuhkan, lokasinya bisa saja di sebuah pulau yang ada penghuninya, atau yang tidak ada penghuninya sama sekali.
Bekas Ketua Mahkamah Konstitusi itu menjelaskan, kriteria lokasi rumah sakit khusus tersebut adalah harus dekat dengan pangkalan militer dan lapangan udara agar mudah dalam pengevakuasian. Tapi Mahfud menyampaikan ada juga sejumlah pendapat yang mengatakan pembangunan rumah sakit khusus ini tidak perlu di pulau kosong.
Menurut Mahfud, Indonesia sudah memiliki tiga rumah sakit dengan fasilitas isolasi seperti rumah sakit khusus. Dua rumah sakit itu berlokasi di Jakarta dan satu di Semarang. Salah satunya adalah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Hanya, Mahfud mengungkapkan, ketiga rumah sakit itu tidak bisa menjadi rumah sakit khusus. "Apakah perlu atau tidak, tadi diskusinya masih berlangsung dan belum ambil keputusan," kata dia.
Mahfud mengadakan rapat bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di kantornya, di Jakarta, kemarin. Rapat itu merupakan rapat pertama untuk membahas pembangunan rumah sakit khusus penanganan sejumlah penyakit menular.
Terawan mengatakan setidaknya terdapat 100 pulau di Indonesia yang bisa dipilih menjadi lokasi rumah sakit khusus tersebut. "Ada 100 pulau, banyak banget. Aku enggak hafal," kata dia saat ditemui di kantor Kementerian Polhukam, Jakarta, kemarin.
Sumber Tempo menyebutkan lokasi yang paling memenuhi syarat untuk pembangunan rumah sakit khusus wabah adalah Natuna. Bisa saja pemerintah mencari pulau kosong di Maluku atau di kawasan Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Tapi, kata sumber itu, yang paling mendekati kriteria adalah Natuna. "Di sana sudah ada pangkalan militer dan lapangan udara, sehingga memudahkan pergerakan jika ada wabah," kata dia.
Terawan menuturkan belum ada pembicaraan yang mengerucut ke sejumlah pulau tertentu. Ia mengatakan pemerintah baru mengumpulkan data dan melakukan brainstorming untuk pembangunan rumah sakit ini. "Kami kumpulkan data. Ini baru rapat pertama. Belum ada keputusan apa-apa," kata dia.
Terawan mengimbuhkan, pembangunan rumah sakit khusus bisa juga digunakan sebagai tempat penanganan berbagai penyakit menular. Misalnya, kata dia, tuberkulosis atau malaria. Tapi Terawan menyatakan semua masih dalam taraf pembicaraan awal.
Kamis lalu, Menteri Mahfud menyatakan pemerintah masih mempertimbangkan untuk pemulangan gelombang kedua WNI yang tinggal di Cina. "Gelombang selanjutnya masih dipertimbangkan karena sekarang penerbangan dari dan ke RRC (Republik Rakyat Cina) sedang ditutup," ucap dia.
Seorang sumber menyebutkan, pemulangan gelombang kedua WNI dari Cina ini akan berjumlah setidaknya 3.500 orang. Terawan mengatakan pemulangan gelombang kedua WNI asal Cina pasti akan ada. Karena itu, pemerintah harus bersiap-siap. "Bisa saja dipulangkan bukan karena virus itu. Kalau ada ancaman virus, tentu harus ditangani sesuai dengan standar internasional," kata Terawan. EGI ADYATAMA | DIKO OKTARA
Pemerintah Akan Bangun Rumah Sakit Khusus Wabah