JAKARTA – Sebanyak 18 keluarga di Kampung Melayu, Jakarta Timur, mendapat durian runtuh: hunian mereka di tepi Kali Ciliwung dipugar total tanpa bayaran. Mirip-mirip tayangan realitas di stasiun televisi, Bedah Rumah.
Bedanya, program kerja sama pemerintah DKI Jakarta dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) ini berupa pembangunan rumah panggung setinggi 9 meter, sehingga melindungi penghuni dan harta benda mereka yang kerap menjadi sasaran luapan Kali Ciliwung.
“Beda bedah kampung sebelumnya berupa kawasan padat dan rentan kebakaran. Di lokasi ini (RT 13 RW 04 Kampung Melayu), kami membangun hunian yang tinggi karena sering terjadi banjir,” kata Luthfi Fathullah, Kepala Baznas DKI, kepada Tempo, kemarin.
Baznas rutin membangun hunian bagi kelompok duafa. Jumlahnya 50 sampai 100 unit per tahun. Badan ini telah berulang kali membantu pemerintah DKI memperbaiki puluhan rumah di sejumlah wilayah. Misalnya, bedah kampung terhadap 31 rumah di Jalan Warakas, Jakarta Utara, beberapa waktu lalu. Saat ini, mereka tengah menyelesaikan renovasi 27 rumah di Kampung Kwitang, Jakarta Pusat, yang hangus akibat kebakaran pada pertengahan Maret lalu. “Tahun ini, kami masih ada satu lagi, yaitu Kampung Tambora. Bekas kebakaran,” kata Luthfi.
Dia mengatakan, setiap kali permohonan bantuan dari pemerintah DKI datang, petugas Baznas memeriksa ulang calon penerima. Bantuan hanya diberikan kepada kelompok masyarakat miskin dan berpotensi memberikan dampak positif bagi lingkungan. “Warganya sendiri juga harus bersedia dan ikut semua rencana Baznas,” ujar Luthfi.
Pekerja membangun rumah panggung di dekat bantaran kali Ciliwung, Kampung Melayu, Jakarta, 7 April 2021. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Di Kampung Melayu, Baznas membangun ulang 40 rumah yang tak layak huni. Sebanyak 18 rumah akan menjalani perombakan dan pembangunan total menjadi rumah panggung dengan tiga lantai. Sisanya direnovasi pada sejumlah bagian, terutama bagian depan. Menurut Luthfi, semua warga sepakat lantai dasar setiap rumah akan menjadi tempat usaha atau ruang interaksi. “Karena rentan terkena dampak kalau terjadi banjir,” kata dia.
Nurhasanah, 40 tahun, warga penerima bantuan, mengatakan rumah warisan orang tuanya di Kampung Melayu itu telah rusak parah akibat bolak-balik terendam banjir. Padahal bangunan berukuran 2,5 x 13 meter itu menjadi tempat hidup tiga keluarga. “Ada keluarga saya dan keluarga dua adik saya. Ada sebelas orang di rumah itu,” ujarnya.
Menurut Nurhasanah, Baznas juga memberikan santunan Rp 500 ribu per bulan kepada pemilik setiap rumah yang dirobohkan. Uang tersebut untuk biaya sewa hunian selama pembangunan yang diperkirakan berlangsung hingga menjelang Idul Fitri, 13-14 Mei mendatang.
Ketua RT 13, Sanusi, mengatakan warga menyambut positif program bedah kampung di permukiman yang berlokasi di dekat Jalan Raya Jatinegara tersebut. Selain pembangunan rumah, mereka menantikan program revitalisasi lainnya yang akan memperbaiki sistem drainase dan ruang terbuka hijau di kawasan padat dan kumuh tersebut. “Katanya akan ada tempat bermain anak dan taman,” kata Sanusi.
Pekerja membangun rumah panggung di dekat bantaran Kali Ciliwung, Kampung Melayu, Jakarta, 7 April 2021. TEMPO/Hilman Fathurrahman W.
Wali Kota Jakarta Timur Mohammad Anwar mengatakan bedah kampung di daerah rawan banjir tersebut merupakan kolaborasi pemerintah provinsi, Baznas, dan sejumlah perusahaan swasta. Menurut dia, Baznas berperan dalam penataan dan pembangunan hunian yang layak. Sedangkan sejumlah satuan kerja perangkat daerah DKI membantu penataan kawasan dengan membuat sumur resapan dan ruang terbuka hijau, serta pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Menurut Anwar, pemerintah daerah tak merogoh kocek untuk program yang menghabiskan dana Rp 79 juta per unit rumah itu. “Dananya dari Baznas,” ujarnya. “Ini akan menjadi percontohan di lokasi lain.”