JAKARTA - Jumlah penumpang kereta rel listrik (KRL) mengalami penurunan akibat imbauan pemerintah untuk bekerja dari rumah atau work from home. Padahal, tidak seperti moda raya terpadu dan Transjakarta yang operasionalnya dipangkas habis kemarin, transportasi massal yang lebih dikenal dengan Commuter Line itu berjalan normal dengan 991 perjalanan.
Data PT Kereta Commuter Indonesia, operator KRL, menyebutkan, hingga pukul 14.00 WIB kemarin, penumpang mereka hanya 350 ribu orang. Vice President Corporate Communications PT KCI Erni Sylviane Purba memperkirakan jumlah penumpang mereka hingga kereta terakhir tadi malam hanya sekitar 700-800 ribu orang. Angka itu jauh di bawah rerata penumpang harian sebanyak 1-1,1 juta. "Turun hingga 27 persen," ujarnya, kemarin.
Ahad lalu, Presiden Joko Widodo mengimbau masyarakat agar bekerja, belajar, dan beribadah di rumah. Tujuannya, mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19 saat bepergian dan berinteraksi langsung dengan orang lain.
Pemerintah DKI Jakarta merespons imbauan Istana untuk membatasi mobilitas masyarakat itu dengan memangkas waktu operasional, frekuensi, dan daya angkut MRT, lintas rel terpadu (LRT), serta Transjakarta. Operasional tiga transportasi publik tersebut diperpendek dari pukul 06.00 hingga 18.00 WIB. Akibatnya, terjadi antrean panjang di hampir semua halte dan stasiun, kemarin pagi.
Tidak seperti tiga moda tersebut, Erni memastikan KRL akan beroperasi seperti biasa, melintasi jalur dari Jakarta hingga Bogor serta Bekasi sampai Lebak. Alasannya, dia melanjutkan, banyak warga yang tidak bisa bekerja dari rumah, termasuk petugas medis, pekerja logistik, dan pegawai sektor layanan publik. "Dalam situasi saat ini, kami berupaya untuk tetap menyediakan layanan transportasi kepada masyarakat," ujarnya.
Agus Kuswoyo, 50 tahun, warga Citayam, merasakan Commuter Line kemarin sore lebih lowong dari biasanya. "Biasanya tidak dapat duduk, sekarang bisa duduk, bahkan tertidur," kata pegawai swasta yang saban hari bolak-balik naik kereta dari Stasiun Citayam dan turun di Palmerah tersebut.
Untuk menekan laju penyebaran Covid-19, Erni meminta para penumpang KRL tetap menjaga jarak di dalam gerbong. Setiap penumpang juga akan diukur suhu tubuhnya di stasiun keberangkatan. Untuk sementara, pemeriksaan suhu hanya berlangsung di stasiun berkategori padat, yaitu Stasiun Bogor, Manggarai, Gondangdia, Juanda, Sudirman, Tanah Abang, Duri, Tangerang, dan Rangkasbitung.
Di sembilan stasiun itu, Erni melanjutkan, penumpang wajib masuk dari pintu yang menyediakan pemeriksaan suhu tubuh. Sedangkan di stasiun lainnya, pemeriksaan suhu dilakukan secara acak dengan menyasar sebanyak mungkin penumpang Commuter Line. "Bagi penumpang yang suhu tubuhnya melebihi 38 derajat Celsius akan diminta untuk tidak menggunakan KRL," ujarnya.
Kepala Hubungan Masyarakat PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi I Jakarta Eva Chairunisa mengatakan perusahaan negara itu tetap mengoperasikan layanan secara normal. Untuk kereta jarak jauh yang berangkat dari Stasiun Gambir, Pasar Senen, dan Jakarta Kota berjalan sesuai dengan jadwal.
Hal serupa, kata Eva, juga berlaku untuk kereta lokal, seperti kereta Jatiluhur, Walahar, Pangrango, Siliwangi, dan kereta lokal Merak. "Hingga kini belum ada jadwal kereta yang dikurangi maupun diubah," katanya.
Eva mengatakan upaya menekan penyebaran virus corona di stasiun dan kereta juga ditempuh dengan menyediakan hand sanitizer di beberapa sudut stasiun dan kereta, serta menempatkan petugas khusus untuk melakukan pengecekan suhu tubuh kepada penumpang. KAI juga berupaya mengenyahkan virus di kereta dengan menyemprotkan disinfektan di gerbong. "Pencucian kereta secara rutin setiap sebelum perjalanan," ujar dia. GANGSAR PARIKESIT
Penumpang KRL Turun 27 Persen