KESIBUKAN di Dinas Kesehatan DKI, Gambir, Jakarta Pusat, meningkat dua bulan terakhir. Satu ruangan di lantai empat gedung belakang itu tidak pernah sepi. Padahal, pada hari-hari biasa, penghuninya hanya petugas penerima panggilan darurat 112 dan 119.
Itulah Pos Komando Tim Covid-19 DKI Jakarta. Di tengah ruangan, terpampang angka-angka yang menjadi perbincangan sebagian besar orang belakangan hari: data penyebaran virus corona. Data itu diolah oleh sekitar 18 orang yang bekerja bergantian seharian penuh. "Enam orang dalam satu shift," kata Ani Ruspitawati, koordinator posko itu, di lokasi, kemarin.
Petugas tersebut ada yang bertugas menerima panggilan telepon, satu orang membalas pesan lewat WhatsApp, dan sisanya meng-input data laporan. Mereka merupakan pegawai Dinas Kesehatan dengan latar belakang medis, serta tenaga tambahan dari Badan Kepegawaian Daerah. Di seberang ruangan, petugas call center 112 dan 119 bertugas seperti biasa.
Tim Covid-19 bekerja sejak akhir Januari lalu. Dinas Kesehatan menggunakan nomor lama yang biasa mereka pakai setiap ada kejadian luar biasa, 081388376955. Hingga kemarin, mereka telah menerima lebih dari 3.700 laporan terkait dengan virus corona. Ani mengatakan setiap panggilan telepon dan pesan yang masuk akan dijawab sesuai dengan kebutuhannya. Sebab, tidak semua pelapor menghubungi karena sakit. Ada juga yang ingin mencari tahu soal virus mematikan asal Wuhan, Cina, tersebut.
Berdasarkan pengamatan Tempo kemarin siang, saat ada panggilan telepon dengan indikasi keluhan kesehatan, petugas akan mewawancarai penelepon lebih dalam perihal sakit tersebut. Selanjutnya, data penelepon dan hasil wawancara itu akan dicatat. "Tidak semua demam berkaitan dengan corona. Bisa jadi penyakit lain. Hal itulah yang didetailkan petugas," kata Catur Laswanto, asisten sekretaris daerah yang jadi Ketua Tim Covid-19 DKI.
Petang harinya, kami menjajal menelepon Posko Covid-19 DKI untuk menanyakan info seputar virus corona. Pertama-tama, petugas meminta data diri penelepon. Kemudian petugas akan mensosialisasi hal-hal terkait dengan penyebaran virus corona, termasuk hal yang harus dilakukan jika memiliki gejala tertular virus corona hingga arahan self isolation selama 14 hari.
Petugas kemudian menganalisis apakah pelapor masuk kategori orang dengan pemantauan (ODP) atau pasien dalam pengawasan (PDP). Parameter ODP adalah demam lebih dari 38 derajat Celsius, infeksi saluran napas, dan baru kembali dari luar negeri. Sedangkan PSP adalah orang dengan gejala ODP ditambah pneumonia dan pernah kontak dengan orang positif Covid-19 dalam dua pekan terakhir.
"Jika masuk kategori ODP, kami akan arahkan untuk self isolation selama 14 hari," ujar Ani. Anggota tim juga akan menghubungi fasilitas kesehatan terdekat lokasi pelapor untuk mengecek dan mengawasi. Jika dalam tahap pengawasan gejalanya meningkat, status pelapor akan ditingkatkan ke PDP dan akan dirujuk ke rumah sakit yang sudah ditunjuk.
Namun, jika sejak awal pelapor terkategorikan PDP, dia akan diminta mendatangi rumah sakit atau puskesmas terdekat untuk diperiksa. Orang tersebut juga dapat dijemput ambulans milik DKI, yang sudah sebelas kali bolak-balik mengantar pasien.
Untuk sementara, orang dalam pemantauan berjumlah 370 orang. "Sebanyak 310 di antaranya dinyatakan selesai dipantau atau sehat," kata Ani. Sedangkan pasien dalam pengawasan mencapai 166 orang. "Sebanyak 79 di antaranya sudah sehat, sisanya 87 pasien masih dirawat dan diawasi." Data tersebut, dia melanjutkan, juga berasal dari rumah sakit di Jakarta.
Tugas lain dari tim tersebut adalah mengkampanyekan gerakan hidup bersih dan sehat sebagai cara menangkal virus corona. Selain ke sekolah dan pusat belanja, petugas melakukan sosialisasi anti-corona dalam car-free day. "Untuk mengedukasi, sekaligus supaya masyarakat tetap tenang," ujar Ani. INGE KLARA SAFITRI