maaf email atau password anda salah


Kawasan Lindung Kerap Gagal Lestarikan Hutan

Kawasan lindung gagal mencegah hilangnya hutan di banyak bagian dunia. Negara berkembang butuh bantuan untuk melindungi hutan.

arsip tempo : 172739310611.

Foto udara perambahan kayu secara ilegal dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Merangin, Jambi, 17 September 2024. ANTARA/Wahdi Septiawan. tempo : 172739310611.

PENGHANCURAN alam adalah krisis global. Membangun kawasan hutan lindung adalah kebijakan umum yang digunakan pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut.

Memang sebagian besar negara, termasuk Australia, telah menandatangani perjanjian global untuk melindungi 30 persen tanah pada 2030. Tapi, sejauh mana kawasan lindung, seperti taman nasional dan cagar alam, benar-benar melestarikan hutan?

Penelitian baru saya yang dipublikasikan dalam Journal of Environmental Economics and Management volume 127 pada September 2024 menguji pertanyaan ini. Temuan tersebut merupakan perkiraan skala global pertama tentang di mana kawasan lindung berhasil dan gagal.

Yang mengkhawatirkan, saya menemukan kawasan lindung gagal mencegah hilangnya hutan di banyak bagian dunia. Jelas kita harus membuat area-area ini lebih efektif untuk melestarikan keanekaragaman tumbuhan dan hewan bumi yang tersisa.

Foto udara perambahan kayu secara ilegal dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Merangin, Jambi, 17 September 2024. ANTARA/Wahdi Septiawan

Menyelidiki Kawasan Lindung

Hutan sering dihancurkan oleh aktivitas manusia, seperti penebangan dengan gergaji mesin atau penggunaan api yang disengaja. Tujuannya biasanya untuk mengekstraksi kayu atau membersihkan lahan untuk pertanian, jalan, perumahan, atau tujuan manusia lainnya.

Kebakaran hutan alami juga dapat merusak hutan. Dalam beberapa kasus, ekosistem terbakar begitu parah sehingga tidak dapat pulih. Ada hubungan dengan aktivitas manusia juga di sini karena perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia mengakibatkan kebakaran hutan yang lebih parah, sering terjadi, dan lebih luas di tempat-tempat seperti Australia.

Saya ingin tahu seberapa baik kawasan lindung mencegah agar hutan tidak hilang.

Untuk menyelesaikan ini, pertama-tama saya mengambil peta yang mencakup batas-batas yang tepat dari sekitar 300 ribu kawasan lindung dunia. Saya melapisinya dengan data satelit resolusi tinggi antara 2001 dan 2022, yang menunjukkan hilangnya hutan tepat di dalam dan di luar batas-batas ini.

Bukaan lahan tebu di PT. Global Papua Abadi, di Distrik Tanah Miring, Merauke, Papua Selatan, 4 September 2024. TEMPO/George William Piri

Metode ini mengasumsikan, jika kehilangan hutan tepat di luar batas kawasan lindung jauh lebih tinggi daripada di dalam, pelindungannya berfungsi. Sebaliknya, jika hilangnya hutan relatif serupa di dalam dan di luar batas, itu menunjukkan pelindungan tidak memiliki efek kuat.

Ide ini dapat diterapkan bahkan jika kehilangan hutan di kedua sisi batas rendah—karena itu menunjukkan daerah tersebut terpencil atau tidak dicari untuk aktivitas manusia. Dalam kasus ini, kami tidak memiliki bukti bahwa pelindungan itu efektif karena hutan mungkin akan dipertahankan bahkan jika pelindungan itu tidak ada.

Apa yang Saya Temukan?

Saya menemukan kawasan lindung mencegah rata-rata 30 persen hilangnya hutan yang akan terjadi jika kebijakan tersebut tidak diberlakukan. Kehilangan hutan terjadi di kawasan lindung di semua negara, termasuk Australia, tapi lebih jarang daripada di hutan yang tidak dilindungi.

Angka 30 persen itu sangat rendah. Tapi itu menunjukkan kawasan lindung efektif sampai tingkat tertentu, dan efektivitasnya bervariasi secara signifikan di berbagai negara seperti yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini.

Kebijakan ini hampir sepenuhnya tidak efektif di banyak negara, termasuk Indonesia, Republik Demokratik Kongo, Bolivia, Venezuela, Madagaskar, Rusia, dan Gabon. Beberapa negara ini memiliki sejumlah besar keanekaragaman hayati planet yang tersisa. Sebagian besar, tapi tidak semua, adalah negara berkembang.

Dalam kasus hilangnya hutan akibat kebakaran, kawasan lindung di negara maju juga tidak efektif dalam beberapa kasus.

Australia adalah contoh yang bagus. Kawasan lindung di sini cukup efektif dari 2001 hingga 2018. Tapi kebakaran Black Summer pada 2019-2020 yang mengerikan membakar tanpa pandang bulu melalui petak besar hutan yang dilindungi.

Dalam berita yang lebih baik, kawasan lindung sangat efektif di beberapa wilayah, seperti Selandia Baru, Kanada, Skandinavia, serta negara-negara Baltik (Estonia, Latvia, dan Lithuania).

Apa Arti Semua Ini?

Penelitian saya menggambarkan perbaikan besar dibutuhkan di banyak kawasan lindung di seluruh dunia untuk benar-benar melestarikan hutan. Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk memahami kebijakan terbaik guna mencapai hal ini, sebelum terlambat.

Negara-negara berkembang jelas membutuhkan bantuan untuk melindungi hutan mereka. Korupsi, ketidakstabilan politik, dan kurangnya sumber daya dapat menyulitkan pemerintah di negara-negara ini untuk menegakkan undang-undang konservasi hutan. Ketidakpedulian pemerintah juga dapat berperan.

Jalan keluar dari hutan sekitar sungai Buda, Distrik Ilwayab di Merauke, Papua Selatan, 29 Agustus 2024. TEMPO/George William Piri

Bagaimana kita membalikkan keadaan ini? Skema seperti REDD+, yang membayar masyarakat setempat untuk melestarikan hutan yang mungkin akan ditebang, dapat ditingkatkan.

Bantuan asing untuk konservasi hutan, dari negara-negara seperti Australia, juga dapat membantu. Selain itu, organisasi non-pemerintah, seperti African Parks, dapat menempatkan penjaga hutan di lapangan untuk membantu patroli dan menegakkan integritas kawasan lindung. Teknologi seperti peringatan deforestasi real-time dari data satelit juga dapat membantu.

Temuan saya pun menyoroti ancaman perubahan iklim terhadap ekosistem hutan di Australia dan tempat lain. Jelas api tidak memandang batas-batas taman nasional atau kawasan lindung lainnya.

Jadi, ya, senang melihat pemerintah di seluruh dunia mendaftar untuk melindungi 30 persen tanah mereka. Tapi pekerjaan saya menunjukkan perhatian diperlukan untuk memastikan area yang dilindungi itu berfungsi.

Artikel ini ditulis oleh Timothy Neal, dosen senior di bidang ekonomi pada Institute for Climate Risk and Response, University of New South Wales, Australia. Terbit pertama kali di The Conversation.

Konten Eksklusif Lainnya

  • 27 September 2024

  • 26 September 2024

  • 25 September 2024

  • 24 September 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan