maaf email atau password anda salah


Polusi Plastik Indonesia Tertinggi Ketiga di Dunia

Indonesia menduduki peringkat ketiga penghasil polusi plastik di bumi. Tersebab banyak sampah yang tidak dikumpulkan.

arsip tempo : 173058349810.

Tumpukan sampah di tepi Sungai Ciliwung, Kampung Pulo, Jakarta, 9 September 2024. TEMPO/Subekti.. tempo : 173058349810.

KAMI menggunakan pembelajaran mesin untuk mengidentifikasi titik-titik polusi plastik terbesar di lebih dari 50 ribu kota, kota besar, dan daerah perdesaan di seluruh dunia. Model global baru kami yang dipublikasikan dalam jurnal Nature edisi 4 September 2024 mengungkap gambaran paling rinci tentang polusi plastik yang pernah terjadi dengan konsentrasi lingkungan tertinggi di India, terutama karena sebagian besar sampah tidak dikumpulkan.

Plastik ditemukan di mana-mana—dari palung laut dalam hingga puncak gunung tertinggi—tapi pengamatan ini hanya mengungkap sebagian kecil dari gambaran polusi plastik secara keseluruhan. Tantangan yang lebih besar adalah mencari tahu di mana dan bagaimana plastik ini mencapai lingkungan sehingga polusi dapat dicegah sejak awal.

Ini bukan tugas mudah. Aspek yang paling menantang untuk diukur adalah emisi—makroplastik atau apa pun yang berukuran lebih besar dari 5 milimeter—yang keluar atau dilepaskan dari sistem dan aktivitas material. Ini termasuk sampah yang tertiup dari tempat sampah atau jatuh dari truk pengangkut sampah ditambah sampah yang dibuang oleh orang-orang, baik secara tidak sengaja maupun sengaja.

Kami menemukan bahwa membuang sampah sembarangan merupakan sumber emisi terbesar di negara maju yang sistem penanganan sampah sangat terkontrol. Sebaliknya, di negara berkembang, limbah yang tidak diangkut merupakan sumber utama.

Dengan menggunakan kecerdasan buatan, model komputer baru kami menunjukkan bagaimana sampah plastik berpindah dari sistem yang terkendali ke lingkungan yang menjadi sangat sulit untuk ditangkap kembali dan ditampung. Kami harus mencari tahu bagaimana plastik lolos dari sistem yang terkendali dan menemukan, dari 52 juta ton sampah (setara dengan berat 8,7 juta gajah abu-abu Afrika) yang masuk ke lingkungan setiap tahun, sampah yang tidak dikumpulkan merupakan sumber terbesar. Itu sekitar 68 persen berat dari semua polusi atau 36 juta ton setiap tahun.

Jadi anggapan yang salah bahwa polusi plastik disebabkan oleh perilaku tidak bertanggung jawab manusia. Alasan utamanya adalah 1,2 miliar orang tidak memiliki tempat pembuangan sampah padat sama sekali. Sebaliknya, mereka harus membakar, mengubur, atau menyebarkannya di darat atau di air.

#INFOGRAFIS LINGKUNGAN-2

Pembakaran sampah secara terbuka marak terjadi, yang menyumbang 57 persen dari seluruh polusi plastik di seluruh dunia berdasarkan beratnya. Ini melibatkan pembakaran sampah di api terbuka tanpa kontrol apa pun untuk mencegah emisi berbahaya mencapai lingkungan atau membahayakan kesehatan kita. Praktik ini populer, mungkin karena tampaknya membuat sampah menghilang, mengurangi beban pada otoritas pengelolaan sampah, dan mengurangi pemandangan buruk dari sampah yang dibuang di darat.

India muncul sebagai pencemar plastik terbesar, yang menghasilkan 9,3 juta ton plastik ke lingkungan setiap tahun—seperlima dari total. Jumlah tersebut 2,7 kali lebih banyak daripada dua pencemar terbesar berikutnya, Nigeria dan Indonesia.

India berada di posisi teratas karena hanya 81 persen sampahnya yang dikumpulkan. Namun India juga menghasilkan lebih banyak sampah daripada yang diasumsikan beberapa model sebelumnya. Sumber resmi pemerintah memperkirakan 0,12 kilogram per orang per hari, tapi perkiraan ini tidak mencakup banyak daerah perdesaan sehingga angka sebenarnya mendekati 0,54 kilogram per orang per hari. Kombinasi dari jumlah sampah yang begitu besar, populasi yang besar, dan tingkat pengumpulan yang rendah menciptakan kondisi yang memungkinkan polusi plastik berkembang biak.

Tindakan yang Ditargetkan

Menentukan titik-titik polusi ini membantu para pembuat kebijakan merancang cara-cara yang lebih tepat sasaran untuk menangani polusi plastik. Negara-negara dengan polusi plastik yang lebih tinggi biasanya memiliki lebih sedikit sumber daya, dalam bentuk uang dan infrastruktur. Jadi mereka cenderung kurang siap mengekang emisi mereka.

Dengan pemahaman yang lebih rinci tentang bagaimana limbah dikelola dan dibuang di setiap sudut dunia, pemerintah dapat menargetkan sumber daya yang terbatas di area-area yang polusi plastiknya paling parah. Model kami juga akan membantu mereka mengembangkan rencana aksi yang dapat memenuhi target yang disepakati dalam perjanjian plastik global, perjanjian internasional yang saat ini sedang dinegosiasikan untuk mengurangi polusi plastik di seluruh dunia.

Mengurangi konsumsi plastik adalah salah satu solusi untuk mengekang polusi plastik. Namun plastik tidak berdiri sendiri. Plastik merupakan bagian dari campuran bahan-bahan yang kompleks dalam limbah dan kita perlu mempertimbangkan semuanya secara bersamaan. Misalnya, limbah makanan, bersama bahan-bahan yang dapat terurai secara hayati lainnya, menghasilkan sebagian besar emisi iklim dari sistem pengelolaan limbah ketika dibuang di tempat pembuangan akhir.

Jika kita mengurangi penggunaan plastik, kita perlu memikirkan cara untuk menggunakan kembali bahan atau menggantinya dengan bahan lain. Namun penelitian kami sebelumnya menunjukkan bahwa peluang untuk melakukannya terbatas dan, dalam praktiknya, kita akan terus memproduksi plastik dalam jangka waktu yang lama. Saat ini kita perlu mengelola sampah plastik secara lebih efektif. Menemukan cara untuk memperluas layanan pengumpulan sampah dapat mengurangi polusi plastik secara drastis dan memberikan manfaat bagi miliaran orang.

Artikel ini ditulis oleh Costas Velis, pengajar sistem efisiensi sumber daya di University of Leads, Inggris; Ed Cook, peneliti sistem ekonomi sirkular untuk sampah plastik di University of Leads, Inggris; dan Josh Cottom, peneliti polusi plastik di University of Leads, Inggris. Terbit pertama kali dalam bahasa Inggris di The Conversation dan diterjemahkan oleh Avit Hidayat dari Tempo.

Konten Eksklusif Lainnya

  • 2 November 2024

  • 1 November 2024

  • 31 Oktober 2024

  • 30 Oktober 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan