ISTANBUL - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam menghancurkan ekonomi Turki jika Ankara benar-benar melaksanakan operasi militer terhadap suku Kurdi di timur laut Suriah. Ancaman Trump tampaknya ditujukan untuk menenangkan kritik yang menuduhnya meninggalkan Kurdi di Suriah dengan menarik pasukan Amerika dari Suriah pada Ahad lalu.
"Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, dan ini penegasan, jika Turki melakukan sesuatu yang menurut saya terlarang, saya akan benar-benar menghancurkan ekonomi Turki (yang telah saya lakukan sebelumnya!),"cuit Trump, kemarin.
Amerika menarik pasukannya dari dua pos pengamatan di perbatasan di Tel Abyad dan Ras al-Ain di Suriah. Militer Amerika menyatakan tidak akan mendukung atau terlibat dalam operasi yang dilancarkan Turki. "Pasukan Amerika, setelah mengalahkan kekhalifahan ISIS, tidak akan lagi ada di kawasan tersebut."
Milisi YPG-organisasi militer Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didominasi suku Kurdi-menjadi kekuatan utama yang didukung Amerika di Suriah dalam perang melawan kelompok teror Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah. Amerika dan SDF pada Maret lalu merebut benteng terakhir ISIS, menandai akhir kekhalifahan pimpinan Abu Bakr al-Baghdadi sejak 2014.
Presiden Trump pada tahun lalu menyebut orang Kurdi di Suriah sebagai "pejuang hebat" dan mengumumkan pengorbanan yang mereka lakukan dalam perang melawan ISIS. "Mereka bertempur bersama kami. Kami kehilangan puluhan ribu orang Kurdi saat melawan ISIS. Mereka orang-orang hebat dan kami belum lupa," ujar Trump, September tahun lalu.
Namun, Ankara memandang YPG-perpanjangan Partai Pekerja Kurdistan (PKK)-adalah kelompok teroris yang menjadi ancaman keamanan nasionalnya. Turki ingin mengusir kelompok itu dari perbatasannya dengan Suriah. Turki mendesak pembentukan "zona aman" sejauh 32 kilometer di sepanjang perbatasan di Suriah, di bawah kendali Turki.
Ibrahim Kalin, juru bicara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, mengatakan bahwa zona aman Turki masuk integritas teritorial Suriah. Zona ini memiliki dua tujuan: mengamankan perbatasan dengan membersihkan elemen-elemen teroris dan melancarkan kembalinya para pengungsi secara aman.
Penarikan pasukan Amerika akan membuat pasukan Kurdi, sekutunya di Suriah, rentan terhadap serangan oleh Angkatan Bersenjata Turki (TSK), yang menyebut mereka teroris. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki, Hami Aksoy, mengatakan Turki berhak mengambil langkah-langkah demi keamanan nasionalnya melawan ancaman terorisme dari Suriah. "Turki bertekad melenyapkan teroris dari timur Sungai Eufrat dan melindungi keamanan sambil menerapkan zona aman guna mencapai perdamaian dan stabilitas," kata Aksoy.
Yerevan Saeed, analis politik di Lembaga Penelitian Timur Tengah yang berbasis di Erbil, mengatakan langkah Washington dapat mendorong SDF memihak pada rival Amerika, yakni Rusia dan Iran, dua pendukung militer utama Presiden Suriah Bashar al-Assad. "Meninggalkan Kurdi saat ini adalah kebalikan dari tekanan terhadap Iran karena pengabaian seperti itu akan mendorong orang Kurdi ke orbit Teheran," kata Saeed kepada Al Jazeera.
Setelah penarikan pasukan, Washington mengatakan Turki akan bertanggung jawab atas semua tersangka milisi ISIS yang ditangkap selama pertempuran melawan kelompok teror. SDF menahan sekitar 12 ribu milisi ISIS-beberapa di antaranya adalah warga negara asing-di beberapa fasilitas penahanan di Suriah utara, serta sekitar 58 ribu warga sipil. Sayap politik SDF mengatakan para tersangka milisi ISIS dapat menjadi "bahaya besar" di kawasan itu. SDF berulang kali meminta negara-negara asing untuk bertanggung jawab atas warga negara mereka yang dipenjara.
Turki menegaskan bahwa tidak menoleransi kembalinya ISIS dalam bentuk apa pun, apakah di Suriah, Irak, atau tempat lain. "Tapi ingat, ini bukan tanggung jawab satu negara. Ini adalah tanggung jawab komunitas internasional," ucap Kalin.
Saeed memperingatkan setiap serangan Turki dapat berdampak terhadap tindakan Kurdi membebaskan para tersangka milisi ISIS yang dipenjara. "Daesh (ISIS) masih merupakan ancaman nyata, tak hanya di Suriah, tapi juga di Irak. Membebaskan tahanan kemungkinan membuat ISIS kembali di Irak dan Suriah dan membalikkan situasi Amerika melawan kelompok itu," ujar dia.
REUTERS | ASSOCIATED PRESS | AL JAZEERA | SUKMA LOPPIES
Komunitas Kurdi Membentuk Otonomi
TURKI, Suriah, Irak, dan Iran adalah rumah bagi komunitas besar Kurdi yang mencari otonomi dalam berbagai tingkatan di pemerintah pusat setelah puluhan tahun mengalami penindasan.
- Kawasan Kurdi
Sebagian besar penduduk Kurdi-sekitar 60 persen-tinggal di permukiman di perkotaan dan 25 persen atau lebih di daerah non-perkotaan.
- Akses Kurdi ke Kekuasaan
IRAK
Wilayah Kurdi di utara telah menjadi kawasan semi-otonom sejak 1991, dengan pemerintah daerah sendiri dan angkatan bersenjatanya, meskipun untuk anggarannya masih bergantung pada gubernur pusat di Irak.
SURIAH
Milisi Kurdi merebut hampir seperempat kawasan Suriah selama perang, dan membentuk pemerintahan sendiri yang tidak diakui otoritas Suriah.
TURKI
Gerakan PPK Kurdi telah melancarkan pemberontakan selama beberapa dekade untuk mendapatkan hak yang lebih besar dan otonomi di kawasan tenggara.
IRAN
Kelompok-kelompok HAM mengatakan komunitas Kurdi menghadapi diskriminasi bersama dengan minoritas agama dan etnis lainnya.
- Penduduk Kurdi Berdasarkan Negara
Turki : 81 juta (18 persen Kurdi 14,5 juta)
Iran : 83 juta (8 Persen 6,6 juta)
Suriah : 19 juta (8 persen 1,5 juta)
Irak : 40 juta (16 persen 6,4 juta)
SUMBER: REUTERS | GEOGRAPHICAL RESEARCH ON WARM | UNIFIED PLATFORM| ETH ZURICH| NATURAL EARTH | (DIOLAH)