CHRISTCHURCH - Publik Selandia Baru kemarin menandai sepekan serangan teror yang menewaskan 49 orang dan melukai 29 lainnya di dua masjid di Christchurch dengan mengheningkan cipta dan mendengarkan kumandang azan.
Panggilan salat Jumat itu disiarkan di stasiun televisi dan radio nasional pada pukul 13.30 waktu setempat, lalu diikuti dengan dua menit mengheningkan cipta untuk mengenang korban yang tewas oleh teroris supremasi kulit putih tersebut.
Berbicara kepada 20 ribu warga dan jemaah salat Jumat di lapangan Hagley Park, Kota Christchurch, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan, "Selandia Baru berkabung dengan Anda."
Mengutip Nabi Muhammad, perempuan berusia 38 tahun itu menambahkan, "Orang-orang beriman dalam kebaikan, belas kasih, dan simpati adalah seperti satu tubuh. Ketika ada bagian tubuh yang menderita, seluruh tubuh merasa sakit."
"Selandia Baru berduka bersamamu. Kami adalah satu." Dalam khotbahnya, khotib salat Jumat di lapangan Hagley Park, Gamal Fouda, menyampaikan terima kasih kepada Ardern dan seluruh masyarakat Selandia Baru atas simpati dan kepedulian mereka terhadap umat Islam sejak kejadian itu. "Terima kasih untuk tangisan, kembang, dan tarian haka," ujarnya. "Terima kasih Selandia Baru karena telah menunjukkan kepada dunia apa arti cinta dan kasih."
Ia mengatakan serangan teror telah menghancurkan hati umat Islam dan warga Selandia Baru pada umumnya. "Hati kita hancur, tapi kita tidak hancur. Kita hidup, kita bersatu, kita bertekad tak membiarkan siapa pun memecah-belah kita," kata Fouda, imam Masjid Al-Noor, salah satu korban yang selamat dari penembakan.
Pada waktu bersamaan, di kota-kota Selandia Baru lain, seperti Auckland, Wellington, dan Nelson, juga berlangsung acara perkabungan yang digelar masyarakat setempat. Adapun di lapangan Hagley Park, yang terletak di seberang Masjid Al-Noor, puluhan ribu warga setempat yang tak melaksanakan salat membentuk barisan untuk menjaga jemaah salat Jumat.
Sejumlah perempuan yang hadir di lokasi itu tampak mengenakan penutup kepala, termasuk Ardern yang mengenakan kerudung hitam bermotif emas. Kepada media setempat, seorang warga Christchurch, Lan Shepherd, mengatakan datang ke salat Jumat tersebut untuk menunjukkan dukungannya terhadap masyarakat Islam. "Kami turut merasakan penderitaan yang mereka alami," tuturnya.
Polisi bersenjata bersiaga di masjid-masjid di Selandia Baru sejak serangan pekan lalu. Polisi mengatakan akan meningkatkan kehadiran personelnya untuk memberikan rasa aman bagi warga yang menghadiri salat Jumat.
Nyala lilin terus berlanjut hingga Kamis malam di seluruh negeri. Sedangkan pejabat pemerintah bekerja sepanjang malam untuk mempersiapkan masjid dan jenazah-jenazah korban yang akan dimakamkan seusai salat Jumat.
Surat kabar setempat yang terbit kemarin menampilkan halaman depan dalam satu kata berbahasa Arab, "Salaam", yang berarti damai. Surat kabar The Press di halaman depannya juga memuat nama-nama korban serangan teror.
Data dari Kepolisian Selandia Baru sebelumnya menyatakan korban tewas dalam serangan teroris berjumlah 50 orang. Namun data itu telah diralat menjadi 49 orang karena seorang perempuan yang namanya dimasukkan ke daftar korban meninggal ternyata masih hidup.
Serangan teroris di Masjid Al-Noor dan Masjid Linwood pada Jumat pekan lalu dilakukan oleh Brenton Harrison Tarrant asal Australia. Pria berusia 28 tahun itu ditahan polisi dan telah dibawa ke pengadilan untuk sidang perdana. Ia dijadwalkan akan menghadapi sidang lanjutan pada 5 April mendatang.
Ardern, yang dengan cepat mengecam penembakan itu sebagai terorisme, telah mengumumkan pelarangan senapan semi-otomatis dan senapan serbu bergaya militer pada Kamis lalu. Negara Kiwi itu berada di bawah peringatan keamanan yang meningkat sejak serangan tersebut.
Polisi Selandia Baru kemarin mengatakan sedang menyelidiki ancaman yang dilakukan terhadap Ardern di Twitter. New Zealand Herald melaporkan bahwa sebuah unggahan di Twitter yang berisi foto pistol dan tulisan "You are next (Anda selanjutnya)" ditujukan kepada sang Perdana Menteri.
Unggahan lain juga berisi ancaman mati yang ditujukan kepada Ardern dan Kepolisian Selandia Baru dengan foto yang sama dan bertulisan "Selanjutnya adalah Anda". Akun yang kemudian diblokir itu dilaporkan berisi unggahan ideologi supremasi kulit putih serta anti-muslim. Kantor Perdana Menteri dan Twitter masih belum berkomentar ihwal ancaman ini. REUTERS | NEW ZEALAND HERALD | ABC | SITA PLANASARI AQUADINI
Mendukung dengan Kerudung
Sepekan setelah aksi teror yang menewaskan 49 anggota jemaah salat Jumat di Selandia Baru, masyarakat Negeri Kiwi membuat gerakan solidaritas untuk muslim dengan memakai penutup kepala atau kerudung selama satu hari penuh. Dilansir Newsweek, gerakan yang dilakukan kemarin itu diberi nama Headscarf for Harmony.
Gerakan ini diinisiasi Thaya Ashman, dokter asal Auckland yang mendapat ide setelah melihat seorang wanita muslim yang mengatakan terlalu takut pergi ke luar rumah karena ia memakai hijab. Ashman, yang pernah bekerja di Afganistan, kemudian ingin melakukan sesuatu untuk wanita tersebut dan wanita muslim lain di seluruh Selandia Baru. Ia pun mewujudkan idenya dengan membuat gerakan Headscarf for Harmony.
"Ini undangan sederhana ke seluruh Selandia Baru guna menunjukkan dukungan kami, juga untuk mengakui kesedihan kami sebagai warga Selandia Baru," katanya kepada Newshub, kemarin.
Namun ia sebelumnya berbicara lebih dulu dengan teman dekatnya yang merupakan seorang muslim. Ia lantas mengajukan idenya ke Islamic Women’s Council of New Zealand dan Muslim Association of New Zealand. Kedua organisasi itu pun memberikan dukungan penuh kepada Ashman.
"Kata-kata tidak dapat mengungkapkan betapa kami bersyukur dan berterima kasih atas semua curahan cinta, kasih sayang, dan dukungan sejak kekejaman di Christchurch pekan lalu," ujar Ikhlaq Kashkari, Ketua New Zealand Muslim Association, merespons ide Ashman. Warga Selandia Baru, pria dan perempuan, pun ramai-ramai menggunakan tagar #headscarfforharmony dan mengunggah foto mereka tengah memakai kerudung di media sosial. NEWSWEEK | SITA PLANASARI AQUADINI