maaf email atau password anda salah


Badan Restorasi Gambut dan Mangrove

Upaya Melindungi Gambut dan Mangrove untuk Keanekaragaman Hayati

Gambut dan mangrove sangat penting bagi keberlangsungan keanekaragaman hayati.#infotempo

arsip tempo : 171425853532.

Gambut dan mangrove sangat penting bagi keberlangsungan keanekaragaman hayati.. tempo : 171425853532.

Indonesia memiliki sejumlah besar keanekaragaman hayati yang meliputi spesies tumbuhan dan hewan yang berbeda-beda. Namun, keanekaragaman hayati di Indonesia terancam oleh berbagai faktor seperti perubahan iklim, deforestasi, pengembangan pertanian, perburuan liar, dan kebakaran hutan.

Gambut dan mangrove adalah dua ekosistem yang sangat penting bagi keanekaragaman hayati di Indonesia. Gambut adalah tanah organik yang terbentuk dari tumbuhan yang terakumulasi selama ribuan tahun di daerah tropis yang basah. 

Sedangkan mangrove adalah hutan yang tumbuh di dekat pantai dan terdiri dari spesies pohon yang tahan garam. Kedua ekosistem ini memiliki peran penting dalam menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia. 

Namun, perubahan penggunaan lahan dan kebakaran gambut yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan degradasi gambut, akibatnya kehilangan habitat dan kerusakan ekosistem.

Mangrove juga penting bagi keanekaragaman hayati di Indonesia. Hutan mangrove memberikan tempat tinggal bagi banyak spesies tumbuhan dan hewan, seperti berbagai jenis ikan, burung, kura-kura, dan kodok. 

Mangrove dapat membantu melindungi pantai dari erosi dan badai. Namun, pengambilan lahan dan penebangan hutan mangrove telah menyebabkan hilangnya habitat dan kerusakan ekosistem.

Menurut data dari Badan Restorasi Gambut, dari total luas gambut di Indonesia sekitar 21,7 juta hektar, sekitar 15,9 juta hektar diantaranya mengalami kerusakan. Kerusakan gambut ini disebabkan oleh konversi lahan untuk pertanian dan perkebunan, kebakaran hutan, dan penambangan emas ilegal. 

Kemudian, berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dari total luas mangrove di Indonesia sekitar 3,49 juta hektar, sekitar 27,5 persen diantaranya mengalami kerusakan. Kerusakan mangrove ini disebabkan oleh konversi lahan untuk pembangunan infrastruktur, pertanian, dan perikanan, serta kerusakan lingkungan akibat limbah dan polusi.

Kerusakan gambut dan mangrove berdampak pada hilangnya keanekaragaman hayati, penurunan kualitas air dan udara, serta meningkatnya risiko bencana seperti banjir dan tanah longsor. Karena itu, perlu adanya upaya restorasi dan perlindungan gambut dan mangrove untuk mempertahankan keanekaragaman hayati di Indonesia.

Apalagi Indonesia memiliki komitmen dalam mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen dan 41 persen dengan bantuan internasional dalam rangka upaya mitigasi perubahan iklim. Komitmen ini tertuang dalam Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) Indonesia. 

Salah satu sektor yang terkait dengan emisi gas rumah kaca adalah sektor kehutanan, termasuk pemanfaatan hutan dan penggunaan lahan (Forest and Other Land Uses/FOLU) yang meliputi gambut dan mangrove. Untuk membahasnya, Tempo akan menggelar Talkshow Streaming Indonesia Forest Forum 2023, pada Selasa, 30 Mei 2023. Para ahli di bidangnya akan membahas segala masalah dan upaya agar gambut dan mangrove tetap terjada dan terlindungi.

Konten Eksklusif Lainnya

  • 27 April 2024

  • 26 April 2024

  • 25 April 2024

  • 24 April 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan