Keberlangsungan Teh Indonesia Terancam Punah
Teh nDeso juga sudah mendapatkan standar LESTARI yang memastikan bahwa praktik budidaya dan pengolahan teh sudah memperhatikan aspek sosial dan lingkungan berdasarkan prinsip berkelanjutan. #Infotempo
Menurut data Kemenko Perekonomian pada tahun 2020, Indonesia menduduki peringkat ketiga belas eksportir teh terbesar dunia yang memasok 45.265 ton teh atau senilai US$ 96.326 ribu.
Hampir separuh (46%) perkebunan teh Indonesia digarap oleh petani, sedangkan 34% dikelola oleh negara dan 20% dikelola oleh swasta. Meskipun mempunyai area perkebunan terluas, ironisnya produktivitas kebun teh rakyat justru yang paling kecil.
Namun, para petani kini mulai menyadari peran pentingnya di rantai pasok dan melakukan upaya perbaikan kolektif melalui kelompok atau koperasi tani. Bahkan, sejumlah sentra teh Indonesia telah mengembangkan merek teh daerahnya masing-masing yang diproduksi secara mandiri sebagai aktualisasi keterlibatan petani di ranah industri agribisnis. Salah satunya The nDeso, sebuah brand teh yang dibangun Paguyuban Tani Lestari dan diproduksi langsung dari perkebunan teh rakyat di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Menurut Nanang Christianto selaku pengelola brand Teh nDeso, produk teh ini diproduksi dari pucuk the berkualitas yang hanya diambil dari perkebunan teh rakyat dengan sortasi dan manajemen mutu yang terjamin agar mempunyai cita rasa dan aroma khas. Teh nDeso juga sudah mendapatkan standar LESTARI yang memastikan bahwa praktik budidaya dan pengolahan teh sudah memperhatikan aspek sosial dan lingkungan berdasarkan prinsip berkelanjutan.
“Kami memberikan harga yang adil untuk petani-petani kami karena mereka sudah melakukan proses budidaya sesuai dengan standar LESTARI. Sehingga Teh nDeso ikut mempertahankan eksistensi perkebunan teh rakyat juga memberikan kualitas teh terbaik untuk konsumen Indonesia. Teh nDeso juga menjadi salah satu ujung tombak teh rakyat yang membantu dan mendukung perkebunan teh rakyat mulai dari hulu hingga ke hilir,” ujar Nanang Christianto.