maaf email atau password anda salah

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Google

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini

Satu Akun, Untuk Semua Akses


Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Masukan alamat email Anda, untuk mereset password

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Ubah No. Telepon

Ubah Kata Sandi

Topik Favorit

Hapus Berita

Apakah Anda yakin akan menghapus berita?

Ubah Data Diri

Jenis Kelamin


Satu Indonesia Awards

Inovasi Anak Muda Melawan Krisis Iklim

Anak muda harus terus belajar dan menciptakan teknologi untuk mengatasi perubahan iklim. Sejumlah pemuda telah membuktikan diri sebagai inovator. #Infotempo

arsip tempo : 171353758193.

Narasumber Satu Indonesia Awards 2022.. tempo : 171353758193.

Dosen Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Prof H Emil Salim, MA., PhD, menggugah anak muda menggunakan segenap jiwa dan pikiran untuk menyelamatkan Indonesia dari ancaman krisis iklim.

Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Semuanya dapat dimanfaatkan sebagai pengganti sumber energi fosil yang memicu perubahan iklim. “Kita harus bisa mensubtitusi (sumber energi fosil) itu dengan energi matahari, energi angin, energi gelombang, energi arus air, energi panas bumi. Semua sumber-sumber ini ada di tanah air kita. Laut yang ada terbentang di depan mata adalah sumber energi.  Matahari yang bersinar adalah sumber energi,” ujarnya dalam webinar 13th Satu Indonesia Awards 2022, Senin, 27 Juni.

Dalam webinar bertajuk “Anak Muda dan Sejuta Inovasi Melawan Perubahan Iklim” itu, Prof Emil menyadari ada dua faktor penghambat penggunaan energi baru terbarukan. Pertama, karena masih ada kelompok yang berupaya mempertahankan bahan bakar fosil demi keuntungan ekonomi. Dua, Indonesia belum menguasai teknologi energi berkelanjutan.

Karena itu, ia mendorong para pemuda menggali ilmu dan menguasai teknologi. “Jangan berhenti belajar, dunia yang akan datang jauh berbeda dari duna saat ini. Dunia akan datang adalah dunia yang harus ditanggapi dengan ilmu, sains, teknologi,” ujarnya.

Rizki Hamdani merupakan contoh anak muda yang melaksanakan amanat Prof Emil untuk terus belajar. Lama hidup di Jakarta, ia akhirnya pulang ke kampung istrinya di Jombang untuk belajar menjadi petani. Setelah menguasai ilmu pertanian, Rizki tergerak menciptakan perubahan. Ia mendekati para kyai di pesantren agar mendorong para santri melakukan hal yang lebih berguna untuk lingkungan dan sesama.

Gayung bersambut. Rizki akhirnya bisa menggagas Kelompok Santri Tani Milenial dengan sistem pertanian terpadu/integrated farming system (IF). Ia membina para santri untuk bertani dan beternak, sekaligus merintis kelompok wirausaha sosial. Hingga kini sekitar 30 kelompok santri tani telah terbentuk di seluruh Jombang.

Di Bandung, Vania dan suaminya, Galih, menggagas pertanian di tengah kota dengan memanfaatkan lahan tidur. Mereka bergerak bersama komunitasnya menggarap lahan tersebut dengan konsep Community Supported Agriculture (CSA). Prosesnya yakni menawarkan warga untuk berlangganan sayuran tertentu dengan cara bayar di awal. Warga tersebut akan mendapat hasil sayuran setelah panen. “Dengan CSA kami jadi bisa sustain. Kami bisa dapat kepastian sejak awal, sudah ada dana untuk produksi dan ada kepastian pembeli,” ujarnya yang mempekerjakan dua petani muda untuk menggarap lahan.

Vania menggunakan pupuk dari limbah organik yang ia kumpulkan di rumah-rumah warga untuk mencegah limbah yang sebelumnya dibakar oleh warga dan menyebabkan polusi udara. Sejumlah coffee shop juga diajak bekerja sama untuk menyetorkan ampas kopi, karena sangat berguna untuk menutrisi tanah. Upaya yang terlihat sederhana ini sebenarnya merupakan gerakan nyata menyelamatkan lingkungan.

Director Executive Greeneration Foundation, Vanessa Letizia, mengatakan bahwa Rizki dan Vania merupakan contoh dari anak muda yang melakukan aksi nyata membuat perubahan demi menyelamatkan lingkungan. Yayasannya pun aktif mengedukasi anak muda tentang bahaya perubahan iklim, dampak, dan cara mengatasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Edukasi tak kenal lelah juga dijalankan oleh Komunitas Ecologicalive, yang juga konsisten terhadap isu krisis iklim. Agnesia, Anggota Komunitas Ecologicalive, menyatakan edukasi sangat penting agar masyarakat semakin sadar dan mau bertindak nyata, menjadikan pola hidup ramah lingkungan sebagai gaya hidup.

Seluruh inovasi dan inisiatif ini mendasari komitmen PT Astra Internasional Tbk yang menyelenggarakan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards sejak 2010. SATU Indonesia Awards merupakan apresiasi kepada anak muda yang tak kenal lelah memberi manfaat kepada masyarakat dalam lima bidang, yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.

Rizki dan Vania adalah dua dari puluhan pemuda yang mendapat pengakuan dari Astra sebagai inovator karena telah berdaya guna bagi lingkungan dan masyarakat. Kini, SATU Indonesia Awards telah memasuki tahun ke-13 dan mengundang pemuda-pemuda lain yang telah bertindak nyata. Jika kamu pemuda yang telah melakukan aksi nyata seperti Rizki dan Vania, segera daftarkan dirimu. Pendaftaran telah dibuka sejak 9 Maret-9 Agustus. Info lebih lengkap dapat dilihat di www.satu-indonesia.com. (*)

Konten Eksklusif Lainnya

  • 19 April 2024

  • 18 April 2024

  • 17 April 2024

  • 16 April 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan