maaf email atau password anda salah

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Google

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini

Satu Akun, Untuk Semua Akses


Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Masukan alamat email Anda, untuk mereset password

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Ubah No. Telepon

Ubah Kata Sandi

Topik Favorit

Hapus Berita

Apakah Anda yakin akan menghapus berita?

Ubah Data Diri

Jenis Kelamin


UOB Indonesia

Harapan Baru Energi Surya

Indonesia memiliki potensi energi matahari yang dapat dikembangkan menjadi energi listrik.

arsip tempo : 171358893342.

Ilustrasi panel surya.. tempo : 171358893342.

Kebutuhan energi diperkirakan akan melampaui jumlah pertumbuhan penduduk dunia. Perkembangan teknologi telah membawa mesin dan alat yang memudahkan pekerjaan dan memberi kenyamanan bagi manusia.

Berdasarkan Outlook Energi Indonesia yang diterbitkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, kebutuhan energi Indonesia tumbuh 4-7 persen per tahun dalam 10 tahun terakhir. Padahal pertumbuhan penduduk sejak satu dekade lalu hanya naik 1,25 persen per tahun.

Di masa mendatang, teknologi yang semakin canggih akan membutuhkan energi yang jauh lebih banyak lagi. Baru-baru ini seluruh dunia menyaksikan bagaimana krisis energi di Eropa mengancam kesejahteraan warganya.

Minyak bumi, batu bara, dan gas alam yang selama ini melimpah di Indonesia, pada suatu saat akan habis juga. Ketiganya, biasa disebut bahan bakar fosil, telah menjadi biang keladi perubahan iklim. Bagai lingkaran setan, perubahan iklim membawa cuaca ekstrem yang membuat masyarakat di seluruh dunia harus memasang pendingin ruangan (AC) atau pemanas.

Penggunaan AC dan pemanas membutuhkan energi besar yang artinya membuat bahan bakar fosil lebih banyak dibakar untuk menghasilkan energi. Untuk memenuhi kebutuhan energi yang besar sekaligus perubahan iklim, dunia harus segera beralih ke energi baru dan terbarukan.

Potensi di Indonesia

Indonesia telah berkomitmen meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan, khususnya sektor ketenagalistrikan yang memakan porsi paling besar dari total konsumsi energi. Pemerintah menargetkan bauran energi terbarukan pada 2025 sebesar 23 persen dari bauran energi total. Target ini masih jauh dari bauran energi terbarukan saat ini yang masih berada di kisaran delapan persen. Indonesia masih mengandalkan pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU).

Tren global menunjukkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) mendominasi energi terbarukan untuk sektor ketenagalistrikan. Indonesia sebagai negara tropis sangat potensial mengembangkan tenaga surya, terutama di level rumahan.

Pemerintah menargetkan pemasangan 1 juta PLTS atap lewat program Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap (GNSSA). Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan hingga Juli 2021, jumlah pengguna PLTS atap baru 4.028 pelanggan.

Angka ini tentu masih sangat jauh dari harapan. Hambatan terbesar adalah biaya pemasangan panel surya yang mahal. Biaya pemasangan saat ini sudah turun signifikan dibandingkan pada awal pengembangan PLTS. Namun angka ini masih terbilang mahal.

Sebagai contoh, pelanggan listrik dengan daya 2.200 VA, setiap bulan membayar tagihan rata-rata sebesar Rp 350 ribu per bulan. Dengan mengganti listrik ke panel surya akan menghemat 63 persen biaya bulanan. Namun, pelanggan harus mengeluarkan Rp 36,7 juta untuk memasang panel surya menurut hitung-hitungan kalkulator https://solarhub.id/.

Angka ini tentu lebih mahal lagi jika ingin sepenuhnya mengandalkan tenaga surya lewat sistem off-grid. Pemerintah harus menyiapkan insentif jika ingin Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap dijalankan masif.

UOB sebagai perbankan nasional turut mengambil peran dalam mendorong pengembangan energi baru dan terbarukan. Sejak 2019, UOB meluncurkan U-Solar, program pendanaan panel surya bagi usaha dan rumah tangga.

Solusi ini mencakup penyediaan manajemen kas dan pembiayaan hijau untuk pengembangan proyek tenaga surya, serta solusi pembiayaan berbasis kontrak end-to-end untuk kontraktor engineering, procurement, construction and commissioning (EPCC).

Wholesale Banking Director UOB Indonesia, Harapman Kasan, optimistis komitmen pemerintah untuk mengembangkan energi terbarukan, termasuk industri panel surya yang akan tumbuh positif. “Di UOB Indonesia, kami optimis dengan masa depan tenaga surya di Tanah Air dan permintaan yang kuat dari konsumen dan dunia usaha,” ujarnya.

Dia mengatakan program U-Solar yang diluncurkan pada akhir 2019 semakin diterima luas. “Kami memiliki serangkaian proyek yang tengah kami persiapkan. Kami akan terus membangun kesadaran masyarakat akan manfaat tenaga surya dan memperluas mitra ekosistem lokal kami selain SEDAYU Energy dan TML Energy,” kata Harapman.

UOB menyebutkan dalam satu tahun sejak diluncurkan, program U-Solar UOB telah memfasilitasi pengadaan tenaga surya mencapai 160 gigawatt jam di seluruh ASEAN dan mengurangi 77,2 ribu ton CO2. Pengurangan emisi gas rumah kaca ini setara dengan menanam hampir 1,3 juta bibit pohon selama 10 tahun atau menghilangkan sekitar 17 ribu mobil dari jalanan selama satu tahun.

Panel surya menjadi solusi yang paling memungkinkan bagi kebutuhan energi yang semakin besar dan ancaman perubahan iklim di depan mata.

Konten Eksklusif Lainnya

  • 20 April 2024

  • 19 April 2024

  • 18 April 2024

  • 17 April 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan