Kementerian Perdagangan Lepas Ekspor Hasil Tangkapan Nelayan Senilai Rp 11,4 Miliar
SIDOARJO – Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Didi Sumedi, bersama Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Artati Widiarti, melepas ekspor produk perikanan hasil tangkapan nelayan ke Kanada pada Rabu, 24 November 2021. Pelepasan ekspor dilakukan di Nirwana Segara Safe n Lock Warehouse, Sidoarjo, Jawa Timur.
Ekspor dilakukan oleh perusahaan rintisan teknologi di bidang kelautan dan perikanan, PT Aruna Jaya Nuswantara. Perusahaan tersebut menjual produk bermerek sendiri, ‘Aruna Crab Premium’, sebanyak satu kontainer senilai US$ 800 ribu (Rp 11,42 miliar). “Perusahaan rintisan yang digawangi anak muda ini tidak hanya berhasil menembus pasar mancanegara dengan merek sendiri, tapi juga telah memberdayakan nelayan-nelayan kecil ,”ujar Didi Sumedi.
Didi menuturkan, Aruna Jaya memberdayakan 20 ribu nelayan di 30 lokasi yang tersebar di 13 provinsi. Perusahaan ini juga membangun platform digital untuk mendata hasil tangkapan agar nelayan mendapatkan harga yang transparan dan hasil laut yang dapat dilacak. Menurut dia, Aruna Jaya berjasa menghubungkan nelayan kecil dengan rantai pasar global maupun domestik.
Chief Sustainability Officer Aruna Jaya, Utari Octavianty mengimbuhkan, sebanyak 70 persen dari produk ekspor Aruna Jaya berupa lobster, kepiting, rajungan, tuna, makerel, red snapper, dan udang vaname, dengan tujuan pasar Amerika Serikat, Cina, Singapura, Jepang, Timur Tengah, dan Kanada.
“Seluruh produk Aruna telah memenuhi standar pasar internasional, seperti HACCP (hazard analysis critical control point), CPIB (cara pembenihan ikan yang baik), dan menerapkan pengelolaan perikanan yang ramah terhadap ekosistem kelautan,” kata Utari.
Menurut Utari, total nilai ekspor dengan merek sendiri ke pasar Kanada saat ini telah mencapai US$ 34 juta. Aruna Jaya, ujar dia, juga mengekspor produk kepiting, udang, dan tuna senilai US$ 30 – 40 juta per tahun ke pasar Amerika Serikat dan lobster ke pasar Tiongkok sebesar US$ 8,5 juta per tahun.
“Kesanggupan pasokan ke pasar Kanada baru 1-2 kontainer per bulan, atau sepertiga dari permintaan pembeli. Ekspor akan terus berkembang seiring dengan penambahan titik nelayan menjadi 65 pada 2022, serta pembukaan kantor operasional di Amerika Utara,” kata Utari.
Ia menuturkan, selain memberdayakan puluhan ribu nelayan, Aruna Jaya juga mempekerjakan para istri nelayan sebagai pengolah hasil tangkapan di desa mereka. Para istri diberdayakan untuk membantu mengupas, membersihkan dan menimbang hasil tangkapan, sehingga dapat memiliki pendapatan tambahan.
Didi menjelaskan, nilai ekspor Indonesia di masa pandemi Covid-19 justru terus meningkat. Secara bulanan, ekspor Indonesia pada Oktober 2021 kembali memecahkan rekor tertinggi, yaitu sebesar US$ 22,03 miliar. Hampir semua produk ekspor utama tumbuh selama periode Januari-Oktober 2021, termasuk produk perikanan.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan ekspor produk perikanan ke pasar global periode Januari--September 2021 sebesar US$ 2,48 miliar atau meningkat 4,53 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Negara tujuan ekspor utama produk perikanan adalah Amerika Serikat dengan porsi 37,65 persen; Tiongkok (20,57 persen), Jepang (10,93 persen), (Vietnam 3,73 persen), dan Malaysia (3,73 persen).
Sebagai produk unggulan ekspor, dia menyebutkan, produk perikanan Indonesia memerlukan jaminan kualitas dan ketertelusuran untuk meningkatkan daya saing. Dia mengungkapkan, dengan pendekatan teknologi, nelayan akan bisa menjawab tuntutan konsumen terhadap produk yang berkelanjutan dan berkeadilan.
“Kami berharap semakin banyak pelaku ekspor muda dan start up yang menggarap pasar ekspor dengan produk yang berkualitas, memadukan teknologi dan digitalisasi, dengan terus mengembangkan semangat keberlanjutan dan keberadilan,” ucap Didi.