Tingkatan Ekonomi Perempuan
Usaha kecil Sofiatun mengantarkan dirinya untuk bisa bicara dalam forum perubahan iklim tersebut dan disaksikan secara internasional.
Sofiatun, ibu rumah tangga yang mengelola krupuk dengan bahan baku utama lele di Desa Sumber sari Kecamatan Sebulu, Kalimantan Timur, merasa senang karena usaha skala mikro yang dikelolanya terus berkembang. Dari awalnya hanya mengandalkan uang belanja dari suaminya yang bekerja sebagai karyawan, kini dia bisa memberikan lapangan pekerjaan untuk perempuan lain di desanya.
Berawal dari keinginannya menghasilkan krupuk dengan bahan baku lele yang banyak melimpah di desanya, kini penghasilannya bisa lebih dari Rp 6 jutaerbulan. Permintaan krupuk lele pun tidak hanya dari tetangga sekitar tetapi juga dari rumah makan. Bersama dengan lima perempuan lainnya, usaha krupuk lele ini berada dalam naungan Kelompok Wanita Tani (KWT) Mandiri.
“Perempuan harus mandiri, punya uang sendiri tidak menggantungkan pada suami. Saya bersyukur bisa mengajak perempuan lain di desa untuk melakukan hal yang salam dalam kelompok wanita tani ini,” ujar Sofiatun yang ketua KWT Mandiri. Dia berbagi pengalaman dalam talkshow rangkaian UNFCCC COP 26 Pavilion Indonesia, Rabu 10 November dengan tema GESI dan Kepemimpinan Perempuan dalam Kelola Hutan di Tingkat Tapak.
Usaha kecil Sofiatun mengantarkan dirinya untuk bisa bicara dalam forum perubahan iklim tersebut dan disaksikan secara internasional. “ Tidak hanya dapat uang, tetapi juga mendukung pengelolaan hutan secara lestari,” katanya.
KWT Mandiri merupakan binaan dari mitra pemasok Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas, PT Surya Hutani Jaya (SRH) yang memberikan bantuan modal, peralatan, pendampingan dan pemasaran terhadap produk-produk yang dihasilkan dari kelompok tersebut. (*)