Strategi Wisata di Negeri Seribu Bukit
Strategi pengembangan pariwisata Nusa Tenggara Timur berbasis pada inklusviitas, sumber daya lokal, dan berkelanjutan.
TAK ada yang meragukan keindahan alam Nusa Tenggara Timur (NTT). Tempat-tempat eksotis terbentang di seluruh wilayah provinsi seluas 47.932 kilo meter persegii tu. Sebutlah PulauAlor misalnya dengan keindahan alam bawah lautnya, savana yang luas serta ekspresi budaya berupa tarian dan kampong adat.
Belum lagi pesona Pulau Sumba dengan pantai, air terjun, danau, kampong adat atau desa tradisional dan lain-lain. Destinasi yang sangat terkenal hingga mancanegara adalah Labuan Bajo, di Flores, dengan bentangan alam berupa perbukitan hingga kawasan pantai yang memikat, serta Pulau Komodo-nya, lokasi melihat aktivitas satwa purbakala komodo dari dekat.
“Kami memiliki 1.305 destinasi wisata di seluruh wilayah NTT,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT, Zet Sony Libing, dalam live stream Tourism Discussion, Exotic East Nusa Tenggara Timur, Senin, 23 Agustus 2021. Kegiatan yang diselenggarakan Tempo Media Group ini tayang di TV Tempo dan di channel Youtube Tempo.co.
Staf khusus Gubernur NTT Daniel Kameo menuturkan, banyak orang yang kesulitan bagaimana menggambarkan keindahan alam NTT. Salah satu koleganya yang telah berkeliling keseluruh wilayah NTT, menyebut daerah ini sebagai sepotong surga yang ditempatkan Tuhan di bumi.
Menurut Daniel, pemerintah daerah berjuluk Negeri Seribu Bukit ini telah menyiapkan strategi pengembangan potensi pariwisata yang luar biasa tersebut, yang terangkai dalam tagline inclusive, local resource-based dan sustainable. Inclusive berarti, semua masyarakat NTT mengambil peran utama dan mendapat manfaat dari perkembangan industri pariwisata.
Perkembangan wisata juga harus berbasis sumber daya lokal untuk mendorong dan menarik semua sector ekonomi untuk tumbuh. Agar berkelanjutan, pengembangan industri pariwisata di NTT juga harus memperhatikan keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. “Pariwisata memainkan peran penting di dalam mendukung konservasi dan mendorong kreativitas,” ujarnya.
Beberapa hal yang menjadi “pekerjaan rumah”, kata Daniel, antara lain membangun dan meningkatkan akses ke destinasi wisata, membangun konektivitas di antara destinasi,serta menggerakan lembaga ekonomi sosial masyarakat seperti BUMDES, usaha mikro kecil dan menengah, pengelolaan homestay dan desa wisata.
“Kita jugaharus memperkuat kapasitas sumber daya manusia melalui training dan sertifikasi. Kerjasama bisnis antara unsur lokal dengan semua pihak di industri pariwisata diperkuat seperti dengan tour operator, jaringan hotel, restoran dan produsen produk lokal,” kata Daniel.
Kementeri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sedangmenyiapkan Labuan Bajo Integrated Tourism Master Plan (ITMP). Master Plan ini mencakup analisis supply and demand sesuai dengan pengembangan wilayah. “Yang kita himpun di dalam ITMP adalah proyeksi kunjungan turis yang disesuaikan dengan kapasitas angkutan. Ini penting karenakita menekankan keberadaan masyarakat danl ingkungannya serta kesejahteraan mereka,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno. Menurutnya, perlu strategi pengembangan pariwisata yang terintegrasi sehingga turis diharapkan tinggal lebih lama di Labuan Bajo, maupun di wilayah lain di Indonesia.
Kepala Dinas Pariwisata NTT Zet Sony Libing berterimakasih kepadaPemerintah Pusat yang sudah membangun creative hub di Labuan Bajo. Menurutnya tempatini sangat bermanfaat bagi seluruh pelaku pariwsata dan pelaku ekonomi kreatif, sekaligus sebagai pusat promosi dan informasi tenunan, anyaman, kopi, gula semut,dan produk-produk lain yang dihasilkan. (*)