Kesehatan Mental Kita Pengaruhi Anjing Peliharaan
Peneliti Swedia mendapati hubungan unik manusia dan anjing. Kesehatan mental anjing bisa terpengaruh tingkat stres pemiliknya.
Jika Anda merasa anjing Anda terlihat stres, mungkin tingkat stres Anda sendirilah yang mempengaruhinya. Sebuah penelitian yang dipublikasikan di Nature’s Scientific Reports menunjukkan bahwa anjing peliharaan dapat menyesuaikan tingkat stres mereka dengan pemiliknya.
Anjing bukan sekadar "sahabat manusia". Tampaknya mereka juga cerminan keadaan mental kita, dan hal tersebut berdampak buruk bagi kesehatan mereka.
Pengaruh Stres pada Rambut
Peneliti Swedia meneliti 58 anjing dan pemiliknya. Sebanyak 33 anjing berjenis Shetland sheepdog dan 25 berjenis border collie. Pemilihan jenis kelamin, jenis keturunan, dan tingkat aktivitas berimbang untuk semua jenis anjing.
Kepribadian anjing dan pemiliknya dinilai menggunakan kuesioner kepribadian standar, dengan cara pemilik mengisi kuesioner kepribadian anjing hewan peliharaan mereka.
Para peneliti juga mengukur kadar hormon kortisol pada rambut anjing dan pemiliknya dalam periode setahun. Kortisol adalah indikator yang mengukur tingkat stres secara fisik. Kadar kortisol akan meningkat ketika seseorang mengalami tekanan mental. Selain karena tekanan, kortisol akan meningkat dalam waktu singkat ketika kita berolahraga atau sedang sakit.
Menakar kadar kortisol rambut merupakan cara yang baik untuk mengukur tingkat stres dalam jangka panjang karena rambut tumbuh secara lambat (sekitar 1 sentimeter per bulan) dan menyerap zat-zat yang beredar dalam darah.
Pengunjung, Claurinda, bermain dengan anjing ras poedel miliknya yang bernama Pinat di Superdog, Lippo Mall Puri Indah, Jakarta , 17 Januari 2024. TEMPO/ Jihan Ristiyanti
Dampak pada Anjing
Hasil penelitian menunjukkan korelasi signifikan antara kadar kortisol manusia dan anjing sepanjang tahun. Pada 57 anjing di musim panas dan 55 di musim dingin, kadar kortisol mereka cocok dengan pemiliknya. Artinya, untuk anjing-anjing ini, kadar kortisol mereka naik dan turun sama dengan pemiliknya.
Korelasi ini tidak dipengaruhi oleh tingkat aktivitas atau kepribadian anjing, melainkan kepribadian pemilik. Pemilik dengan tingkat stres yang lebih tinggi cenderung memiliki anjing dengan tingkat stres yang juga lebih tinggi.
Anjing betina punya hubungan yang lebih kuat dengan tingkat stres pemiliknya dibanding anjing jantan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa anjing betina (seperti juga tikus betina dan simpanse betina) lebih responsif secara emosional daripada jantan.
Ada juga bukti yang menunjukkan bahwa peningkatan kadar oksitosin (hormon cinta dan keterikatan) pada anjing betina menghasilkan interaksi lebih sering antara anjing dan pemiliknya. Hal ini menyebabkan peningkatan kadar oksitosin yang sama dengan pemiliknya. Namun efek ini tidak terlihat pada anjing jantan.
Kekurangan pada penelitian baru ini adalah tidak diidentifikasinya penyebab peningkatan stres pada pemilik anjing. Meski begitu, hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa, terlepas dari penyebab stres, reaksi kita terhadap stres berdampak pada anjing kita.
Ilustrasi interaksi anjing dan pemiliknya. PEXELS
Hubungan Kita dengan Anjing
Para peneliti telah lama membahas konsep apa yang disebut dengan ikatan yang erat antara manusia dan anjing. Hubungan yang telah ada lebih dari 15 ribu tahun ini sangat unik. Ada bukti yang menunjukkan bahwa anjing berevolusi bersama kita. Akibatnya, emosi mereka selaras dengan emosi kita dan membentuk keterikatan dengan kita melalui kontak mata.
Meski banyak aspek pada hubungan antar-spesies ini positif (terutama bagi kita), mungkin ada beberapa kekurangan dari hubungan dekat kita dengan anjing. Seperti banyak hewan, kita dapat berbagi penyakit dengan anjing kita, seperti superbug MRSA dan demam Q. Terlebih, gigitan anjing menjadi masalah yang terus mendapat perhatian masyarakat.
Membantu Anjing Kita Mengatasinya
Anjing merupakan makhluk hidup. Artinya, mereka dapat mengalami emosi positif serta negatif, seperti kesenangan, kenyamanan, ketakutan, dan kecemasan.
Keadaan mental yang buruk, di mana anjing secara teratur mengalami emosi negatif seperti kecemasan, dapat menyebabkan kesejahteraan yang buruk pada hewan. Jika para pemilik turut andil dalam mempengaruhi tingkat stres anjing mereka, berarti kita juga memainkan peran dalam melindungi kesejahteraan mereka.
Dampak yang kita alami pada tingkat stres anjing kita berjalan dua arah, yakni positif dan negatif. Jika kita mengurangi tingkat stres diri sendiri, ada kemungkinan kita juga akan mengurangi tingkat stres anjing kita.
Kita tahu bahwa stres yang bersifat kronis buruk bagi manusia ataupun anjing karena meningkatkan kemungkinan terkena penyakit dan menurunkan kualitas hidup kita. Jika Anda tidak berusaha mengurangi tingkat stres untuk diri sendiri, mungkin Anda akan melakukannya demi anjing Anda. Ada banyak cara untuk mengurangi tingkat stres. Kabar baiknya, beberapa di antaranya dapat dilakukan dengan melibatkan anjing Anda, seperti beraktivitas di alam.
---
Artikel ini ditulis oleh Bronwyn Orr, mahasiswa doktoral kedokteran hewan di University of Sydney, Australia. Terbit pertama kali di The Conversation.