JAKARTA – Resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19 selama sembilan bulan terakhir menghantam perekonomian nasional. Sebagian besar sektor industri berskala kecil atau usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam kondisi kritis dan merugi.
Bahkan tak sedikit pelaku UMKM yang menutup usahanya dan berujung gulung tikar. Padahal jumlah mereka cukup banyak. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, jumlah pelaku usaha kecil-menengah sebanyak 64,2 juta.
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 diprediksi di kisaran 2,5-3 persen, lantaran sektor keuangan dan riil diperkirakan masih berjalan separuh dari kapasitas normal. UMKM, kata dia, merupakan salah satu sektor yang paling terkena dampak. "Kalau survei BPS (Badan Pusat Statistik), 84 persen pendapatannya turun. Bahkan mungkin sebagian sudah gulung tikar. Ini gambaran betapa dahsyatnya pandemi ini menghantam sektor ekonomi," ujarnya kepada Tempo, akhir pekan lalu.
Sektor UMKM, kata Eko, bisa melirik usaha-usaha yang masih bertahan di era pandemi. "Misalnya hari ini jualan makanan. Kalau makanan lagi enggak laku, besok jualan baju. Termasuk jualan alat kesehatan dan lain-lainnya. Yang lagi laris sepeda, ya, jualan sepeda," tuturnya.
Selain mentransformasi produk, para pelaku usaha UMKM bisa memanfaatkan teknologi digital untuk pemasaran. Menurut Eko, dari sejumlah riset terungkap bahwa usaha kecil-menengah yang memanfaatkan teknologi digital sebelum pandemi terjadi relatif lebih stabil.
"Artinya, sebetulnya mereka sudah mengerti kalau (ini) bagian dari dinamikanya. Angka dari Kementerian Koperasi, UMKM yang memanfaatkan teknologi digital baru sekitar 13 persen. Ini rendah sekali," ujar Eko.
Usaha mikro yang memanfaatkan teknologi digital, misalnya, dijalankan Tommy Reza K. Gunawan (33), yang bergerak di bidang usaha kuliner. Lulusan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) pada 2012 ini sengaja memanfaatkan sejumlah aplikasi daring untuk memasarkan produk unggulannya, Ayam Gepuk Bunda.
Ayah dua anak ini memasarkan produk olahannya hingga ke tiga daerah, yakni Bandung, Garut, dan Tasikmalaya. Dia mengakui ada perbedaan antara berjualan online dan offline. "Kalau cuma mengandalkan orang yang beli ke tempat, sehari paling belasan. Setelah memakai beberapa aplikasi, sehari bisa ratusan (yang order)," kata Tommy, yang juga mantan chef hotel bintang empat di Semarang.
Sektor UMKM sebetulnya memiliki daya serap tenaga kerja sebanyak 117 juta orang atau 97 persen dari daya serap dunia usaha. Sedangkan kontribusi usaha kecil-menengah terhadap perekonomian nasional (PDB) sebesar 61,1 persen. Sisanya, 38,9 persen, disumbangkan oleh pelaku usaha besar yang jumlahnya hanya 5.550 atau 0,1 persen dari jumlah pelaku usaha.
Tak hanya itu, UMKM juga didominasi oleh pelaku usaha mikro yang berjumlah 98,68 persen dengan daya serap tenaga kerja sekitar 89 persen. Menilik data tersebut, Indonesia mempunyai potensi basis ekonomi nasional lantaran memiliki jumlah usaha kecil-menengah cukup banyak dengan daya serap tenaga kerja yang banyak.
Presiden Joko Widodo mengakui baru 8 juta dari 64 juta UMKM di Indonesia yang memanfaatkan teknologi. "Baru 13 persen saja yang terintegrasi dengan teknologi digital," ujar Jokowi dalam pidatonya di acara Google for Indonesia 2020, yang ditayangkan di kanal YouTube Google Indonesia, Rabu, 18 November lalu.
Jokowi mengatakan ekonomi digital dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja baru, dan sektor UMKM masih sangat potensial untuk dikembangkan. Jika seluruhnya terintegrasi dengan teknologi, pertumbuhannya akan semakin besar.
Jokowi juga meyakini ekonomi digital mampu tumbuh dengan cepat jika didukung ekosistem usaha yang kondusif.
ROMMY ROOSYANA | ALI NUR YASIN
Berkontribusi Sampai 60 Persen
Pelaku usaha UMKM menjadi salah satu korban yang paling parah terkena dampak pandemi Covid-19. Survei Badan Pusat Statistik bertajuk "Dampak Covid-19 terhadap Pelaku Usaha", yang digelar pada 10-26 Juli lalu, menemukan 42 persen pelaku usaha hanya dapat bertahan selama tiga bulan, yakni sejak Juli hingga Oktober 2020. Sedangkan 58 persen lainnya masih bisa bertahan di atas tiga bulan.
Pemerintah menyediakan insentif bagi UMKM dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Jumlahnya cukup besar, yaitu sekitar Rp 123,46 triliun. Dari jumlah tersebut, bantuan diberikan melalui beragam program berupa penempatan dana di perbankan untuk modal kerja, subsidi bunga kredit, bantuan Presiden produktif Rp 2,4 juta, dan beberapa program lainnya.