Margareta Ardini sedang hamil tua. Usia kehamilannya sudah delapan bulan. Tapi profesinya sebagai guru mengharuskannya terus masuk ke sekolah pada masa normal baru ini meskipun ia mengajar secara virtual. Margareta mengkhawatirkan kondisi kandungannya. "Jangan-jangan temanku ada yang OTG (orang tanpa gejala) atau terinfeksi, tapi tidak diketahui," kata Margareta ketika dihubungi, Ahad lalu.
Sebelumnya, ia sempat merasa sangat cemas ketika mendengar kabar bahwa rekan sejawatnya di sekolah anak usia dini di Surabaya Barat, Jawa Timur, itu dinyatakan positif Covid-19. Untungnya waktu itu Surabaya masih memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). "Untungnya, kami tidak masuk sekolah." Rekan kerjanya pun kini telah dinyatakan sembuh.
Kecemasan Margareta bertambah lantaran harus naik sepeda motor ke tempat kerja dalam keadaan hamil besar. Saban hari ia membelah kemacetan lalu lintas dan menempuh perjalanan sekitar 10 kilometer. Apalagi ia paham bahwa ibu hamil menjadi satu di antara kelompok yang rentan terjangkit Covid-19.
Dalam menerapkan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19, Margareta sangat berdisiplin. Ia rajin mengganti masker setiap empat jam sekali. Ia juga menerapkan disiplin khusus, dari mengganti masker setiap selesai berkendara, mengganti sepatu ketika masuk sekolah, memakai pelindung wajah, hingga rajin mencuci tangan.
Kekhawatiran serupa dialami Sri Baroroh yang sedang hamil lima bulan. Dokter terus mewanti-wanti Baroroh agar tetap berada di rumah. "Dokter juga membatasi pergerakan agar di rumah saja. Keluar hanya untuk hal-hal penting," tutur perempuan yang bekerja di sebuah bisnis media massa itu.
Ia memang sudah 13 tahun menanti memiliki momongan. Sayangnya, kehamilan ini bertepatan dengan masa pandemi Covid-19 yang menjadikannya masuk dalam kelompok rentan. Baroroh menjalani program bayi tabung pada awal Maret lalu, ketika belum ditemukan kasus positif Covid-19 di Indonesia. Ia sempat panik ketika kasus di Indonesia meledak hingga lebih dari 90 ribu jiwa positif corona.
Baroroh masih tetap bekerja. Beruntung, perusahaan tidak mewajibkan karyawan masuk kantor. Dia hanya datang ke kantor ketika tugas piket tiap dua pekan. Baroroh juga memastikan bahwa kantornya benar-benar sepi dan dilengkapi dengan perlengkapan pencegahan Covid-19. Keluarga juga mengambil alih aktivitas yang sebelumnya dikerjakan Baroroh, termasuk menjaga toko kelontong di depan rumahnya.
Saat ini Baroroh masih rutin memeriksakan diri ke dokter. Namun dokter juga membatasi pertemuan langsung dengan mengalihkannya menjadi konsultasi virtual. Selain itu, jika diharuskan datang ke rumah sakit, Baroroh mendapat perlakuan khusus dengan langsung menemui dokter tanpa perlu berinteraksi dengan pihak administrasi. "Ini cara dokter untuk mempersempit kontak ibu hamil dengan orang lain."
Ketua Ikatan Bidan Indonesia, Emi Nurjasmi, mengatakan ibu hamil memang menjadi satu dari sekian kelompok yang rentan terjangkit Covid-19. Meski demikian, perempuan hamil tetap boleh bekerja. "Bukan berarti tidak bisa bekerja. Namun, ada protokol yang harus dijalankan," ucap Emi, Ahad lalu.
Misalnya, memakai masker, menjaga jarak, rajin mencuci tangan, tidak berkerumun dengan banyak orang, dan bekerja dengan sedikit orang di ruang kerja. “Serta bagaimana meningkatkan imunitas dengan menjaga asupan gizi.”
Menjaga daya tahan tubuh atau imunitas agar tak tertular penyakit apa pun serta menjaga nutrisi juga ditekankan oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan, Yassin Yanuar Mohammad. Ibu hamil pun perlu mengikuti setiap anjuran dokter kandungannya, termasuk jadwal kontrol. Selain itu, harus ketat menjalankan protokol kesehatan dan jangan sering-sering mengusap wajah. Satu lagi, menurut dia, kepada Tempo, belum lama ini, “Jangan kumpul-kumpul dulu.”
Hal senada disarankan dokter spesialisasi kandungan dan kebidanan, Eric Kasmara, bahwa ibu hamil harus selalu memiliki pola hidup sehat, bersih, dan menjaga asupan gizi seimbang. Juga memenuhi kebutuhan cairan dengan meminum air putih, beristirahat cukup, berolahraga, dan berlatih teknik pernapasan. "Kehamilan yang aman di era pandemi merujuk pada pola hidup bersih dan sehat.”
Selain itu, ia harus menutupi mulut saat batuk (dengan batuk di lekukan siku Anda), menghindari orang yang sakit, dan meminta orang yang tidak sehat untuk tak melakukan kunjungan.
EKA WAHYU | DIKO