JAKARTA – PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB) tengah mengebut pengembangan Bandara Kertajati menjadi pusat perbaikan dan perawatan (maintenance, repair, and overhaul/MRO) pesawat.
Vice President Corporate Secretary Public Communication BIJB, Handika Suryo Syaiful, mengatakan tengah mematangkan rencana bisnis baru itu. “Fokus kami di urusan kemitraan dulu dengan operator dan mitra untuk pembangunan serta pengoperasian MRO,” kata dia kepada Tempo, kemarin.
Menurut Handika, BIJB sudah menyiapkan lahan seluas 67 hektare untuk area MRO. Pada tahap pertama, BIJB bakal memanfaatkan 30 hektare lahan untuk membangun fasilitas penunjang. Bermitra dengan PT Garuda Maintenance Facility (GMF), layanan MRO tersebut akan diprioritaskan untuk pesawat pemerintah, baik milik tentara, polisi, maupun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). “Pangsa utamanya itu, tapi nanti bisa untuk pesawat komersial,” ujar dia.
Sejumlah pesawat di Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati, Majalengka, 2019. TEMPO/Prima Mulia
Direktur Utama BIJB, Salahudin Rafi, mengatakan rencana bisnis dengan GMF memasuki tahap penentuan pendanaan. BIJB menguasai lahan dan dokumen teknis bandara, sedangkan GMF memiliki sertifikat sebagai operator MRO. Nota kerja sama pemanfaatan lahan BIJB diteken oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, induk GMF, pada 23 Februari lalu. “Kami tinggal merumuskan pendanaan dan pembangunan, apakah dari investor atau pihak perbankan.”
Rafi memastikan segmen komersial Bandara Kertajati tetap berjalan. Sebagai bandara internasional, Bandara Kertajati akan melayani umrah dan haji serta kargo domestik dan internasional. Pada masa pandemi Covid-19, status Bandara Kertajati sempat diturunkan oleh PT Angkasa Pura II (Persero) hingga minimum operation level 2 alias beroperasi tanpa aktivitas penerbangan. Layanan MRO menjadi fokus perusahaan seraya menunggu kenaikan jumlah penumpang di Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah.
Mulai tahun ini, menurut Rafi, BNPB akan memanfaatkan Bandara Kertajati sebagai basis utama atau home base pesawat pemadam kebakaran hutan. Selama ini, BNPB memarkir armada pemadamnya di Subang, Jawa Barat.
Vice President Corporate Secretary and Legal GMF Aero Asia, Rian Fajar, mengatakan masih terus berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan bisnis MRO. “Termasuk menyusun studi kelayakan supaya pengembangan kawasan itu tepat sasaran dan sesuai dengan regulasi,” kata dia.
Manager Safety Tri-Mg Intra Asia Airlines, Yusri Supii, mengatakan maskapai pada umumnya memanfaatkan jasa MRO di fasilitas GMF di Bandara Soekarno-Hatta, Banten. Ada juga fasilitas serupa di Bandung, Batam, serta Pangkalan Udara Pondok Cabe, Tangerang Selatan. Tri-Mg kini melayani rute carter kargo atau tidak berjadwal dengan empat unit Boeing 737-300F berkapasitas 17 ton. “Pada dasarnya, lokasi MRO mana pun tidak menjadi masalah selama areanya memenuhi kualifikasi,” kata dia.