JAKARTA – Beberapa jam sebelum Kilang Balongan terbakar, puluhan warga Kampung Wisma Jati, Kecamatan Balongan, Indramayu, Jawa Barat, sempat berunjuk rasa di depan Asrama Brimob area kilang minyak refinery unit VI PT Pertamina (Persero). Mereka memprotes munculnya bau menyengat yang mengganggu kampung tersebut. Bau menyengat itu diduga akibat kebocoran tangki bahan kimia.
Tak bersambut, mereka akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Satu-dua orang masih memperbincangkan soal bau tersebut. Malam itu, menjelang pergantian hari, petir beberapa kali menyambar. Cuaca mendung, tapi belum turun hujan. Gerimis baru turun pukul 00.40 WIB, Senin dinihari.
Tak lama kemudian, warga melihat api mulai berkobar. Mereka menduga asalnya dari saluran yang berada tak jauh dari sebuah tangki besar. Dari kejauhan mulai terlihat api melalap tangki besar, memicu ledakan pertama yang bisa dirasakan warga dari jarak 1 kilometer. Iwan Ridwan, salah satu penduduk Wisma Jati, ingat suara ledakan kedua terjadi pada pukul 00.50 WIB. “Yang berada di luar rumah tiarap. Sebagian lari berhamburan karena panik,” katanya kepada Tempo, kemarin.
Ledakan itu membuat tanah bergetar, bahkan memecahkan kaca beberapa rumah. Kaca sebuah masjid di kampung itu pecah semua. Kawasan itu sontak riuh karena manusia berlarian keluar dari rumah. Warga Wisma Jati berlarian menyelamatkan diri ke arah Kampung Sukaurip. Rupanya, di Sukaurip, ratusan warga yang terkejut akan bunyi ledakan ikut berlarian.
Iwan melihat ratusan penduduk berlari dan berusaha menjauh dengan sepeda motor dan mobil ke arah pendopo yang berjarak sekitar 4 kilometer dari pusat kebakaran. Sebagian dari mereka khawatir ledakan terjadi lagi, sementara minyak yang terbakar merembet ke kampung mereka melalui saluran air. Hawa panas kebakaran menjalar ke kampung tempat Iwan tinggal hingga pukul 4 pagi. Ia merasa dirinya seolah-olah berdiri di dekat api unggun raksasa. “Para pemuda dan bapak-bapak tidak ikut mengungsi karena menjaga kampungnya,” tutur Iwan. Mereka khawatir ada penjarahan.
Kilang pengolahan minyak Pertamina Unit Pengolahan VI Balongan di Indramayu, Jawa Barat, 2010. Dok. Tempo/Panca Syurkani
Satiah, 51 tahun, punya kisah lain. Rumah warga Blok Kesambi, Balongan, ini hanya berjarak 200 meter dari dinding kilang yang mbledug. Saat kejadian, suami Satiah bahkan sempat harus menopang plafon di dalam salah satu kamar rumah agar tidak ambruk. Dia mendengar ledakan yang dahsyat. “Saya takut. Gemetar. Kebetulan, dinihari itu saya belum tidur,” ujarnya. Ia juga mencium bau menyengat sejak Ahad, pukul 10 malam.
Daim, 49 tahun, malah menyangka ledakan itu sinyal kiamat. Dia sempat mengungsi. “Saya ke sini mengecek rumah. Keluarga saya semua masih mengungsi,” ujar Daim kepada Tempo, tak jauh dari rumahnya.
Saat dikonfirmasi Tempo, kemarin pagi, Corporate Secretary Subholding Refining and Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional Balongan, Ifki Sukarya, mengatakan api menghanguskan empat tangki besar di wilayah kerja Pertamina. Belakangan, keempat tangki itu diketahui menampung 100 ribu kiloliter bahan bakar minyak. Kobaran api masih terlihat hingga magrib.
Tim Pertamina menyebutkan titik api berada di dalam bundwall alias tanggul di sekeliling T-301—nama tangki yang menjadi sumber api. Petugas pemadam menyiramkan busa pendingin atau foam. Dari keterangan manajemen, ada sedikitnya 10 mobil pemadam yang diturunkan. “Diharapkan material foaming bisa menyelimuti api agar segera padam,” ucap Ifki.
Kepala Greenpeace Indonesia, Leonard Simanjuntak, mendesak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menuntut PT Pertamina, yang dianggap memicu bencana lingkungan berulang kali. Sejarah insiden memang merunduk sejumlah kilang produksi Pertamina, misalnya kilang Pertamina IV Cilacap di Jawa Tengah, yang pernah terbakar pada 2008 dan 2016. Kilang minyak PT Pertamina V di Balikpapan pun sempat terkena hal serupa pada Juni lalu.
Kebakaran di kilang minyak Pertamina Cilacap, Jawa Tengah, 2011. Dok. Tempo/Aris Andrianto
“Kejadian Balongan tidak akan menjadi yang terakhir, kecuali tindakan tegas diambil,” ucap Leonard. Dia pun meminta pemerintah memeriksa dugaan kelalaian atau pelanggaran prosedur health and safety operation (HS) di fasilitas Pertamina.
Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abra Talattov, mengatakan kebakaran Kilang Balongan menjadi momen perseroan untuk membenahi sistem keamanan infrastrukturnya. Aset yang berada di lingkungan padat penduduk sangat dekat dengan risiko kecelakaan kerja, bahkan potensi sabotase. “Ini tentu menjadi pertimbangan investor yang akan mengasup modal ke aset kilang Pertamina selanjutnya.”