JAKARTA – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat kenaikan simpanan masyarakat di tengah situasi pandemi Covid-19. Hingga Desember lalu, simpanan masyarakat di 109 bank umum meningkat 10,86 persen (secara tahunan) menjadi Rp 6.737 triliun. Jumlah rekening simpanan tumbuh 16,12 persen menjadi 350,32 juta rekening.
Kepala Eksekutif LPS Lana Soelistianingsih mengatakan simpanan terbesar berupa deposito, yaitu 40,85 persen, diikuti tabungan (32,32 persen), giro (25,59 persen), deposit on call (1,14 persen), dan sertifikat deposito (0,10 persen). “Jenis simpanan yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah giro, yang naik 15,48 persen,” ujar dia, kemarin.
Menurut Lana, kenaikan simpanan disebabkan oleh rendahnya konsumsi karena pembatasan aktivitas. Alih-alih membelanjakan uangnya, masyarakat memilih menabung atau berinvestasi. Kenaikan jumlah simpanan terutama terjadi pada kelompok menengah ke atas, seperti tabungan senilai Rp 100 juta hingga Rp 5 miliar.
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadhewa mengatakan kondisi sebaliknya terjadi pada simpanan kelompok menengah-kecil, atau di bawah Rp 100 juta. “Pertumbuhannya melambat, bahkan cenderung turun,” ucapnya. Golongan masyarakat dengan penghasilan rendah, kata Yudhi, membutuhkan dana tunai dan bantuan sosial pemerintah untuk memenuhi kebutuhannya. “Supaya bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka membelanjakan tabungannya.”
Papan suku bunga deposito di kantor cabang Bank Mandiri, Jakarta, Januari 2019. TEMPO/Tony Hartawan
LPS mencatat jumlah likuiditas sangat memadai, dengan tingkat rasio pinjaman terhadap simpanan (loan-to-deposit ratio/LDR) 82,79 persen. Dana pihak ketiga (DPK) perbankan tumbuh 11,11 persen. Suku bunga simpanan pun terus menurun.
Menurut Yudhi, suku bunga simpanan untuk bank umum kelompok usaha (BUKU) 1 turun 146 basis point, BUKU 2 turun 113 basis point, BUKU 3 turun 202 basis point, dan BUKU 4 turun 216 basis point. Saat ini, suku bunga simpanan perbankan berada di kisaran 3-6 persen.
LPS pun mempertahankan tingkat bunga penjaminan untuk mata uang rupiah pada bank umum sebesar 4,50 persen dan untuk valuta asing (valas) 1 persen. Sementara itu, tingkat bunga penjaminan untuk rupiah pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebesar 7 persen. Tingkat bunga ini berlaku mulai 30 Januari hingga 28 Mei 2021.
Logo Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada sebuah bank di Jakarta, 25 Juni 2020. Tempo/Tony Hartawan
Bank pun mengalami limpahan likuiditas. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, misalnya, mencatatkan pertumbuhan DPK sebesar 12,24 persen menjadi Rp 1.047,3 triliun pada Desember lalu. Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, Rudi As Aturridha, mengatakan kondisi ini didorong oleh pertumbuhan giro yang mencapai 20,13 persen atau sebesar Rp 284 triliun. “Kami berupaya memperkuat rasio dana murah melalui layanan digital banking dan Mandiri Cash Management,” ucapnya. Sepanjang tahun ini, Bank Mandiri memperkirakan DPK bertumbuh 6-8 persen.
Direktur Utama PT Bank Mayora Irfanto Oeij mengatakan keseimbangan likuiditas membuat bank leluasa menjalankan intermediasi. “Kami menerapkan strategi khusus untuk menjaga likuiditas tetap longgar,” ujarnya. Bank Mayora, kata Irfanto, mencatatkan pertumbuhan simpanan dalam bentuk tabungan maupun deposito berjangka. “Walaupun untuk beberapa segmen tidak setinggi pada tahun-tahun sebelumnya. Ini dapat menjadi indikator bahwa seiring dengan menurunnya kondisi ekonomi karena pandemi, porsi dana masyarakat yang dapat ditabung menjadi berkurang,” ujar dia.
GHOIDA RAHMAH