JAKARTA – Operator jalan bebas hambatan masih menunggu arahan dari pemerintah mengenai penerapan sistem transaksi tol tanpa sentuh atau multilane free flow (MLFF). Sistem berbasis satelit yang akan dikelola perusahaan teknologi asal Hungaria, Roatex Ltd Zrt, itu bakal diterapkan di 41 ruas jalan tol di kawasan Jawa dan Bali mulai tahun depan.
Sekretaris Perusahaan PT Jasa Marga (Persero) Tbk, Agus Setiawan, menuturkan penggunaan MLFF bakal memperlancar perjalanan dan mencegah penumpukan kendaraan di gerbang tol. Menurut dia, ketentuan perihal sistem yang nilai investasinya menebus Rp 6 triliun tersebut akan diatur oleh Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
“Jasa Marga sangat berkepentingan terhadap sistem transaksi ini karena akan meningkatkan pelayanan untuk pengguna jalan,” ucapnya kepada Tempo, kemarin. Agus menyebutkan manajemen perseroan akan berkomunikasi dengan Roatex dan bersiap mengantisipasi perubahan di lapangan.
Berdasarkan skenario yang disusun BPJT, pemasangan alat pendukung MLFF akan dimulai pada pertengahan tahun ini hingga setahun setelahnya. Bila regulasinya sudah dimatangkan, MLFF baru akan dipakai di sebagian gardu tol, kemudian dikembangkan secara bertahap hingga beroperasi penuh pada 2023.
Proses aktivasi mesin on-board unit (OBU) atau Mandiri e-toll card di Unit Produksi Kartu Bank Mandiri, Jakarta, 2018. TEMPO/Tony Hartawan
Sistem ini mengatur transaksi dengan teknologi global navigation satellite system, yang akan membaca sensor perangkat di tiap kendaraan atau on-board unit (OBU). BPJT juga membuka opsi pemanfaatan MLFF lewat aplikasi e-OBU di telepon seluler.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Tol Indonesia, Krist Ade Sudiyono, mengatakan badan usaha jalan tol juga menanti rincian model bisnis dan rencana pelaksanaan transaksi tol nirsentuh ini. “Kami belum mendapat perkembangan resmi, termasuk soal tarif,” kata dia.
Krist mengaku modernisasi sistem transaksi menjadi salah satu target utama cetak biru pengembangan jalan tol domestik. Operator jalan tol, menurut dia, membuka peluang kemitraan dengan perusahaan pemilik teknologi untuk memenuhi target tersebut. “Harapannya dapat memberikan nilai tambah berupa efisiensi operasional, keamanan data, dan kenyamanan pengguna,” tuturnya.
Juru bicara PT Astra Infra Toll Road, Danik Irawati, mengatakan entitasnya masih mengkaji langkah adaptasi bila MLFF resmi diberlakukan. Astra Intra Toll telah mencoba sistem ini pada awal tahun lalu di empat gerbang tol Tangerang-Merak, yaitu gerbang tol Cikupa, Cikande, Serang Barat, dan Serang Timur. Bedanya, Astra memakai teknologi dedicated short range communication, yang memungkinkan penyimpanan data atau identitas kendaraan pada alat khusus di kendaraan.
Gerbang tol Bekasi Barat 1, Bekasi, Jawa Barat, 2018. TEMPO/Tony Hartawan
Chief Representative Roatex Ltd Zrt, Musfihin Dahlan, mengatakan seluruh tahap penerapan dan pengembangan kerja sama MLFF harus melalui persetujuan pemerintah. Menurut dia, sistem pembayaran otomatis ini sukses diterapkan di Hungaria selama lebih dari tujuh tahun terakhir. “Di Indonesia, Roatex hanya mengerjakan pekerjaan yang sudah ditetapkan pemerintah, tidak bisa melebar ke peluang lain,” tuturnya, kemarin. Sesuai dengan ketentuan tender, Roatex mendapat konsesi MLFF selama 10 tahun.
Kepala BPJT Kementerian Pekerjaan Umum, Danang Parikesit, mengatakan volume transaksi tol bertarif sudah mencapai Rp 20 triliun pada tahun ini, dengan target lalu lintas 4 juta kendaraan per hari. “Roatex tak akan memperoleh pendapatan dari besarnya pasar, melainkan memperoleh fixed fee dan variable fee di perjanjian kerja sama,” katanya dalam diskusi virtual, kemarin.
Menurut Danang, pemerintah mewajibkan Roatex membangun pusat data di Indonesia. “Indonesia yang mengakuisisi datanya. Kami pastikan keamanan data dan risiko komersialisasi ini diawasi,” ujarnya.
FAJAR PEBRIANTO | ANTARA